Belum sempat ada yang menjawab, Vatar muncul dari balik pintu. Kontan saja Dizza lari menghambur ke kamarnya, semua saling pandang, tak terkecuali Vatar, ekspresi wajahnya terlihat bingung.
"Dizza kenapa tuh, Tar? Ngeliat lo kayak ngeliat setan langsung ngibrit." tanya Lidya memberanikan diri bertanya setelah aksi diam-diamannya di mobil tadi.
Vatar balik bertanya. "Tadi dia pake jilbab nggak?"
Kuartet itu menggeleng . "Palingan dia mau make jilbab dulu, soalnya gue pernah ke sini tapi dia nggak pake jilbab trus dia ya kayak tadi, ngibrit." lanjut Vatar, kuartet itu hanya membentuk huruf O di mulutnya sambil manggut-manggut.
"Tadinya gue kira dia pake jilbab mulu karena kepalanya nggak punya rambut, alias botak hahahaha." tawa Vatar menggelegar. Namun Dizza sudah ada di sampingnya berdehem, Vatar mengatupkan mulutnya. Terkejut akan kemunculan Dizza yang tidak ia sadari.
''Aku denger lho! Kamu di luar aja ya! Aku mau ngobrol sama temen-temen aku, girls only!" ujar Dizza sambil mendorong punggung Vatar keluar dari ruang tamu. Saat kejadian itu berlangsung Ayu yang tidak setuju dengan perilaku Dizza menegur anaknya tersebut.
"Dizza kamu ngapain? Kok Vatar di suruh keluar? Kamu keterlaluan."
"Abis tadi Vatar ngatain aku botak, Ma!"
"Sudah, jangan ngebantah! Kalo kamu sekali lagi begitu, uang jajan kamu Mama kurangi!" ancam Ayu seraya menyuruh Vatar masuk ke ruang tamu. Teman-temannya hanya menonton kejadian itu dari balik sofa menahan tawa melihat ekspresi kesal Dizza.
"Kayaknya nyokap lo lebih sayang sama Vatar Diz, daripada lo!" komen Vania setelah Mama Dizza meninggalkan mereka semua.
"Nggak tau tuh pake pelet apaan, orang-orang pada demen sama dia, huh!" jawab Dizza masih dengan nada kesal sambil menuangkan minuman untuk teman-temannya.
"Eh kuno amat pelet, emang aku manusia jadul!" sambar Vatar cepat dari pojok ruangan.
Dizza memelototi Vatar yang menunggu jawaban Dizza tapi gadis itu sepertinya tidak mau meladeninya daripada uang jajannya di kurangi, hihihi itu bisa jadi senjata Vatar untuk menindas Dizza suatu hari nanti kalau Dizza semena-mena terhadapnya.
"Kalo dia pake pelet Diz masa efeknya gak berfungsi sama lo, di ulang cuma sama lo Diz gak ngefeknya!" ujar Arum usil.
"Udah ah jangan bahas dia, gimana tadi di sekolah? Ada ulangan nggak?" tanya Dizza mengalihkan pembicaraan.
"Nggak ada, tapi banyak catatan soalnya banyak guru gak masuk hari ini nanti gue pinjemin bukunya." Arum mencari-cari buku catatannya di dalam tas untuk dipinjamkan ke Dizza. "Oh iya tadi Rendy nitipin ini ke gue katanya buat lo." tambahnya seraya memberikan bungkusan berpita ungu. Dizza hanya membolak-balikkan kotak itu dan menaruh begitu saja di meja. "Apaan tuh ya? Aku kan nggak lagi ulang tahun." ucapnya bingung.
Diam-diam Vatar memperhatikan raut wajah Dizza, tak ada senyuman, tak ada sorak sorai karena senang diberikan hadiah dari lawan jenis. Berbeda dari hari kemarin saat bertemu Mas Riza wajah gadis itu sumringah walaupun masih lemas sehabis pingsan. Apakah benar Mas Riza pacaran dengan Dizza?
Seperti mengerti isi pikiran Vatar, Vania teringat misinya kemarin untuk bertanya sesuatu pada Dizza.
"Kok lo gak seneng dapet kado dari cowok si Diz? Kalo gue udah jingkrak-jingkrak kali!"
"Oh atau lo diem-diem udah punya cowok yah? Yang bukan anak sekolah? Yang lebih dewasa gitu Diz." Dizza mengernyitkan dahinya tak mengerti. Vania pun menambahkan pancingannya agar Dizza mau bercerita banyak tentang cowok yang disebutkan Vatar kemarin.
![](https://img.wattpad.com/cover/94197555-288-k380572.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia Dizza [COMPLETED]
Teen Fiction[1-69 PRIVATE STORY, FOLLOW FIRST TO READ FULL CHAPTER] Dizza Mazaya Azalea si cewek yang berprinsip tidak ingin pacaran, mengelabui cowok-cowok yang mengejarnya dengan berakting menjadikan kakak laki-lakinya sebagai pacarnya. Dizza membenci Vatar...