18. Vatar Dicium?

1.5K 331 55
                                    

Sepulang sekolah Dizza terkejut melihat Mas Riza yang sudah menunggu di depan kelasnya, Dizza tak bisa menahan diri untuk melepaskan kerinduannya pada kakak satu-satunya itu. Dizza memeluknya erat, Riza pun mencium kening Dizza dan membelai puncak kepala adiknya itu.

Beberapa murid mencibiri kelakuan mereka yang dianggap terlalu berlebihan, mempertontonkan kemesraan di depan umum. Dizza tidak peduli dengan tatapan aneh teman-temannya, dia sangat rindu dengan kakaknya. Bersyukur sudah pulang dengan selamat sehingga mereka bisa bertemu lagi seperti sekarang.

"Mas, kok nggak bilang mau pulang? Kapan nyampe?" Dizza bertanya setelah mereka berdua berada di mobil.

"Baru aja, tuh barang-barang Mas juga masih di mobil..."

Dizza melongok jok tengah yang penuh koper dan barang-barang kakaknya. Sepertinya dia langsung menuju sekolahnya setelah pulang dari stasiun. Mobil yang digunakan saat ini pun mobil sewaan. Kakaknya memang baik sekali.

"Maksain banget jemput aku, nanti Mas kecapean.."

"Enggak cape kok, setelah liat adik Mas yang unyu ini...hehe."

"Ah, Mas bisa aja..." Dizza tersipu malu. Kakaknya paling bisa membuatnya melayang.

"Oh iya, kemarin gimana jalan sama Vatar? Dia kurang ajar nggak sama kamu?"

Kepala Dizza tiba-tiba pusing, baru beberapa jam yang lalu dia hampir melupakan cowok itu sekarang kakaknya membahasnya lagi.

"Engga kok Mas, mulutnya aja dia yang kurang ajar tapi sikapnya sopan kok..."

Riza menoleh antusias ke arah Dizza. "Nah kan! Udah Mas duga dia tuh emang baik, walaupun kata kamu dia playboy sih. Hehehe..."

"Emberrrr! Dia udah punya cewek Mas, aku nggak enak kalo dianter jemput sama dia..."

"Ow turut berduka ya, Diz.." Riza menyunggingkan senyumnya, Dizza meliriknya tajam. Tak suka dengan tanggapan kakaknya seolah ada seseorang yang meninggal. Walaupun tanggapan itu ada benarnya juga. Hatinya yang telah tewas karena Vatar kini sudah tidak single lagi.

"Well, cowok playboy pasti punya alasan kok kenapa dia bisa jadi playboy Diz." Dizza menautkan alisnya tak mengerti.

"Karena dulu Mas pun playboy.." sambungnya lagi datar seolah menerawang masa-masa mudanya yang telah lewat.

"Oh ya? Alasannya?" Dizza bertanya seperti menggoda kakaknya, tidak percaya kalau dulu kakaknya juga playboy.

"Rahasia... Hahahahaha."

Dizza mengerucutkan bibirnya. "Nggak seru ah, main rahasia-rahasiaan."

"Udah jangan ngambek, nih Mas kasih oleh-oleh..." Riza mengambil bungkusan di jok tengah dan memberikannya ke Dizza.

"Apaan ni, Mas?" tanya Dizza bingung sambil membolak-balikan bungkusan itu.

"Buka dong."

Pelan pelan Dizza membuka bungkusan itu dan melihat isi di dalamnya.

"Ih batik! Bagus Mas warnanya, aku udah lama nyari warna ini tapi belum nemu yang cocok, makasih ya, Mas?" pekik Dizza senang. Ia pun melipat baju itu dan memasukkan kembali ke dalam bungkusnya.

"Iya....Satunya lagi buat Vatar, nanti kalo ketemu tolong dikasiin."

Dizza bingung sendiri bagaimana dia bisa mulai berkomunikasi dengan Vatar setelah kejadian tadi, rasanya malu sekali. Kenapa ia begitu ceroboh menampakkan isi hatinya. Pasti sekarang cowok itu sedang berspekulasi macam-macam tentang dirinya, Dizza menepuk jidat berkali-kali menyesali kebodohannya.

Rahasia Dizza [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang