23. Unwanted III

1.2K 241 35
                                    

Vatar heran dengan keputusan Dizza yang akan pindah ke rumah pacarnya, mereka kan belum menikah, tidak selazimnya mereka satu rumah. Apa pendapat orang-orang nanti tentang dirinya? Bukankah ini merugikan dirinya sendiri? Vatar semakin penasaran dengan kehidupan luar Riza. Suatu saat diam-diam dia akan mencari tahu.

Setelah seminggu kepindahan Dizza, Vatar tidak dapat lagi menyembunyikan rasa penasarannya, dia bertekad untuk mengintai kehidupan Riza dari berangkat hingga pulang kerja. Vatar sudah izin empat hari tidak masuk sekolah dengan alasan urusan keluarga, Kevin hanya terheran-heran mendengar rencana Vatar yang dianggap kurang kerjaan.

Sudah tiga hari Vatar mengintai kegiatan Riza sehari-hari, dia mencari tahu dari rekan kerja, security kantor, sampai tukang parkir. Riza dikenal ramah dan tidak pernah terlibat masalah dengan sesama rekan kerjanya. Vatar cukup kecewa dengan hasil pengintaian ini, ternyata dia orang baik. Bila sampai nanti sore dia tidak menemukan kejanggalan, dia akan menghentikan pengintaiannya.

Siang ini Vatar sedang memakan kentang goreng yang dia cocol sambal saos, restoran ini ramai oleh mahasiswa yang sedang makan siang, lokasi kantor Riza memang berdekatan dengan kampus. Mahasiswi-mahasiswi itu memperhatikan Vatar, melihat aneh dengan penampilan yang gendut, berjenggot dan sedikit berkeringat. Vatar sendiri pun jijik melihat dirinya di cermin. Seperti om-om berumur 35 tahun.

Berkali-kali matanya menangkap mahasiswi-mahasiswi itu sedang menggunjing Vatar, walaupun gendut dan berjenggot wajah khas anak SMA nya tak dapat disembunyikan. Masih tetap kinclong dan tanpa kerut, Vatar melirik mereka garang, namun mahasiswi itu malah senyum-senyum senang. Kurang jutek apalagi dia menghadapi mereka. Padahal dengan penampilannya yang sejelek sekarang masih saja ada yang senang memandanginya. Bagaimana bila dia membuka penyamarannya di sini? Pasti mereka berteriak histeris.

Vatar menunggu Riza pulang, sudah jam empat sore tapi laki-laki itu belum menampakkan batang hidungnya. Dua hari kemarin memang dia pulang malam terus, mungkin hari ini lembur juga. Tak apalah ini terakhir kalinya dia menguntit laki-laki itu. Pukul empat lewat sepuluh menit Riza tiba di parkiran, laki-laki itu sedang merapikan rambutnya dengan gel, menyisirinya, kemejanya pun sudah di gulung sampai siku. Sepertinya dia akan pergi.

Vatar bersiap menyalakan mesin mobilnya, mengekori mobil Riza dengan menjaga jarak aman tentunya agar laki-laki itu tidak curiga ada mobil yang membuntutinya. Riza memarkirkan mobilnya di depan restoran khas cina. Kepalanya menoleh ke sana kemari saat tiba di ruangan, seperti sedang mencari seseorang. Dia menemukannya. Seorang perempuan menunggu di meja pojok.

Gotcha!

Riza menghampiri meja perempuan itu, duduk berhadapan. Vatar tak dapat mendengar apa yang mereka bicarakan. Dia hanya bisa melihat dari jauh dan memotret dengan DSLR nya with continous mode. Men-zoom in dan zoom out tiap pergerakan yang mereka lakukan. Terlihat Riza mengeluarkan sesuatu dari saku celananya. Sebuah kotak persegi empat berwarna merah yang di yakininya itu sebuah kotak cincin. Gosh!

Riza membuka kotak itu, mengeluarkan isinya, sebuah cincin emas. Menyematkannya di jari manis perempuan itu lalu mencium tangannya. Vatar mendengus kasar melihat kejadian itu, kalau itu bukan tempat umum Vatar sudah menarik kerah baju Riza saat itu juga, membanting tubuhnya ke atas meja, memukulinya sampai babak belur. Vatar mengelus dadanya yang terasa panas.

Satu setengah jam Vatar menunggu mereka makan dan bercakap-cakap. Dadanya sudah naik turun menahan amarah. Rasanya dia sudah tidak sabar lagi melabrak laki-laki itu. Akhirnya mobil Riza meluncur keluar dari parkiran restoran untuk mengantar perempuan itu. Saat mereka tiba dan Riza sudah sendirian di dalam mobil, Vatar menghadang mobilnya di tempat yang sepi. Vatar keluar dari mobilnya dan menghampiri mobil Riza yang pintunya belum terbuka.

Rahasia Dizza [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang