46. LOL You're Not Dizza

898 205 40
                                    

Semenjak kejadian itu Dizza jadi sering uring-uringan, ia bertambah benci pada Vatar. Ia selalu menghindar bila akan bertemu atau berpapasan dengan cowok itu. Dizza pun tidak mengerti apa yang terjadi pada dirinya. Yang jelas ia benci dengan cowok yang bernama Vatar Khairan Andromeda alias si pembawa sial itu! Ia benci.....!

Dizza selalu dibanding-bandingkan dengan pacar baru Vatar. Ia muak dengan semua ini, ingin rasanya pindah sekolah. Tapi, UAN hanya dua bulan lagi.. Waktu yang sebentar lagi akan mengantarkan dirinya menjadi alumni sekolah ini. Setelah semua yang terjadi ia ingin membuka kehidupan yang baru tanpa bertemu dengan orang-orang yang bersekolah di sini.

Tentang hubungannya dengan Ferdy, ia masih bingung masih akan tetap dilanjut atau harus diakhiri... Ia tidak mengerti dengan perasaannya. Ferdy cowok yang baik, pengertian, dan perhatian, tapi itu tidak cukup membuatnya jatuh cinta. Dizza merasa cinta Ferdy kepadanya begitu menggebu-gebu, tapi Dizza tidak bisa melakukan hal yang sama. Ia menjadi merasa bersalah kepada Ferdy.

Dizza pikir, setelah Ferdy menembaknya dan ia terima.. Cinta akan datang seiring waktu karena mereka sering berjumpa. Tapi, kenyataannya tidak.. Justru sekarang yang sering muncul dipikirannya adalah Vatar! Si sialan yang sudah mempermalukannya di depan umum! Ada apa dengan pikirannya? Kenapa yang muncul dipikirannya malah orang yang paling dibencinya?

Kejadian itu sudah dua minggu berlalu, tapi Dizza belum bisa melupakannya. Ia jadi sering makan di kelas daripada harus ke kantin. Ia tidak suka diperhatikan oleh orang-orang, terutama bila ada Dita. Ia jadi seperti punya kembaran. Dizza tidak enak harus merepotkan Ferdy yang selalu membawakan makanan ke kelas. Tapi, ia tidak mau bertemu Vatar dan Ferdy sepertinya setuju saja tentang hal itu. Ferdy sangat mendukung Dizza untuk tidak bertemu Vatar.

"Habis ini mau kemana?" tanya Ferdy. Ia tersenyum menatap Dizza, Dizza merasa bersalah melihatnya. Cintanya begitu tulus. Dizza hanya mengangkat bahunya tidak tahu, mereka sedang minum es kopi di kafe dekat rumah sakit.

"Kamu kenapa? Sakit? Kok lesu? Atau kamu nggak suka ya kita mampir ke sini?" tanya Ferdy khawatir, ia jadi ingin menangis mendengar Ferdy begitu mengkhawatirkannya. Ia tidak habis pikir dengan penilaian teman-temannya yang selalu menganggap buruk Ferdy.

"Nggak apa-apa.. Cuma lagi nggak mood aja."

"Kenapa? Kalau ada apa-apa kamu cerita sama aku.."

"Serius, nggak apa-apa.."

Ferdy mengangguk-angguk namun sejurus kemudian matanya terbelalak melihat ke depan, Ferdy seperti sedang melihat hantu.

"Loh? Itu kan Vatar..."

Dizza menoleh, baru saja nama itu melintas di pikirannya Vatar sudah muncul bersama Dita dan kedua temannya. Dizza berharap cowok itu tidak membuatnya sial kali ini. Hah? Mereka malam mingguan berempat? Kevin dan Dody mau saja menjadi obat nyamuk... Vatar, Kevin, dan Dody sudah melewati mejanya, ia bersyukur tidak berdekatan meja dengan mereka. Tapi, teriakan Dita mengacaukan segalanya.

"Kak Dizza!" sapanya girang saat melihat Dizza dan Ferdy berada di tempat yang sama, salahnya memang mengambil meja kedua dari depan. Orang yang datang akan langsung mengetahui keberadaan mereka. Dita mengambil tempat di meja sebelah kirinya, sementara Kevin dan Dody terpisah di meja belakang. Vatar belum tiba di tempatnya, cowok itu masih mengorder minuman. Mau tidak mau Dizza menjawab sapaan Dita.

"Hai, lagi jalan juga?"

"Iya, tadi abis main boling. Capek banget.. Kak Kevin sama Kak Dody jago banget mainnya." ujarnya sambil duduk di kursi lalu menaruh tasnya di meja. Dita terlihat feminin bila menggunakan baju bebas. Tasnya saja tas kulit yang biasa digunakan orang bila pergi ke pesta. 

Rahasia Dizza [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang