#27 : Mengapa Harus Sesedih Ini?

107 13 3
                                    

____________________________________
"Kamu kalah cepat. Kalau saja kamu lebih cepat, aku pasti nerima kamu di banding Hadi." Ucapnya dalam hati.
____________________________________

Tak lama kemudian pelayan pun datang membawa pesanan mereka berdua. Tak ada obrolan apapun selama mereka makan. Sepertinya mereka fokus pada makanan masing-masing.
Namun nyatanya, mereka sedang berpikir keras dalam dirinya. Dilla mengerutkan keningnya saat ia sadar jika Hadi di bar dekat tempat duduknya dengan Anhar. Tapi Hadi mengisyaratkan kepada Dilla untuk melanjutkannya tanpa merasa terganggu olehnya.

"Dill!" Panggil Anhar saat makanan merrka berdua telah habis.

"Iya?" Jawab Dilla sambil menoleh ke arahnya.

"Kamu inget gak, waktu aku bilang nunggu kamu sampe kamu buka lagi hati kamu buat aku?"

Dilla menatap Anhar bingung karena tiba-tiba membahas hal itu dan perasaannya juga tak enak.

"Iya inget."

"Apa kamu udah buka hati kamu buat aku?"

Dilla terdiam. Ia benar-benar tahu pembahasan ini akan mengarah ke arah mana.
Anhar memegang kedua tangan Dilla. Dilla merasa kebingungan menerima perlakuan dari Anhar. Apalagi Hadi sekarang sedang memperhatikan mereka berdua.

"Aku sayang sama kamu dulu dan sekarang. Dan itu gak akan berubah sampai beberapa tahun kedepan."

"Kamu gak mau kasih aku kesempatan kedua? Biar kita bahagia kayak dulu." Sambungnya.

Tak lama kemudian Anhar melepaskan tangannya dari tangan Dilla. Ia melihat tangan Anhar membawa bunga. Anhar memberikannya kepada Dilla.
Sedangkan Dilla masih saja diam tak bisa berkata apa-apa. Ia benar-benar bingung sekarang dengan apa yang harus ia lakukan.
Kemarin Hadi mengucapkan hal yang sama kepada Dilla dan di terima oleh Dilla. Sekarang Anhar pun seperti ini. Ia tak mungkin menerima Anhar kali ini karena ia telah bersama Hadi.

"Kamu kalah cepat. Kalau saja kamu lebih cepat, aku pasti nerima kamu di banding Hadi." Ucapnya dalam hati.

"Kenapa diem aja?"

Karena tak mendapat jawaban juga dari Dilla, Anhar berjalan ke arah Dilla dan duduk di sebelahnya.
Hingga tak terasa airmatanya menetes di wajahnya. Ia merasa kesal dan ada rasa menyesal dalam dirinya hingga membuatnya meneteskan airmatanya.
Ia kesal karena pernyataan untuk kembali bersama Anhar menurutnya telat dan ia merasa sedikit menyesal telah menerima Hadi begitu gampangnya.

"Dari dulu kamu masih sama. Rasa aku pun masih sama."

Dilla masih saja terdiam dengan mata yang terus saja menahan airmata. Mulutnya merasa berat untuk berkata apapun. Karena melihatnya menangis, Anhar memeluk Dilla untuk memberikan kenyamanan.

"Kamu tahu, dari dulu aku sayang kamu. Tapi kita banyak kesalahpahaman dari awal. Maaf karena lagi-lagi kamu harus nangis karena aku." Bisiknya di telinga Dilla.

Ucapan Anhar semakin membuat Dilla merasa sedih. Airmatanya pun bertambah deras hingga Anhar menyadarinya. Tangan kanannya pun mengelus pundak Dilla agar ia lebih tenang.
Ia kira perbuatannya dan perkataannya akan membuat Dilla semakin tenang. Namun perkiraannya salah. Dilla semakin merasa sedih dan menyesal dengan perlakuan dan perkataan manisnya.
Dilla tak bisa berkata-kata hingga membuatnya terus saja memeluk Anhar. Mulutnya kaku untuk menolak Anhar yang begitu baik dan tulus padanya.
Ia sangat sadar dengan kesalahpahaman yang sering terjadi pada mereka. Kesalahpahaman itu yang akhirnya membuat Dilla menghentikan dirinya untuk kembali bersama Anhar. Dan hari ini ia menyesal telah melangkah mundur dari Anhar
Lain halnya Dilla yang merasa sedih dan menyesal. Anhar hanya bisa menenangkan Dilla dengan perkataan dan perbuatannya. Ia menyingkirkan kebingungannya karena ia harus menenangkan wanita yang sedang ia peluk.
Dilla terus saja menangis tanpa berkata apapun. Anhar pun yang semakin penasaran membuatnya melepaskan pelukannya dengan perlahan.

"Kenapa kamu harus nangis begini?" Tanya Anhar dengan lembut.

