Vatar mengganti channel radionya kasar, mungkin hingga tiga channel ia lewati tanpa didengarnya terlebih dahulu membuat Dizza bertanya heran pada Vatar.
"Kok di pindah? Lagunya bagus kok.."
"Kayaknya lebih bagus dimatiin deh...." Vatar menekan tombol off radionya agar situasi awkward tadi tidak terulang.
"Hahaha nggak sopan! Itu penyanyi favorit aku tau..."
"Siapa? Taylor Swift?"
"Dua-duanya...."
"Serakah kamu ya..."
"Bagus dong, paket hemat bisa dengerin mereka dalam satu lagu...."
"Hemmm, iyain aja nyonya kan selalu benar..."
"Hahaha dasar....Oh iya Tar di mall itu anak berseragam sekolah nggak boleh masuk tau," Dizza mengulang info yang diberikan Metha tadi pagi. Sekadar memberi tahu agar nanti dia tidak sampai ditegur security mall.
"Gapapa, aku tunggu di luar aja."
Dizza berpikir keras bagaimana caranya agar Vatar bisa masuk mall, dia sudah terlalu banyak merepotkan cowok di sebelahnya. Masa dia tega si meninggalkan cowok itu sendirian di parkiran sementara dirinya asyik-asyik belanja. Dizza mendapat ide cemerlang tepat saat mereka tiba di parkiran mall itu.
"Kamu tunggu di sini aja. Aku cepet kok."
Dizza segera meninggalkan Vatar yang belum keluar dari mobilnya, dia masih bisa mendengar cowok itu mendumel karena meninggalkannya begitu saja. Vatar benci menunggu di parkir basement, selain panas, atapnya terlalu rendah. Belum lagi bila ada yang sedang memanaskan mobil, memperparah keadaan.
Vatar membuka dua kancing atas baju putihnya, mengipas-ngipas dengan tangan. Sesekali melihat pintu keluar, siapa tahu Dizza sudah selesai dengan urusannya. Tapi cewek itu belum nampak, Vatar sampai kaget tiba-tiba ada suara di belakang punggungnya.
"Dipake ni, Tar...." Dizza memberikan sebuah paperbag bertuliskan lacoste pada Vatar. Vatar hanya membeo, bingung.
"Maksudnya? Kamu nyuruh aku ganti baju?" Vatar semakin bingung melihat isi paperbag itu satu setel baju dan celana.
"Iya. Ayo ganti."
"Dimana? Toiletnya kan di dalem, aku gak boleh masuk..."
"Di sini..." Dizza membuka lebar-lebar pintu mobil Vatar.
Vatar menutup mulutnya, pura-pura terkejut dengan gaya se-alay mungkin.
"Gak mau, nanti kamu ngintip..."
Vatar memegangi dadanya seolah Dizza akan mencuri sesuatu darinya.
"Gak akan!! Cepet ganti..."
Dizza mendorong punggung Vatar untuk cepat-cepat masuk ke dalam mobil dan menutup pintunya. Dizza memalingkan tubuhnya agar Vatar tak menganggap dirinya mengintip saat cowok itu ganti baju.
"Za..." Panggil Vatar dari dalam mobil.
"Apaan? Jangan panggil aku kalo kamu belom berpakaian lengkap."
"Tolong copotin ini dong..."
"Jangan aneh-aneh deh Tar! Copot sendiri..." Dizza masih tetap tidak memalingkan tubuhnya, tetap di posisi semula.
"Ini liat dulu dong, copotin label harganya, aku malu..." ujarnya tak sabar melihat Dizza yang cuek dengan perintahnya. Dizza hampir saja berteriak histeris.
"Ih Vatar aku kira kamu masih telanjang, nongol tiba-tiba gitu, ngagetin aja deh ah!" makinya kesal, memukul pelan punggung cowok itu, Vatar malah cengengesan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia Dizza [COMPLETED]
Ficção Adolescente[1-69 PRIVATE STORY, FOLLOW FIRST TO READ FULL CHAPTER] Dizza Mazaya Azalea si cewek yang berprinsip tidak ingin pacaran, mengelabui cowok-cowok yang mengejarnya dengan berakting menjadikan kakak laki-lakinya sebagai pacarnya. Dizza membenci Vatar...