Kevin kembali ke kantin dengan wajah kusut, Dody sudah terbiasa dengan wajah Kevin yang seperti itu bila setelah bertemu dengan Lidya. Kevin menghampiri meja Dody lalu menggeser kursinya kasar. Ia tidak mengatakan sepatah katapun, itu artinya Kevin benar-benar sedang marah.
"Ngapain Lidya?" tanya Dody saat melihat Kevin duduk dihadapannya. Ia tidak memperdulikan wajah Kevin yang ditekuk, ia ingin tahu ada urusan apa Lidya mendatangi mantannya itu? Apakah meminta balikan?
"Nanyain Vatar, gue bilang sama dia kalo Vatar bakal move on dari Dizza..." Kevin mengambil garpu dan sendoknya, memulai kembali acara makannya yang tertunda. Wajahnya bertambah kesal melihat mie ayamnya yang sudah mekar dan dingin karena lumayan lama ditinggal.
"Bagus deh, Dizza udah nginjek-nginjek harga diri Vatar juga.. Buat apa ngejar cewek kayak gitu.."
"Ho oh, pokoknya Dod.. Kita harus bantu Vatar biar cepet move on." ucap Kevin seraya menyantap kembali mie ayamnya, sementara Dody sudah selesai makan bagian miliknya.
"So pasti lah, eh ntar balik sekolah ke rumah Vatar dulu yuk udah sembuh apa belom tu bocah.." ajak Dody.
"Iya, pasti nyokapnya rempong sendiri tuh. Tadi juga nelpon gue, nanyain kemarin si Vatar makan apa aja. Takut kena kuman."
Dody tertawa renyah. "Anak mami."
"Wajar Dod, anak satu-satunya... Kalo is dead udah nggak ada stokannya." ujar Kevin santai, sepertinya ia sedang serius... Tidak bercanda seperti biasanya, mungkin karena pengaruh bertemu Lidya barusan.
Dody tersenyum jahil. "Bikin lagi."
Kevin tersedak. Lalu terbatuk-batuk. Menoyor kepala Dody.
"Bego..!"
Dody tertawa. "Bokap nyokapnya bikin Vatar di luar angkasa kali, makanya dinamain Andromeda."
"Diem lo, Dod! Gue lagi makan ini... Ntar keselek lagi." Kevin menggeram, padahal ia sangat ingin tertawa mendengar ucapan Dody tapi mulutnya penuh makanan.
Lagi-lagi Dody tertawa.
Sepulang sekolah Kevin dan Dody menjenguk Vatar, setelah dibawa ke rumah sakit kondisinya membaik. Ternyata dia hanya mengalami demam biasa, mungkin karena kemarin terkena gerimis lalu pulangnya tidak sempat mencuci rambut maka ia pusing. Kevin dan Dody bersyukur Vatar sudah bisa banyak bergerak. Tidak seperti hari sebelumnya yang selalu mengeluh pusing. Semoga saja besok ia sudah masuk sekolah.
Lidya yang hari ini tidak dijemput pacarnya karena ada latihan basket terpaksa menumpang mobil Vania, mau tidak mau ia menjadi orang terakhir yang diantar Vania karena rumahnya paling jauh diantara rumah temannya yang lain. Dizza yang kebetulan menumpang pun daritadi hanya diam saja.
"Ferdy nggak nganterin lo dulu, Diz?" tanya Vania, yang sedang menyupir... Ia hanya melirik Dizza dari spion tengah kaca mobilnya.
"Enggak, tadi dia ada remedial geografi. Aku disuruh pulang duluan, nanti sore dia nyusul ke rumah sakit."
"Oh, besok les mulai lagi kan ya? Sebenernya males banget gue.. Udah les, tapi kayaknya gue nggak pinter-pinter." ucap Vania sambil mencubit keningnya sendiri. Sudah bisa ditebak cewek seperti Vania pasti lebih mementingkan fisik daripada otak.
"Iya. Kalo nggak inget nyokap gue yang bayar, gue juga males." tambah Arum.
"Oh iya lupa!" Lidya berteriak tiba-tiba hingga Metha yang ada disebelahnya meniup tangannya ke telinga kanan dan ke telinga kiri.
"Apaan si lo, Ya? Ngagetin gue aja, untung aja gue nggak jantungan."
"Tadi gue dikasih oleh-oleh sama Kevin..." ujar Lidya mencari sesuatu di tasnya. Hampir saja ia lupa memberikan gantungan kunci itu pada teman-temannya, jangan sampai besok ia diceramahi oleh Kevin karena titipannya belum diberikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia Dizza [COMPLETED]
Teen Fiction[1-69 PRIVATE STORY, FOLLOW FIRST TO READ FULL CHAPTER] Dizza Mazaya Azalea si cewek yang berprinsip tidak ingin pacaran, mengelabui cowok-cowok yang mengejarnya dengan berakting menjadikan kakak laki-lakinya sebagai pacarnya. Dizza membenci Vatar...