Dilla tak menjawabnya. Ia malah mencoba menghapus airmatanya yang terus saja mengalir deras dari matanya.

"Kamu gak suka dengan pernyataan dari aku?" Tanya Anhar lagi.

Dilla menggeleng-gelengkan kepala karena pertanyaan Anhar bukanlah akibat dari tangisannya. Perbuatannya dan perkataan Anhar lah yang membuatnya semakin sedih.

"Ak-ku..." Ucapnya dengan suara sisa tangisannya.

"Kenapa? Apa yang buat kamu sesedih ini?" Tanya Anhar yang semakin penasaran.

"Maaf." Ucap Dilla sambil menunduk.

"Kenapa maaf? Kamu gak salah apa-apa." Ucap Anhar yang semakin bingung.

"Dia udah sama gue. Jadi lo gak bisa balik lagi kayak dulu." Ucap Hadi mendekati mereka berdua.

Anhar dan Dilla menatap kepada asal suara. Yang tak lain adalah Hadi. Ia sangat kesal karena daritadi ia mendengar percakapan mereka dan ia melihat langsung yang tangisan Dilla.

"Kenapa lo tiba-tiba disini?" Tanya Anhar kepada Hadi.

"Gue disini daritadi. Lo gak bisa lagi paksa dia buat balik sama lo karena dia pacar gue."

Anhar pun berdiri karena kaget dengan perkataan Hadi.

"Gue gak maksa dia."

Dilla mengikuti mereka berdua berdiri. Ia berdiri untuk menjelaskan sesuatu agar mereka tak harus berdebat. Namun nyatanya ia tak mampu. Mulutnya memang sangat berat kali ini. Baik itu berkata kepada Anhar maupun Hadi.
Ia pun pergi meninggalkan mereka berdua tanpa perkataan apapun. Saat ini, Dilla sangat ingin segera pulang ke rumahnya.

"Dilla!!" Ucap mereka berdua.

Dilla terus saja melangkah keluar dari restoran dan langsung masuk ke dalam taksi saat menyadari taksi itu kosong.

"Gara-gara lo dia pergi." Ucap Anhar kepada Hadi.

"Kenapa gue?"

Tanpa menjawab pertanyaan Hadi, ia pergi keluar untuk menyusul Dilla.
Ia melihat Dilla masuk kedalam taksi itu. Anhar pun langsung membawa mobilnya untuk mengejar taksi tersebut.

Namun berbeda dengan Hadi yang tampak sangat kesal. Ia kesal kepada Anhar yang terus saja meminta pacarnya untuk kembali bersamanya dan ia juga kesal kepada Dilla yang menangis dan pergi begitu saja.
Ia bingung mengapa Dilla harus menangis saat Anhar memintanya kembali untuk bersama. Apa yang membuatnya sedih?
Hadi duduk sambil menghembuskan nafas dengan kasar. Ia tak mengerti dengan kejadian yang baru saja terjadi. Kepalanya pusing karena terus memperkirakan alasan Dilla menangis.
Seorang wanita berseragam menghampirinya.

"Maaf pak. 2 orang yang tadi kemana ya? Mereka belum bayar."

"Sial! Mereka yang makan, gue yang bayar." Ucapnya sambil mengeluarkan dompetnya.

Dilla mematikan ponselnya yang terus saja berdering karena panggilan dari Anhar.
Saat ia telah sampai di rumahnya, ia segera keluar setelah membayar taksi tersebut. Namun baru saja ia akan melangkah, seseorang menahannya dan menariknya ke dalam pelukan itu. Dilla tahu itu Anhar, makanya ia tak menolaknya.

"Kenapa kamu harus jadi pacarnya? Dari kapan kalian berdua?" Tanya Anhar.

Dilla tak menjawab pertanyaan Anhar lagi. Ia lebih memilih menikmati pelukan Anhar yang mungkin tak akan pernah ia rasakan lagi karena Hadi.

"Jawab aku! Kenapa kamu terima dia?"

Dilla melepaskan pelukan Anhar dan menarik nafas untuk menjawab pertanyaan Anhar.

"Aku punya alasan sendiri buat nerima Hadi. Pernyataan kamu tadi telat. Nyatanya aku sekarang bersama Hadi." Jawab Dilla.

Anhar menatap wajah wanita di hadapannya dengan teliti. Wajahnya yang seperti ini yang membuat Anhar tak bisa berjauhan dengan Dilla. Wajah sayunya membuat Anhar semakin ingin memeluknya dan membuatnya tertawa.
Anhar menggenggam kedua tangan Dilla dan mengelusnya pelan. Mereka berdua saling menatap dengan perasaan yang sedang kalut.

"Tell me. Apa kamu cinta Hadi?"

Pertanyaan Anhar membuat Dilla melepaskan genggaman Anhar dan berlari ke rumahnya. Kepergiaan Dilla membuat Anhar tersenyum.

"I know what you feel."

Be My Future [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang