13. A Day With You

1.5K 365 46
                                    

Vatar benci kenyataan kalau Dizza sudah mempunyai pacar, kenapa pacarnya bukan dirinya saja. Banyak keuntungan yang bisa di ambil bila Dizza menjadi pacarnya, selain ganteng, rumah mereka pun berdekatan tak sulit untuk saling menjaga. Kenapa harus si Riza? Cowok gak bertanggung jawab yang malah nitipin pacarnya kepada dirinya. Keterlaluan sekali.

Dizza bolak balik melongok handphone-nya, mengecek notifikasi apakah ada panggilan dari Vatar tapi tak ada satu pun. Grup BBM nya ramai sedang membicarakan besok akan memakai kostum apa, Dizza sengaja tidak nimbrung karena masih gamang, partnernya belum tentu ikut, masa dia asik-asikan ngomongin kostum.

Sudah jam sepuluh Vatar belum juga menghubunginya, Dizza cemas, keringat dingin muncul di dahi nya perlahan, padahal dia memasang AC di kamarnya, seumur hidupnya belum pernah dia menghubungi cowok duluan apalagi ini ada urusan nemenin date segala, mendingan dia ketauan nyontek daripada harus hubungin cowok duluan.

Tadi kakaknya sudah memberitahunya bahwa Vatar setuju untuk menemaninya, tapi kenapa sampai sekarang cowok itu tak kunjung menghubunginya? Emang dia tau besok janjian jam berapa..? Dasar playboy sok jual mahal.. Umpat Dizza kesal. Loh kok jadi nyalahin Vatar bukankah dirinya sendiri yang butuh? Atau dirinya yang terlalu jual mahal...Hemmm.

Dizza memejamkan matanya dan mengetikkan pesan BBM...Yup Send and Deliver, terlihat tanda D berwarna biru berarti si empunya akun masih online, yah walaupun itu tidak menjamin dia masih terjaga, tak jarang orang yang mematikan data selulernya bila hendak tidur karena selain boros kuota itu menyedot tenaga baterai cepat habis.

Vatar hampir memejamkan matanya saat ponselnya bergetar lembut di samping meja lampu tidurnya.

Siapa si malem-malem gini? Awas aja gak penting!

Dilihatnya rentetan notifikasi BBM yang mencapai puluhan, kebanyakan dari cewek-cewek yang mengejarnya. Vatar tampak malas menggulirnya sampai matanya tertumbuk pada pesan dari Dizza. Akhirnya Dizza menghubunginya.

Hatinya bersorak, Vatar tak langsung membuka pesan itu, membiarkannya sebentar dan memasang alarm sepuluh menit untuk membukanya, agar Dizza tidak mengira dia sedang menunggu seseorang yang ingin menghubunginya. Vatar tak berani menunda lama-lama untuk tidak membuka pesan itu, bisa-bisa Dizza keburu terlelap, tau sendirikan dia kalo udah tidur di banguninnya susah. Vatar tidak mau mengambil resiko itu.

Dizza: Tar....

Vatar: Hemmmm...

Pura-pura cuek dapet BBM dari Dizza padahal hatinya seneng buenerrrr! Vatar terkekeh geli melihat balasannya sendiri.

Dizza : Besok bisa temenin aku?

Vatar : Insya Allah, mau di jemput jam berapa?

Dizza : Jam tigaan deh bis ashar gitu..

Vatar : Ohh, oke sampai besok...

Dizza tak membalasnya, hatinya merasa tak tenang sekarang, dirinya masih belum percaya dia mendapat keberanian untuk menghubungi cowok duluan. Tangannya sampai basah karena keringat dibuatnya, perutnya tiba-tiba terasa mulas bila ingat besok dia akan pergi dengan cowok, bukan acara biasa tapi ini judulnya date. Tak bisa dibayangkan orang yang selalu menjadi musuh bebuyutannya menjadi teman date-nya.

Apa yang harus dia lakukan dalam situasi itu? Itu bukan kondisi biasa saat mereka berangkat sekolah bareng atau di saat-saat lain yang tidak menuntutnya untuk menjadi sebuah pasangan. Ditambah besok teman-temannya akan membawa pacar masing-masing selain Metha sih yang masih minta dikenalin.

Rahasia Dizza [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang