Tanpa ba-bi-bu lagi Vatar berlari menuju ke gedung olahraga yang berada di lantai satu. Ia sangat tidak sabar untuk tiba di sana. Dua hingga tiga anak tangga ia lewati agar bisa cepat turun dari kelasnya yang berada di lantai dua. Ia mengutuk sekolahnya yang tidak dilengkapi lift. Bagaimana bila terjadi kebakaran? Pasti para siswa tidak akan sempat untuk menyelamatkan nyawanya. Belum lagi tangga ini kecil, tidak cukup menampung banyak orang saat sedang berdesakan, yang ada mereka keburu tewas terinjak-injak.
Kevin pun menyusul Vatar bersama Dody, tapi ia kehilangan jejak. Vatar begitu kesetanan bila ada sesuatu yang menarik perhatian cowok itu. Gerakannya tak terkejar secepat angin, hingga tiba di gedung olahraga pun Kevin tak juga bertemu dengan Vatar, entah menghilang kemana sobatnya itu. Kevin berharap Vatar tidak berbuat anarkis dengan menghajar Ferdy di depan awak media. Kalau benar terjadi, tindakan itu sangat tolol.
Vatar akhirnya tiba, lalu mengambil tempat berdiri di barisan kedua, di sekeliling panggung sudah disesaki orang yang ingin menonton. Vatar harus bersusah payah untuk mendapatkan tempat yang ia miliki sekarang, ia melihat Dizza sedang membaca naskah yang akan diucapkan nanti. Ferdy pun sedang melakukan hal yang sama. Mereka berdiri di panggung kecil yang di rancang untuk empat orang. Vatar menatap geram pada Ferdy. Cowok itu benar-benar mencari masalah dengannya.
Dua MC memberi aba-aba untuk segera memulai acara mereka, kini Ferdy berhadapan dengan Dizza, tangan kanannya membawa setangkai mawar merah, sedangkan tangan kirinya membawa sebungkus coklat. Sepertinya Dizza diminta memilih kedua benda itu yang merupakan jawaban Dizza nantinya. Semoga saja Dizza menolak.
Acara dimulai dengan perkenalan dua MC dan dua orang pasangan itu tentunya. Mereka tampak tegang, mungkin karena tidak terbiasa dengan sorot kamera yang begitu banyak. Vatar sudah tidak sabar mendengarkan perkenalan yang dianggapnya bertele-tele ini. Kalau ia mempunyai remote pencepat peristiwa, ia akan meng-skip scene yang ini. Sayangnya, ia tidak mempunyai remote canggih itu, jadi mau tidak mau ia harus mendengarkan walau malas.
"Kak Ferdy udah berapa lama kenal Kak Dizza?" tanya MC acara itu yang ia kenal artis kondang juga. Rasanya Vatar ingin mengobrak-abrik acara murahan di hadapannya, biar rating acaranya anjlok sekalian. Ia tidak peduli, bisa-bisanya Ferdy mengundang acara norak ini ke sekolahnya. Dasar kampungan!
"Kenalnya udah lama, dari kelas X, tapi baru bisa deket sekarang."
"Ooh, berarti Kak Dizza susah dideketin dong?"
"Banget deh! Gue nembak lebih dari tujuh kali ditolak mulu."
"Hah? Tujuh kali? Kalo sekarang ditolak lagi gimana?" tanya MC cewek itu syok, tapi ia tertawa.. Sedikit meledek mungkin.
"Emang guenya aja kali apes." sahutnya grogi seraya menggaruk tengkuknya. Dizza tersenyum mendengar jawaban Ferdy dan memancing tawa penonton yang lain.
"Namanya juga berjuang ya, Kak? Salut deh sama Kakak." ucap MC cowok sambil menepuk bahu Ferdy.
"Gimana Kak Dizza? Udah bisa ngasih jawaban sekarang?" tanya MC cewek yang daritadi sibuk merapikan poninya yang menghalangi mata.
Seketika gemuruh suara di dalam gedung olahraga indoor ini menyerukan kalimat TERIMA TERIMA. Kalimat yang terdengar horor di telinga Vatar. Entah Dizza menyadari kehadirannya atau tidak, Vatar tetap menatap cewek itu tajam, ia tidak ingin melewatkan sedetik pun apa yang Dizza lakukan. Ini merupakan perang terakhirnya bersama Ferdy, bila Dizza menerima Ferdy, maka dialah yang harus menyerah.
TERIMA TERIMA TERIMA
Kalimat itu terus bergemuruh, mendengung keras di telinga Vatar. Detak pacu jantungnya kian cepat, menunggu detik-detik jawaban Dizza. Matanya masih tertuju ke depan, tatap penuh harap Dizza akan menolak Ferdy. Tapi, kenyataan sekarang menyadarkannya bahwa mereka dekat akhir-akhir ini. Vatar tidak bisa berharap banyak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia Dizza [COMPLETED]
Teen Fiction[1-69 PRIVATE STORY, FOLLOW FIRST TO READ FULL CHAPTER] Dizza Mazaya Azalea si cewek yang berprinsip tidak ingin pacaran, mengelabui cowok-cowok yang mengejarnya dengan berakting menjadikan kakak laki-lakinya sebagai pacarnya. Dizza membenci Vatar...