Dizza terkekeh geli mendengar ucapan mamanya, ia senang ada yang membela. Makan malam terasa hangat bila semua keluarga berkumpul, saling tukar cerita kegiatan masing-masing hari ini. Apalagi papanya Dizza seorang Public Relation yang sering bertemu orang yang berbeda setiap hari tentunya itu menjadi bahan pembicaraan yang seru untuk dikupas.
Lain lagi dengan mas Riza, dia seorang asisten manager di perusahaan tambang timah, menikah dengan seorang pramugari bernama mbak Vivi tapi sayang pernikahanya hanya berlangsung selama dua tahun karena mbak Vivi meninggal dalam tugas, pesawat yang dikendarainya mengalami gangguan sinyal dan menabrak bukit berbatu. Tak ada yang selamat dalam peristiwa itu, semua jasad korban tidak ada yang utuh, tim DVI MABES POLRI pun mengalami kesulitan untuk mengidentifikasi jasad korban. Saat peristiwa itu terjadi, kakaknya juga sedang tugas di Belitung.
Mama mengabarinya sambil menangis dan menyuruhnya untuk segera bertolak ke Bogor, tempat peristiwa itu terjadi. Mas Riza terpukul dengan peristiwa itu, sebelum menikah memang mbak Vivi sudah memperingatkan konsekuensi menjadi suami dari pramugari yaitu harus siap untuk kehilangan kapan saja karena maut selalu mengintai dimana dia berada. Tapi kakaknya tidak pernah menyangka akan cepat sekali kehilangan istrinya, wanita yang sangat dikaguminya.
Selama prosesi pemakaman, kakaknya begitu menyesal akan peristiwa itu. Ia begitu menyalahkan dirinya sendiri. Dia menyesal tidak bisa melarang istrinya untuk tidak bekerja untuk mengurus anaknya saja. Dia kasihan pada anaknya yang masih kecil, masih butuh figur seorang ibu. Dia merasa telah gagal menjadi imam untuk keluarganya.
Semenjak kejadian itu kakaknya membenci pesawat terbang dan tidak pernah lagi mau untuk ditugaskan keluar daerah, dia ingat anaknya, Fikri.. Ia tidak mau anak semata wayangnya itu menjadi yatim piatu. Maka dari itu Dizza sayang banget sama Fikri, anak itu pendiam, kalem seperti ibunya beda banget sama ayahnya yang bawel abis dan tukang ngeledek.
Tiap hari valentine tiba Dizza pasti kebanjiran coklat dari penggemar cowoknya, coklat itu dia berikan sama Fikri. Fikri suka sekali coklat, makanya karies giginya makin parah, kalo kakaknya tau coklatnya dari Dizza bisa mencak-mencak dia. Untungnya selama ini nggak pernah ketauan sih.
Tiba-tiba kakaknya menepuk lengan Dizza pelan, namun baginya itu cukup mengejutkan. Ia malu ketauan sedang bengong.
"Bengong aja kamu, mikirin apa sih? Ayam tetangga pada mati ntar! Ditanyain mama tuh.."
Dizza kelabakan, ia tidak memperhatikan keadaan sekitar karena keasyikan bengong.
"Iya kenapa, Ma?"
"Kamu lagi kenapa, Diz? Kok bengong? Lagi mikirin pelajaran atau ada masalah lain?"
Dizza meneguk air putih di hadapannya sambil melirik kakaknya. "Bukan masalah pelajaran kok Ma, lagian kalo pelajaran masih bisa aku handle.. Emang tadi Mama mau nanya apa?"
"Itu tadi Vatar ke sini ngapain?"
Dizza hampir saja tersedak bola ikan yang sedang dikunyahnya. Mamanya membahas cowok itu lagi. Padahal ia sudah lupa saat bangun tidur tadi.
"Oh jadi itu namanya Vatar, Ma? Aku nggak kenal makanya tadi gak aku pinjemin bukunya, takut besok bingung nyari orangnya kalo bukunya belum dibalikin. Tadi sih dia kesini mau pinjem buku." jelas Dizza panjang lebar, Ayu hanya menatap heran pada putrinya itu.
"Ya ampun Dizza.. Kamu nggak kenal Vatar? Dia kan tetangga kita, rumah ketiga dari ujung sana, anaknya tante Mira. Kamu nggak inget?"
Mamanya menunjuk ke arah kanan rumahnya, Dizza mengangkat bahunya tak tahu.
"Aku nggak kenal Ma, masa kalo kenal nggak aku pinjemin buku dan nggak aku suruh masuk. Mama sendirikan yang bilang jangan terlalu dekat dengan laki-laki yang bukan muhrim?"
Ayu memutar matanya. "Maksudnya jangan deket-deket secara fisik sayang, kalo cuma disuruh masuk ya nggak apa-apa. Mama nggak ngajarin kamu untuk nggak sopan sama tamu, ada tamu kok dibiarin di luar.."
Dizza senyum malu-malu. Sesekali melirik papa dan kakaknya yang sedang menatapnya juga dengan tatapan heran.
"Ganteng nggak Ma orangnya?" tanya kakaknya penasaran. Ayu mengangguk dan mengacungkan dua jempolnya.
"Pantes aja ganteng makanya tadi dia bengong mikirin Vatar kali tu, Ma." cibir kakaknya usil, Dizza menonjok punggung kakaknya gemas.
"Jangan asal deh, Mas! Kenal juga enggak.. Ngapain dipikirin? Udah ah aku mau ke kamar, masih banyak PR yang belum dikerjain."
"Makanya Diz kalo ngebo jangan kelamaan! Jadi repot sendirikan?"
Dizza tidak meladeni ucapan kakaknya dan beranjak ke kamar.
Dikit-dikit dulu ya untuk permulaan, namanya juga baru belajar😁

KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia Dizza [COMPLETED]
Roman pour Adolescents[1-69 PRIVATE STORY, FOLLOW FIRST TO READ FULL CHAPTER] Dizza Mazaya Azalea si cewek yang berprinsip tidak ingin pacaran, mengelabui cowok-cowok yang mengejarnya dengan berakting menjadikan kakak laki-lakinya sebagai pacarnya. Dizza membenci Vatar...