45. She's Not Her

960 203 54
                                    

Karena tak kunjung mendengar, Kevin menyuruh Dody untuk menghampiri cewek itu. Cewek itu berbalik, namun itu bukan Dizza.. Hanya mirip dari belakang saja. Dody membawanya ke dalam kelas, Vatar tak menghiraukannya karena itu bukan Dizzanya. Vatar lupa kalau Dizzanya tidak akan menemuinya lagi. Kini future wife-nya itu sudah punya Ferdy.

"Tadi dia nyariin elo, gue bilang bentar lagi dateng. Ya udah dia nungguin..." Kevin menjelaskan padahal Vatar tidak bertanya. Teman yang sangat perhatian.

"Ngapain nyariin gue?"

Kevin mengangkat bahunya. "Mana gue tau..."

"Elo jangan macem-macem, Vin... Bokap gue bakal marah kalo nilai gue jeblok. Inget, UAN dua bulan lagi."

"Bukan gue, dia sendiri yang nyariin lo ke sini."

Pembicaraan mereka terpotong karena cewek itu sudah ada di hadapan mereka, dia tersenyum kepada Vatar tapi Vatar tidak memperhatikannya. Ia masih sibuk mengumpat pada Kevin, Kevin dan Dody senyum-senyum melihat wajah kesal Vatar.

"Kak Vatar?" panggil cewek itu.

Vatar mendongak, ia terperangah melihat cewek di hadapannya yang kurang lebih mirip dengan Dizza. Mata, hidung, alis, bulu matanya tapi bibirnya berbeda. Bibir yang kala itu ingin Vatar kecup. Bibir yang Vatar pikir akan menjadi milik Riza. Ia jadi teringat betapa kesalnya waktu itu. Ia kesal karena harus bersaing dengan cowok tampan itu, yang memiliki segalanya hingga dirinya tak mempunyai celah untuk menandinginya.

Kevin jahanam! Tidak mungkin dia tidak tahu tentang semua ini?? Pasti dia yang merencanakan semuanya! Soulmate-nya itu pasti sengaja mencarikan cewek yang berpostur sama dengan Dizza agar dirinya bisa cepat move on. Sialan! Apa Kevin lupa kalau dia yang menyuruhnya untuk melupakan Dizza? Sekarang malah dia sendiri yang memberikan Dizza imitasi. Brengsek!

Saat Vatar menoleh untuk protes pada Kevin, sobatnya itu sudah menghilang entah kemana bersama Dody. Bagus! Jadi mereka berkomplot membiarkan dirinya dan cewek ini berduaan saja? Vatar merasa kepalanya sudah bertanduk sekarang.

"Kak Vatar? Aku ganggu nggak?"

Vatar kelabakan, ia lupa menjawab sapaan cewek ini. Ia sampai tergagap menjawabnya. Cewek itu langsung duduk di sebelahnya, padahal ia tidak menyuruhnya untuk duduk.

"S-sedikit sih, ada apa ya?"

"Aku cuma mau kenalan, Kak."

Vatar tertawa. "Lo kan udah tau nama gue. Ngapain kenalan lagi?"

"Tapi kan, Kakak belum tau nama aku..."

"Oh, emang nama lo siapa?"

"Dita, Kak..."

Vatar memijit keningnya. Apalagi sekarang? Namanya saja hampir mirip. Vatar melirik badge di lengan kiri seragam cewek itu. Masih kelas X. Pantas saja dia memanggilnya kakak. Apa mungkin Dizza punya adik atau saudara kembar? Semirip apapun cewek ini dengan Dizza, dia tidak sama dengan Dizzanya. Dizzanya tidak akan pernah melakukan pendekatan duluan pada laki-laki.

"Oke, Dita.. Udahkan kenalannya? Soalnya gue mau belajar nih.." ujar Vatar cuek sambil mengangkat buku Sosiologi yang sedang dibacanya. Ia memaksakan sedikit senyum di bibirnya.

"Yah, Kakak... Aku masih pengen ngobrol." protes cewek itu kecewa.

"Lain kali aja, ya?" tawar Vatar sambil membuka kembali buku paket Sosiologinya, tanpa diduga cewek itu malah memegang tangannya.

"Kak... Aku suka sama Kak Vatar..."

Vatar melongo mendengarnya, baru saja mereka bertemu cewek itu bilang menyukainya? Apa dia bercanda? Vatar akan mengeluarkan suaranya, namun cewek itu sudah berlari keluar kelas. Ia baru teringat tidak boleh menyakiti hati seorang perempuan. Ia tidak tegaan, ia mengejarnya walau dengan terpaksa. Vatar ingin memanggil namanya, tapi lupa siapa... Oh iya, namanya Dita.

Rahasia Dizza [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang