54. For You I Bleed Myself Dry

888 229 47
                                    

Vatar sudah menunggu selama setengah jam di ruang khusus guru, Bu Widya dan Bu Septi yang merupakan wali kelasnya dan wali kelas Dizza dari tadi sudah kesal menunggu Dizza yang tak kunjung tiba, mereka mondar-mandir dan sebentar-sebentar melihat jam yang melekat di pergelangan tangan masing-masing. Vatar membaca susunan acara hari ini, mereka berdua memang akan menjadi raja dan ratu sekolah. Tapi, Vatar tidak menyangka bahwa mereka mempunyai aturan dalam menjalankan peran tersebut.

Bu Septi yang sudah tidak sabar menunggu kedatangan Dizza keluar ruangan dan pergi entah kemana. Vatar menghela napasnya, ia masih harus menunggu. Tidak lama kemudian Bu Septi kembali ke ruangan tanpa hasil apa-apa. Dia hanya bilang Dizza sudah datang, namun akan menunjukkan kursi untuk kakaknya. Mereka pun menunggu lagi.

Sudah hampir lima belas menit Dizza tidak datang ke ruangan, kebetulan Arum masuk ke ruangan itu. Bu Septi pun menyuruh Arum untuk memanggil Dizza. Terlihat sekali nada kesal Bu Septi saat berbicara dengan Arum. Wajar saja dia kesal, mereka sudah menunggu Dizza selama satu jam. Bu Widya yang di sampingnya hanya senyum-senyum melihat Bu Septi yang mengomel.

Beberapa menit kemudian terdengar langkah kaki dan suara pintu dibuka. Ketiga orang yang berada di ruangan itu menoleh kompak ke arah pintu. Dizza berdiri di ambang pintu dengan anggun. Ia mengenakan kebaya yang begitu spektakuler, kebaya berwarna merah muda dengan payet hijau tosca membungkus tubuh bagian atas yang ramping dan turun mengembang di bagian pinggulnya.

Gradasi warna dua jilbab digabung menjadi satu ala kue lapis yang tergulung ke atas menambah semarak penampilan Dizza. Mahkota kecil yang menghiasi kepalanya berkilau indah menyilaukan mata yang melihat. Riasan wajahnya yang natural membuat cewek itu semakin terlihat cantik. Inikah Dizza? Inikah future wife-nya? Dizza menjelma menjadi seorang princess disney!

Waktu seakan berhenti berputar saat ia melihat makhluk indah di depan matanya. Ia merasa menjadi cowok mesum yang terpesona hanya karena melihat fisik seorang perempuan. Tanpa ia sadari, entah sudah keberapa kalinya ia menelan ludah. Ia benar-benar tersihir dengan penampilan Dizza hari ini. Mungkin kalau ini komik, ia pasti sudah mimisan.

Vatar segera membuang wajahnya, sedapat mungkin ia tidak akan memandang Dizza lama-lama. Pikirannya bisa keruh sekeruh air got bila terus-terusan menatap cewek itu. Ia tidak boleh tertarik dengan Dizza, Dizza sudah membencinya setengah mati. Walaupun Riza sudah sadar dari koma, ia ragu Dizza akan memaafkannya.

Karena waktu sudah semakin sempit, Bu Septi dan Bu Widya hanya menyampaikan hal inti saja pada mereka berdua. Dua wali kelas itu hanya memeriksa kerapihan busana yang mereka kenakan dan menyuruh mereka untuk tersenyum saat berada di atas panggung. Setelah selesai memberi arahan, Bu Septi dan Bu Widya meninggalkan mereka berduaan saja di ruangan itu. Apa yang harus ia lakukan? Ingin sekali ia menegur Dizza duluan, tapi ia takut cewek itu mendiamkan dan acuh tak acuh padanya. Kalau itu terjadi memalukan sekali, bukan?

Mereka hanya terdiam, suasana yang sunyi menambah kekakuan diantara mereka. Suara hembusan napas pun terdengar nyaring di ruangan ini. Vatar menunggu, mungkin saja Dizza akan berbicara duluan padanya. Siapa tahu hal itu akan terjadi. Tapi, sesuatu yang diharapkan memang tidak selalu berjalan sesuai keinginannya. Hingga nama mereka dipanggil Dizza tak mengucapkan sepatah kata pun. Apakah sebegitu sulitnya Dizza mengeluarkan suara untuknya? Ternyata berdamai dengan Michael jauh lebih mudah daripada harus berdamai dengan Dizza!

Vatar teringat dengan instruksi wali kelasnya tadi, Dizza harus menggamit lengannya saat menaiki panggung. Ia tersenyum senang saat Dizza melakukan hal tersebut. Ia merasa menang dan terbantu walau itu bagian dari susunan acara. Rasanya ia ingin tertawa melihat wajah tegang Dizza di sebelahnya. Dizza tampak lucu!

Keberuntungan Vatar tidak sampai di situ, fotografer yang ingin mengabadikan moment ini menyuruh mereka untuk melakukan berbagai posisi foto dengan jarak yang cukup dekat. Vatar merasa terbang ke awang-awang. Kapan lagi ia akan mendapat kesempatan seperti ini? Mengingat sebentar lagi ia akan berangkat ke luar negeri. Vatar tersenyum bahagia.

Rahasia Dizza [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang