Vatar bangun lebih awal, kedua temannya masih pulas di sebelahnya. Mereka tidak mau tidur di kamar tamu, alasannya karena malam itu adalah malam terakhir mereka bersama dirinya. Jadi, mereka ingin berada lebih lama dengan Vatar. Apa maksudnya malam terakhir? Mereka pikir dirinya besok akan meninggal? Sialan.
Vatar mandi dan solat shubuh, ia mendengar kokokan suara Michael. Ia melongok kandang Michael dari balkon kamarnya. Ia pasti akan merindukan saat seperti ini. Rutinitas di Amerika pasti tidak akan sama seperti saat ia berada di Indonesia. Benar kata Kevin, ini adalah pagi terakhirnya ia menghirup oksigen di Indonesia. Besok ia tidak akan merasakannya lagi. Besok ia tidak tinggal di rumah ini lagi, tidak bertemu Kevin dan Dody dan tidak bisa mengobrol dengan Michael. Vatar menggelengkan kepalanya. Kenapa pikirannya jadi melankolis sekali?
Vatar membuat segelas susu cokelat hangat, ART nya belum datang. ART nya memang tidak ikut tinggal di sini. Mereka mulai bekerja jam enam pagi hingga jam sembilan malam, tergantung dari ada atau tidaknya pekerjaan di rumah ini. Vatar membawa susu nya keluar rumah, ia ingin menyapa Michael. Sekaligus berpamitan dengan piaraan kesayangan papanya dan kesayangannya juga. Michael tidak dibawa ke Amerika. Ia akan kehilangan teman bicara jika sedang berada di rumah.
"Mic, lo udah bangun? Ah, lo mah bangunnya kan emang pagi mulu ya? Mic, ntar sore gue mau berangkat ke Amrik. Maafin gue ya kalo selama ini gue benci sama lo, abis dulunya lo nyebelin banget sih." Vatar tersenyum melihat Michael yang anteng karena keenakan dibelai olehnya. "Mic, gue pasti kesepian di Amrik nggak ada lo. Lo kesepian nggak kalo nggak ada gue? Oh iya, gimana kalo lo gue kasih temen ayam cewek? Lo mau nggak?" ucapnya ringan lalu Vatar berpikir sejenak. "eh, jangan deh. Ntar lo punya anak trus jadi banyak. Kasian yang ngurus ah. Nggak jadi ya, Mic?" Vatar tertawa sendiri. "nasib kita sama Mic, sama-sama jomblo."
"Cie yang lagi curhat." Dody tersenyum meledek, tahu-tahu dua temannya itu sudah berdiri di sampingnya. Kevin yang berada di sebelah Dody tidak banyak berbicara karena bibirnya yang semakin maju ke depan alias jontor.
"Cie yang nguping." cibir Vatar yang hanya dibalas tertawaan Dody.
"Eh, boleh tuh susunya." Dody menyambar gelas yang berisi susu yang dibuat Vatar tadi hingga habis.
"Anjir, maen embat aja lo! Celamitan."
Dody tertawa kecil. "Kapan lagi kita bisa jailin lo? Tinggal beberapa jam lagi kita berpisah."
"Tailah! Jangan ingetin gue kenapa sih."
"Lo nya aja nggak setia ninggalin kita. Iya nggak, Vin?" tanya Dody pada Kevin sambil menepuk-nepuk rahang Kevin yang lebam. Kevin kesal dan menjitak keras kepala Dody. Vatar tertawa melihatnya.
"Jangan berantem ya, kalo gue nggak ada. Ntar nggak ada yang misahin."
"Ini bukti kasih sayang kita, Tar. Kita nggak beneran berantem." ujar Dody sambil merangkul Kevin sok akrab dan sok manja. Kevin melirik waspada pada Dody agar tangannya tidak menyentuh bagian tubuhnya yang terluka.
"Iyain aja deh." sahut Vatar malas sambil memasukkan Michael ke dalam kandang.
"Btw, lo udah siapin jas buat nanti?"
Vatar mengerutkan keningnya. "Jas apaan?"
"Emang lo mau dateng ke acara perpisahan pake apaan? Kaos?"
Vatar menepuk dahinya. "Gue lupa."
"Hhhh, ya udah yuk ikut ke butik langganan gue." ajak Dody.
"Masih pagi, sarapan dulu lah. Tuh ART gue udah manggil." ucap Vatar bangkit dari jongkoknya lalu berjalan memasuki rumah. Dua orang sobatnya pun mengikuti di belakangnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/94197555-288-k380572.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia Dizza [COMPLETED]
Roman pour Adolescents[1-69 PRIVATE STORY, FOLLOW FIRST TO READ FULL CHAPTER] Dizza Mazaya Azalea si cewek yang berprinsip tidak ingin pacaran, mengelabui cowok-cowok yang mengejarnya dengan berakting menjadikan kakak laki-lakinya sebagai pacarnya. Dizza membenci Vatar...