Dizza berlari masuk ke pekarangan rumah Vatar, ia melihat dua orang cowok keluar dari mobil Vatar. Dizza memanggil nama Vatar, cowok itu menoleh ke arah Dizza dengan ekspresi terkejut. Dizza menghampiri cowok itu, Dizza salah mengira. Ternyata, itu bukan Vatar melainkan Kevin.
"Kok kamu ada di sini, Vin? Vatarnya mana?" tanya Dizza, matanya mengamati orang yang disebelah Kevin yang ia harapkan adalah Vatar. Lagi-lagi ia salah, itu Dody. Bukan Vatar.
"Ada juga gue yang nanya, ngapain lo ke sini?" Kevin balik bertanya nyolot.
"A-aku mau ketemu Vatar. Dia dimana, Vin?
"Vatar udah di Amrik." jawab Kevin tanpa menatap Dizza, tangannya memencet alarm pengunci mobil.
"Kok mobilnya dipake kamu? Kamu boong kan, Vin? Vatar masih ada di sini, aku mau ketemu dia. Please." Dizza memohon.
"Ngapain gue boong, Vatar beneran udah pergi. Telat, baru nyari dia sekarang! Dari kemaren kemana aja?"
"Vin." Dody menengahi, Kevin tampak emosi berbicara dengan Dizza. Mata Dizza sudah sudah berkaca-kaca mendengar ucapan Kevin.
"Aku mau minta maaf sama Vatar. Tolong panggilin dia, Vin." Dizza mengguncang-guncang bahu Kevin. Kevin pun mendorong Dizza.
"Vatar udah pergi! Lo pulang aja sana!"
"Vin! Jangan kasar!" Dody membentak Kevin yang mendelik kesetanan, lalu tatapan Dody beralih pada Dizza. "Kita ngobrol di dalem aja, ayo masuk." ajak Dody pada Dizza, sementara Kevin melotot sebagai bentuk protes. Dody menyeret Kevin agar cowok itu tidak banyak bicara lagi. Akhirnya, mereka bertiga masuk ke dalam rumah Vatar.
"Kakak lo udah sadar, Diz? Sekarang lo tinggal dimana?" tanya Dody basa-basi sambil menuangkan minuman ke gelas yang tersedia di meja ruang tamu. Kevin yang duduk di samping Dody menatap tajam ke arah Dizza. Dody merasakan aura kebencian menguar dari tubuh Kevin.
"Alhamdulillah udah, Dod. Aku masih tinggal bareng kakakku."
Dody mengangguk dan mulai meminum minumannya. "Oh, kalo boleh tau ada keperluan apa nyari Vatar?
"Aku mau minta maaf sama Vatar. Aku tau aku terlambat, tapi aku pengen banget ngomong sama dia. Udah beberapa hari ini aku telepon dia, tapi nomernya nggak aktif. Kamu tau nggak nomer dia yang baru?"
Dody menghela napasnya. "Dia selalu telepon gue pake nomer yang beda. Ini lima nomer yang dia pake kemaren buat nelpon gue. Coba aja lo catet."
Dizza menyalin nomor Vatar dari ponsel Dody. "Sekarang dia dimana, Dod? Dia baik-baik aja kan?"
"Nggak baik-baik juga sih. Katanya dia lagi flu karena suhu di sana dingin banget."
"Aku pengen ngobrol sama dia, Dod."
"Sorry, Diz. Bukannya gue mau ngelarang, mendingan lo sekarang-sekarang nggak usah hubungi dia. Tolong jangan bebanin dia lagi. Kasian, selama ini dia udah menderita gara-gara lo." ucap Kevin lembut.
"Bener kata Kevin, kasian Vatar kalo cuma disakitin sama lo."
"Aku nggak tau kalo dia segitu sukanya sama aku, aku nyesel nggak dengerin omongan Vatar. Aku egois."
"Ya udah, yang penting sekarang lo udah nyadarin kesalahan lo. Vatar pasti maafin lo kok." ujar Dody menenangkan, Dizza manggut-manggut dan sekilas melirik Kevin. Ia baru menyadari wajah Kevin yang memar.
"Vin, muka kamu kenapa?"
"Ya ini gara-gara Ferdy, mantan lo. Dia mabok-mabokan kemaren. Gue nih jadi tumbal. Makanya, kita tinggal sementara di sini sampe luka gue sembuh."
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia Dizza [COMPLETED]
Teen Fiction[1-69 PRIVATE STORY, FOLLOW FIRST TO READ FULL CHAPTER] Dizza Mazaya Azalea si cewek yang berprinsip tidak ingin pacaran, mengelabui cowok-cowok yang mengejarnya dengan berakting menjadikan kakak laki-lakinya sebagai pacarnya. Dizza membenci Vatar...