8. Penasaran

1.9K 466 49
                                    

Vania: Tar udah nyampe rumah lo?

Vatar: Udah

Vania: Dizza gimana? Udah siuman kan ?

Vatar: Iya tadi gue bangunin eh dia bangun juga

Vania: Hah? Tadi gue bangunin ampe puluhan kali gak bangun-bangun! Kok di bangunin sama lo gampang yak?

Vatar: Hahaaha mungkin dia merindukan suara berkharisma dari cowok kaya gue Van.

Vania: Lo si cowok berkeris Tar, lo kan orang jawa...heheheheee

Sejenak Vatar berpikir untuk menanyakan pria barusan, mungkin Vania tau kan mereka best friend an.

Vatar: Van si Dizza punya pacar ya? Tadi dateng ke rumah tau.

Vania: Masa si? Dizza gak cerita, gak mungkin, Dizza tuh polos banget Tar, gak player kayak lo!Gak mungkin dia pacaran.

Vatar: Fakta berbicara Van.

Vania: Besok gue tanyain deh ke orangnya, udah dulu ya gue mau siap-siap pergi nih, thanks yaa tadi udah bantu kita.

Vatar tak membalas pesan itu, yess besok dia bakal dapet jawaban tanpa harus nanya ke Dizza langsung bisa di bilang kepo nanti. Senyumnya mengembang. Thanks Van harusnya gue yang bilang makasih sama lo.

Di rumah Dizza, Mas Riza sedang memijit - mijit kepala Dizza me-massage nya pelan-pelan agar Dizza merasa rileks, kakaknya itu pintar memijit, dulu sebelum bekerja kantoran dia pernah kerja di salon milik orang tua temannya selama dua tahun untuk membiayai sendiri kuliahnya, dia tidak mau merepotkan orang tua nya walaupun orang tuanya tidak keberatan membiayai kuliah Mas Riza.

Dizza bangga mempunyai kakak yang mandiri seperti Mas Riza, setelah menikah pun Mas Riza langsung menempati rumah pribadinya yang hanya beda RT dari rumah Dizza, dengan pengahasilannya sebagai asisten manager itu bukan perkara susah untuk membeli rumah. Dizza berharap dia bisa mencontoh sikap kakaknya itu.

"Tadi cowok yang namanya Vatar, Diz?" tanya Mas Riza membuyarkan lamunan Dizza. Tangannya masih lincah memijit-mijit kepala Dizza.

"Iya Mas, dia yang anter aku ke rumah "

"Cakep anaknya, baik lagi.." puji Mas Riza sambil melemaskan punggung Dizza yang kaku.

Dizza mencebik. "Apaan! Nyebelin gitu! Aku sebel banget sama dia! Tiap ketemu pasti deh berantem."

"Tadi kok akur? Lagian jangan terlalu sebel sama cowok, nanti jadi seneng betul loh. Heheh." goda Mas Riza membuat Dizza memonyongkan bibirnya lima senti.

Ayu dari luar rumah tampak membawa piring kosong, sepertinya dari rumah Vatar karena Ayu membawa bunga mawar, bunga yang dibudi dayakan Mamanya Vatar yang memang pencinta bunga.

"Ni Diz bunga mawar dari Mamanya Vatar, katanya semoga cepet sembuh, tadi Mama ngasih tape goreng buat ucapan terima kasih karena Vatar udah antar kamu pulang, eh pulangnya dibawain kembang."

''Cie ciee dapet kembang dari calon mertua cieee pecah rekor ni yang belom punya pacar." Goda Mas Riza lagi.

"Apaan si Mas garing banget." Dizza semakin memonyongkan bibirnya.

"Gak papa Diz kalo kamu hanya deket aja sama cowok yang penting kamu tau batasannya, Mama juga kasian kalo terlalu mengekang kamu, takutnya kamu malah kalem di didepan Mama tapi liar di belakang Mama" Ujarnya sambil mengusap-usap lengan Dizza.

"Iya aku ngerti kok yang Mama lakuin itu untuk kebaikan aku, it's ok mom." Dizza memeluk Mamanya hangat.

Keesokan harinya Dizza merasa badannya masih terasa tidak enak, dia memutuskan untuk tidak masuk sekolah hari ini daripada nanti dia pingsan lagi di sekolah, kasian teman-temannya yang harus mengurusi dirinya seharian.Papanya yang biasanya kerja minta cuti untuk menemani Dizza ke rumah sakit hari ini.

Rahasia Dizza [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang