Arum calling....
Dengan takut-takut Dizza menerima teleponnya dan mendekatkannya ke kuping, Arum terdengar marah dan berteriak membuat Dizza menjauhkan handphone dari kupingnya, jangan sampe ke dokter THT gara-gara dengerin omelan Arum yang overload.
"Dizza elo dimana? Gue telepon berkali-kali nggak diangkat? Lo sengaja ya?"
"Maaf Rum tadi aku ketiduran, ya udah nanti kalo udah deket aku kabarin ya ini aku udah di jalan kok. Bye Rum..."
Dizza buru-buru mematikan teleponnya dan memasukkannya ke tas, wajar saja dia marah, mereka sudah menunggu selama hampir dua jam! Oh entah nanti mereka masih setia menunggu atau sudah pergi masing-masing. Dizza mulai panik. Duduknya gelisah. Vatar merasa risih di buatnya.
"Kamu kenapa si? Gelisah amat..." tanyanya heran melihat perubahan sikap Dizza yang duduknya geser sana geser sini.
"Arum marah-marah, Tar... Takuttttt." Dizza menutup mukanya dengan kedua tangan.
"Yaelahh santai aja kali, lagian kamu si tidur nggak tau waktu."
"Ih tu kan... Kamu jadi nyalahin aku!" Dizza menatap Vatar tak suka, seolah cowok di sebelahnya itu mengkambing hitamkan dirinya.
"Terus aku nyalahin siapa? Nyalahin diri sendiri gitu?" ucap Vatar seperti mencibiri Dizza.
"Iyalah kamu salah gak datang lebih awal, kan jadi bisa bangunin aku lebih cepet."
"Hahahaha kayaknya sekarang kamu deh yang modusin aku, bilang aja kamu nyuruh aku tidur sama kamu." Vatar menertawai jawaban Dizza yang terkesan mengada-ada, jelas sekali cewek itu tak mau di salahkan.
"Aku nggak bilang gitu."
Dizza melotot dan mencubit lengan Vatar.
"Aduh! Sakit! Uhh sekali lagi kamu kayak gitu aku rantai tangan kamu."
Dizza cuma menjulurkan lidahnya, membuat Vatar kesal dan menarik pelan jilbabnya tentu saja hal itu yang di benci Dizza karena membuat penampilan dirinya jadi berantakan.
"Vatar! Nggak suka cara kamu deh."
Dizza merengut kesal, Vatar balas menjulurkan lidahnya pada Dizza, Dizza kembali mencubitnya kali ini lebih keras.
"Kalo aku lagi nggak nyupir, udah aku cium kamu!"
"Hahaha kayak berani aja."
"Ih nantangin liat nanti yah."
Dizza cuma mengacungkan jari telunjuk dan tengahnya membentuk huruf V, peace. Bisa gawat kalau Vatar benar-benar menciumnya. Dizza cuma meringis ngeri.
Arum menggerutu kesal dan membanting hape ke mejanya, Metha yang sedang sibuk pedekate dengan teman pacarnya Vania cuma geleng-geleng kepala melihatnya.
"Sayang Rum handphone lo di banting-banting."
"Gue kesel sama si Dizza masa jam segini masih di jalan, gue udah laper Met." Arum membenamkan wajahnya di meja, frustasi.
"Iya BBM gue juga belom di bales." Sahut Lidya sambil melihat notifikasi handphone di tangannya.
"Buset nyampe jam berapa itu bocah jam segini masih di jalan, belom macetnya, belom gak dapet tempat parkirnya. Haduhh!" Andrew mengeluh frustasi, Lidya hanya menyentuh lembut lengan cowok itu menyuruhnya sedikit bersabar.
"Ya udah pesen makanan duluan aja yuk." Ajak Yudha yang kasian melihat pacarnya yang sudah kelaparan.
"Yuk Rum, lo mau pesen apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia Dizza [COMPLETED]
Teen Fiction[1-69 PRIVATE STORY, FOLLOW FIRST TO READ FULL CHAPTER] Dizza Mazaya Azalea si cewek yang berprinsip tidak ingin pacaran, mengelabui cowok-cowok yang mengejarnya dengan berakting menjadikan kakak laki-lakinya sebagai pacarnya. Dizza membenci Vatar...