#58 : Your Dream

76 7 3
                                    

Aku baru saja selesai mandi karena merasa gerah sekali. Apalagi saat mendengar pernyataan Pak Deris tadi. Berendam lama dengan air hangat sepertinya bisa menghilangkan penat hari ini.
Setelah mandi aku lebih memilih membaca buku yang sedang kusukai. Tapi baru saja membaca, ponselku berbunyi sebentar tanda pesan masuk.

From : Dokter Anhar ❤
"Udah tidur?"

Aku membalasnya.

For : Dokter Anhar ❤
"Belum. Kenapa?"

Send...
Tak lama kemudian ada pesan masuk.

From : Dokter Anhar ❤
"Boleh aku telepon?"

Aku berpikir lama untuk membalasnya. Aku memang sedang tak ingin berhubungan dulu dengan Anhar. Pikiranku masih memikirkan ucapan Anhar dan Pak Deris tadi sore. Saking lamanya aku berpikir, Anhar pun mengirim pesan lagi.

From : Dokter Anhar ❤
"Gak apa-apa kalo gak mau."

Sesudah melihat pesan dari Anhar, aku menjadi tak enak pada Anhar. Tapi memang aku sedang sebal padanya. Mengapa hal seperti ini baru ia katakan sekarang?
Aku menyimpan handphoneku kembali dan memfokuskan diri membaca bukuku lagi.
Pikiranku melayang kemana-mana. Tak jauh tentang impian Anhar pergi ke Singapur. Aku sangat mendukung ia meraih impiannya tapi di satu sisi aku tak mau ia jauh dariku.
Aku mendengar Ibu memanggilku dari bawah. Aku pun segera menemuinya.

"Ada apa bu?" Tanyaku tergesa-gesa karena sedikit berlari.

"Lagi apa di atas?"

"Lagi baca-baca. Emang kenapa bu?"

"Tadi Anhar tanya Ibu. Kamu lagi ngapain sama udah makan atau belum." Jelas Ibu.

"Ohh kirain ada apa. Lagi baca-baca aja kok."

"Lagi berantem?" Tanya Ibu.

Aku menggelengkan kepala. Ibu hanya menatapku saja dan tak bertanya apapun lagi. Ibu mengajakku menonton tv bersama, tapi aku menolaknya karena ingin melanjutkan membaca buku.

"Gak makan dulu?" Tanya Ibu lagi.

"Gak bu. Mau minum susu aja sama makan buah."

Aku pergi ke dapur untuk mencari buah dan susu. Saat aku menenguk 1 gelas susu, aku mendengar Ibu berbicara dengan seseorang di telepon.
Aku sedikit mendekat pada Ibu agar lebih jelas lagi mendengarkannya. Mencoba mendekat dengan perlahan karena takut Ibu sadar aku sedang menguping pembicaraannya.
Samar-samar namaku di sebut semakin membuatku lebih mendekati Ibu.

"Baca buku aja."

"....."

"Gak. Cuman agak murung gitu. Ibu juga jadi gak banyak tanya."

"....."

"Gak mau makan. Sekarang lagi di dapur bawa buah sama susu."

"....."

"Iya gak apa-apa. Santai aja Anhar. Lagi berantem ya?"

Benar dugaanku, Ibu sedang berbincang-bincang dengan Anhar.

"....."

"Iya. Tunggu aja sampe Dilla gak marah. Emang tentang apa?"

Aku kaget saat Ibu bertanya seperti itu pada Anhar. Karena takut Anhar memberitahu Ibu soal itu, aku memanggil Ibu dengan cepat.

"Bu?" Ucapku sambil menepuk pundak Ibu dengan pelan.

Ibu dengan refleks membalikkan badan menjadi menghadapku.

Be My Future [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang