Sore ini Dizza sedang membereskan baju-baju kotor kakaknya yang akan ia bawa pulang ke rumah untuk dicuci. Ia melihat jaket Vatar yang masih tersampir di sandaran kursi. Vatar lupa membawanya saat Dizza mengusirnya kemarin. Akan ia kemanakan jaket itu? Haruskah ia berikan pada Vatar besok? Rasanya gengsi sekali kalau harus mulai berbicara duluan setelah ia yang bersikeras agar cowok itu tak mendekatinya lagi.
Dizza menyentuh jaket itu dan menciumnya. Wangi khas Vatar, ia rindu akan wangi itu, jauh di dalam hatinya sesungguhnya ia juga rindu akan kehadiran Vatar. Tapi di sisi lain Dizza benci pada ulahnya yang semena-mena terhadap kakaknya. Ia benci keadaan ini, ia benci semua hal yang terjadi pada dirinya dan keluarganya Dizza merasa depresi berat menghadapi semua cobaan yang diberikan Tuhan. Andaikan waktu dapat diputar, ia ingin memperbaiki semuanya. Terutama kesalahannya yang dengan sengaja membohongi orang lain.
Kemarin adalah hari terakhir pelaksanaan UTS, para siswa hanya menunggu hasil nilai yang akan diambil oleh orang tua masing-masing minggu depan. Vatar, Kevin, dan Dody tengah berbincang di kelas Vatar membicarakan perkembangan Dizza. Namun sepertinya tidak ada perkembangan yang signifikan, jadi mereka tidak membahasnya lebih lanjut, khawatir Vatar semakin down. Maka mereka mencoba membahas hal lain.
"Elo belom nepatin janji lo sama gue, Tar?" tagih Kevin saat Vatar tengah asyik menyisiri rambutnya yang sudah agak sedikit gondrong, ia belum sempat bercukur karena sibuk memikirkan masalahnya.
"Janji apaan?" tanya Vatar tanpa menatap Kevin, ia masih melihat dirinya melalui cermin. Cermin pinjaman milik anak perempuan yang duduk di belakang mejanya. Tidak mungkin ia ke sekolah membawa cermin bergambar hello kitty.
"Lo janjiin gue boleh minta apa aja, asal gue ikut lo pergi ke rumah sakit sama Lidya, kan? Nah gue minta janji itu."
"Oooh itu, ya udah. Elo minta apa sih? Martabak depan sekolah? Apa baksonya Bang Kumis?" Vatar melirik malas ke arah Kevin, ia sengaja menawarkan yang murah-murah untuk soulmate-nya itu. Vatar tahu kegemaran Kevin dan itu selalu yang aneh-aneh. Jadi tidak mungkin ia mentraktirnya sebotol minuman keras, kan?
"Gue minta tiket VVIP konsernya coldplay!" Kevin berseru lantang seolah itu adalah permintaan yang lumrah.
Vatar dan Dody terbelalak. "Eh monyet! Emang lo kira harga tu tiket berapa? Yang paling murah itu empat juta!" komen Dody.
"Harga segitu belom apa-apa, dibanding sakitnya pas gue deket Lidya kemaren." sahut Kevin cuek seraya memainkan ponselnya. Bahkan, ia sama sekali tidak tersinggung di bilang monyet. Biasanya, Kevin tersinggung bila disamakan spesies hewan yang satu itu.
"Parah lo Vin! Bantuin temen peritungan banget!" sindir Dody, tapi Kevin tidak berniat menimpalinya. Ia kembali fokus pada Vatar.
"Ayolah, Tar! Anggep aja ini pelesiran dari kegalauan lo." Kevin kembali membujuk Vatar, kali ini dengan cara menyangkutpautkan masalahnya. Biarpun ingin melupakan masalah, tidak perlu pergi hingga ke luar negeri. Di Indonesia juga banyak tempat-tempat bagus. Sudah jelas itu hanya akal-akalan Kevin yang ngebet keluar negeri.
"Gue bayarin tiket pesawatnya aja deh." tawar Vatar agar keinginan Kevin tidak menggila seperti tadi.
"Tiket pesawat, tiket konser, uang saku, akomodasi di sana ya elo yang tanggung lah! Kan lo sendiri yang bilang, APAPUN PERMINTAAN GUE AKAN LO KABULIN."
Kevin mengulang janji Vatar saat cowok itu membujuknya untuk menemaninya ke rumah sakit dengan Lidya. Rasanya Vatar menyesal sekali mengucapkan hal itu pada makhluk tidak tahu diri macam Kevin.
"Elo gila aja kali Vin, duit dari mana gue?"
"Tinggal bilang sama Papa Evan." ujar Kevin cuek, menyilangkan kakinya ke atas meja. Dody yang duduk berhadapan dengan Kevin harus sedikit menyingkir, mereka hanya dipisahkan oleh meja. Sepatu Kevin hampir saja mengenai wajah Dody. Bahkan anak itu tidak mengucapkan apapun. Benar-benar anak yang tidak tahu sopan santun.

KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia Dizza [COMPLETED]
Teen Fiction[1-69 PRIVATE STORY, FOLLOW FIRST TO READ FULL CHAPTER] Dizza Mazaya Azalea si cewek yang berprinsip tidak ingin pacaran, mengelabui cowok-cowok yang mengejarnya dengan berakting menjadikan kakak laki-lakinya sebagai pacarnya. Dizza membenci Vatar...