11. Yang Tak Terduga

1.7K 417 45
                                    

"Kayaknya Mas udah tau jawaban kamu, bentar lagi ada new couple ni. Ehemmmmm."

Dizza melempar bantal kursi yang ada di ruang tamu ke tempat kakaknya duduk. Mereka tertawa bersama. Mas Riza menghentikan tawanya dia berencana akan keluar kota tiga hari lagi, jadi dia tidak bisa mengantar ke sekolah atau hanya sekadar untuk bercengkrama dengan Dizza di rumah. Mas Riza sangat mengkhawatirkan adik satu-satunya tersebut, seperti menjaga mutiara miliaran rupiah yang berharga, adik kecilnya yang polos, yang belum terjamah cowok manapun.

Mas Riza berpikir keras kira-kira siapa yang akan mengantarnya berangkat sekolah, Mas Riza tidak mau Dizza naik angkutan umum, selain Dizza sering bangun kesiangan, angkutan umum tidak aman untuk pelajar seperti Dizza, rawan kejahatan, seperti pencopetan, perampokan, penculikan, sampai pelecehan seksual. Mas Riza ngeri membayangkannya.

Lalu dia teringat Vatar cowok yang baru saja di bahasnya. Dia percaya kalau cowok itu bisa di percaya untuk menjaga Dizza, Vatar bukan tipe cowok yang kurang ajar sama cewek. Walaupun baru sekali bertemu Mas Riza yakin Vatar cowok yang baik. Diam-diam Mas Riza bertemu dengan Vatar untuk membahas rencana ini.

"Jadi gimana? Kamu mau mengemban amanah ini?" tanya Riza pada cowok di hadapannya yang sedang melihat keluar jendela restoran fast food, mereka janjian di sana. Agar tak ada yang tahu rencana ini, kalau Dizza tahu kakaknya akan keluar kota pasti anak itu akan merengek seperti bayi dan membutuhkan waktu yang lama untuk meyakinkannya, tidak cukup hanya di beri permen lalu lantas dia diam. Tidak semudah itu.

"Apa yang membuat lo berpikir gue mau?" Vatar membuka suara, masih melihat keluar jendela entah apa yang dilihatnya di luar sana.

Riza tergelak.

"Sudahlah, aku hanya ingin berbagi kebahagiaan denganmu, aku tau hati kamu senang dengan rencana ku ini."

Vatar menatap Riza tajam.

"Lo gila ya?? Mana ada pacar yang meminta cowok lain buat jagain ceweknya, kalo gue jatuh cinta beneran gimana?"

"Kalo Dizza jodohku pasti dia akan kembali padaku." Riza tertawa dalam hatinya mengucapkan kata-kata barusan.

"Sinting lo!!" Vatar meninggalkan Riza yang masih duduk di restoran itu sepertinya rencana A gagal dan dia pun menyusun rencana B.

Sepanjang perjalanan pulang Vatar benar-benar kesal dengan ulah pacar Dizza itu, umurnya aja yang tua, pemikirannya gak lebih dari ABG labil yang sering ditemuinya di sekolahan.

Dia menganggap cinta Dizza main-main. Vatar mengasihani cewek polos itu. Dizza pantas mendapatkan pacar yang lebih baik daripada si Riza itu. Jangan-jangan dia keluar kota buat nyari pacar baru, menggantikan Dizza, pacar yang bisa langsung di ajak nikah, karena kalau dengan Dizza dia harus menunggu lulus sekolah dulu untuk menikahinya. Benar-benar gila. Vatar meraba saku celana, sepertinya ponselnya bergetar. Benar saja, Riza mengirimkan pesan.

'Tar, please cuma kamu yang bisa aku percaya, demi Dizza Tar, please...'

Vatar tak membalas pesan itu, menaruh ponsel di dashboard mobilnya, hatinya kalut. Benar kata si tua itu, hatinya senang bisa menjemput Dizza, tapi di lain sisi dia takut semakin jatuh cinta dengan cewek itu. Dia tidak ingin merusak hubungan asmara orang.

Tapi bila tak menyanggupi rencana Riza, Vatar kasihan melihat gadis itu yang selalu kesiangan bila tak di antar ke sekolah. Vatar menggaruk-garuk kepalanya, pusing memikirkan dua hal tersebut.

Di rumah Dizza sedang asyik chat dengan teman-temannya.

Metha:Thanks god tomorrow is friday

Rahasia Dizza [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang