15. Nobar II

1.5K 338 37
                                    

Metha yang mempunyai hobi makan pun tak berpikir lama-lama untuk memborong semua cemilan yang menggugah seleranya, Vania yang takut badannya melar hanya membeli dua pop corn ukuran sedang dan dua diet coke, tampak Ditho si cowok kekar itu protes dan membeli lagi roti ukuran jumbo. Kesal dengan pacarnya yang hanya membelikan popcorn yang tak manis.

Setelah selesai, mereka menuju pintu ruang bioskop untuk pemeriksaan tiket, antrian cukup panjang karena malam minggu, Vatar yang sudah memasuki ruang bioskop duluan meneliti nomor bangku yang tertera di tiket. Dizza yang belum pernah menonton bioskop hanya mengekor saja di belakang.

"Kita duduk di sini Za, kamu pojok deh." Vatar mempersilakan Dizza untuk masuk duluan ke dalam.

"Iya, temen-temen yang lain duduk dimana Tar?" Tanya Dizza saat dirinya sudah duduk dan menaruh cemilannya di kolong bangku.

"Mencar-mencar, soalnya tadi bangkunya kebanyakan udah di pesen orang jadi kita dapet sisa doang, oh tuh Arum paling depan, mau duduk samping dia? Hahaha berisik tau kalo dia lagi ketakutan."

"Hahaha makasih deh aku udah kenyang denger suara cempreng dia tiap hari."

"Mau suasana yang beda bareng aku ya?" Goda Vatar menaik turunkan alisnya yang tebal kayak ulet bulu.

"Idihh Ge Er."

Tiba-tiba handphone Vatar berbunyi,dia lupa men silent nya, ada pesan dari Arum.

KEEP YOUR HANDS OFF HER!!!!

Vatar cuma cengengesan dan menatap ke arah Arum yang sedang menatapnya juga dengan tatapan mengancam. Banyak banget yang sayang sama cewek di sebelahnya

"Vatar! Di tempat gelap jangan bengong, nih popcorn nya di makan." Dizza menegurnya seraya menyodorkan sebungkus popcorn padanya.

Film sudah di mulai tak ada adegan khusus, hanya seorang novelis tuna rungu dan tuna wicara yang mengasingkan diri untuk menyelesaikan karyanya. Ditengah film muncul psikopat yang sudah membunuh tetangga dan pacar tetangganya yang datang untuk menolong. Agak sulit untuk melarikan diri karena si psikopat membocorkan ban mobil si novelis di tambah lokasi rumahnya yang berada di tengah hutan.

Bila si novelis ingin berlari melarikan diri si psikopat membusurkan panah mengenai paha si novelis hingga berdarah-darah dan mematahkan jari-jarinya. Membuat ia hampir tak sadarkan diri akibat kehilangan banyak darah. Namun berkat kegigihan si novelis dia dapat membalikkan keadaan dan membunuh si psikopat.

Seperti yang di duga Vatar saat adegan menegangkan berlangsung Arum berteriak histeris hingga hampir di usir penonton yang lain bila masih saja gaduh, Yudha si pacar hanya bisa memeluk pacarnya yang masih ketakutan. Vatar tersenyum melihat ke arah mereka. Sepertinya teman yang lain tak ada yang duduk saling berdekatan dengannya karena berpikiran sama. Vatar menoleh ke cewek di sebelahnya.

"Kamu gak takut? Kalo takut dada aku free loh buat kamu." Tawarnya sambil menepuk-nepuk dadanya.

"Omes,," Dizza mencibir dan menimpuki Vatar dengan popcorn. Vatar tertawa renyah.

"Kamu sering diajak nonton?"

"Enggak, baru ini." Dizza menyedot softdrink nya hingga habis tanpa menatap Vatar, lalu membuangnya di kolong bangku.

"Oh ya? Trus kalo pacaran kemana aja?" Tanyanya lagi sedikit memiringkan kepalanya.

"Kepo tingkat dewa, keluar yuk ah udah abis tuh filmnya." Ajaknya bangkit dari duduknya menunggu Vatar yang ogah-ogahan keluar dari ruangan.

Vatar beranjak dengan malas menanggapi ajakan Dizza yang belum menjawab pertanyaannya, sebenarnya kemana saja si tua itu bila mengajak Dizza berkencan kalau bukan nonton atau makan? Ataukah dengan kedewasaanya itu dia berani mengajak Dizza ke hotel dan menginap di sana? Vatar penasaran..

Rahasia Dizza [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang