#55 : Minta Jawaban?

87 9 1
                                    

Aku baru saja keluar dari kamar mandi untuk sekedar berendam karena hari ini merasa capek sekali. Di mulai dari pernikahan Fira, sampai keluarga Alvin dateng kesini.
Tapi meskipun begitu, aku merasa sangat senang hari ini. Melihat Fira yang akhirnya menikah dan bertemu kembali dengan Paman Alka dan Tante Alissa setelah beberapa tahun tak bertemu.
Dan satu lagi, tentang Anhar. Dia menyatakan perasaannya padaku yang berhasil membuatku binggung tak karuan. Entah menerimanya atau malah menolaknya.
Perasaanku tak jelas pada Anhar. Memang dulu aku sangat mencintainya, tapi sekarang?
Banyak keraguan dalam diriku. Aku pun masih sedikit trauma dengan kejadian Hadi.
Sudahlah, kita pikirkan nanti mengenai Anhar. Sekarang waktunya makan malam.
Aku menuruni tangga dan langsung berjalan ke meja makan. Aku menghampiri Ibu untuk membantunya menyiapkan makan malam bagi kami semua.
Setelah semuanya sudah siap, aku memanggil Ayah, Alvin dan yang lainnya agar makan bersama. Anhar tadi berpamitan untuk pulang karena ada urusan yang membuatnya tak bisa makan malam bersama kami semua.
Aku sangat menyayangkannya karena ia tak bisa makan bersama tapi aku mengerti jika ia tak bisa ikut.
Suasana malam ini lebih ramai dari biasanya. Biasanya di rumah ini hanya ada 3 orang jika makan malam, tapi malam ini bertambah lagi 3 orang.
Setelah beres makan malam, aku berencana pergi ke balkon sambil meminum teh manis hangat. Aku menatap langit malam yang gelap namun ada sedikit bintang yang menerangi.
Kebiasaanku ketika sedang banyak pikiran pasti aku pergi ke balkon ini. Memikirkan semuanya dengan baik-baik. Malam ini aku khususkan untuk memikirkan baik-baik perkataan Anhar sore tadi.
Apalagi sesudah mandi tadi aku mendapat pesan dari Anhar yang isinya menyuruhku jangan berlama-lama memberi jawaban.
Aku berpikir keras mengenai Anhar. Masalahnya, aku tak ingin dia menyakitiku lagi. Hati ini seperti lelah untuk bermain-main.
Sekarang, aku benar-benar butuh orang yang serius denganku. Bukan seperti dulu yang asal nyaman saja.
Tapi aku tak tahu apa Anhar serius denganku atau tidak.
Apa aku tanyakan saja padanya?

Dan dengan ragu pun, aku menelpon Anhar. Semoga saja ia belum tidur.

"Hallo? Kenapa dill?"

Ternyata dia memang benar belum tidur.

"Belum tidur?"

"Belum. Masih bergelut dengan laptop."

"Ganggu ya?"

"Nggaklah, santai aja. Lagi susah tidur ya?"

"Susah tidur sih enggak. Cuman belum mau tidur aja."

"Gak capek emang?"

"Lumayan capek juga sih."

"Ya udah sana tidur."

"Ada yang pengen di tanyain?"

"Tentang apa?"

"Tentang......"

"Tentang?"

"Kamu punya planning buat beberapa tahun ke depan?"

"Ya pasti ada."

"Apa?"

"Kenapa emang?"

"Nggak nanya aja."

"Kalo planning nya nikah sama kamu, gimana?"

"Serius ah! Jangan gombal."

"Beneran serius."

"Oh gitu. Kalo gak jodoh gimana?"

"Ya, terima takdir aja."

"Masih banyak kerjaannya?"

"Masih banyak. Paling beres subuh."

"Duluan ya. Udah ngantuk."

"Have a nice dream."

Be My Future [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang