Drrt Drrt Drrt
Ponsel Vatar bergetar, nama penelepon di layar ponselnya berkedip-kedip. Itu sudah panggilan telepon yang ke lima belas kali. Vatar tak kunjung mengangkatnya. Mira di seberang sana sudah khawatir memikirkan kemana gerangan anaknya pergi hingga jam sembilan malam belum tiba di rumah.
Ia takut terjadi sesuatu pada anaknya, Vatar tidak pernah pulang semalam ini tanpa izin orang tua. Kalau tidak dicegah Mira, Evan hampir saja menghubungi polisi untuk melaporkan orang hilang. Laporan orang hilang akan diproses bila orang tersebut tidak ada kabar dua kali dua puluh empat jam. Sedangkan Vatar belum ada kabar baru tiga jam. Jadi, ia belum bisa dikategorikan orang hilang.
Mira sudah mencoba menelepon Kevin dan Dody, tapi mereka menjawab hal yang sama. Yaitu mereka hanya tahu Vatar pergi les. Setelah itu mereka tidak tahu Vatar pergi kemana. Tadinya Mira juga ingin menelpon Dizza, tapi ia tidak tahu nomor ponsel gadis itu. Barangkali Vatar sedang bersama Dizza. Kalau itu benar, Mira bersyukur sekali. Daripada anak semata wayangnya sedang bersama penjahat. Mira bergidik ngeri membayangkan anak semata wayangnya disandera.
Jemari Mira dengan lincah menekan tombol redial, kembali menelepon Vatar. Evan yang sedari tadi berjalan mondar-mandir nampak menghentikan kegiatannya, ia menunggu reaksi istrinya. Wajah Mira tampak sangat khawatir. Berkali-kali ia mengulang-ulang panggilan teleponnya yang tak diangkat. Akhirnya, Mira pun menyerah dan duduk lemas di sofa.
Sayup-sayup Vatar membuka matanya, mengingat-ingat kini ia berada dimana. Vatar menggeliat, ia merasakan kebas di beberapa bagian tubuhnya terutama di kaki dan tangan. Vatar menggerakkan perlahan lalu meluruskan posisi tubuhnya agar peredaran darahnya kembali mengalir lancar.
Vatar mencari ponsel untuk melihat pukul berapa sekarang, suasana sudah gelap dan hening. Sepertinya sudah lewat isya. Jam sembilan lewat, ternyata ia sudah cukup lama tertidur. Area parkir tempat lesnya sudah sepi. Ia takut security sudah menutup gerbang depan, maka Vatar bergegas menyalakan mesin mobilnya untuk pulang.
Sepulang les tadi ia merasa sangat mengantuk, ia takut bila memaksakan mengemudi akan membahayakan dirinya sendiri. Ia sampai lupa mengabari mamanya, pasti mamanya khawatir. Apalagi papanya berencana kembali ke luar negeri sore tadi. Mamanya pasti bingung sendiri, Vatar melihat lima puluh panggilan tak terjawab yang masuk ke ponselnya. Dua puluh panggilan lainnya berasal dari Kevin dan Dody. Mungkin mama menelepon mereka juga untuk mengetahui keberadaannya.
Vatar sengaja tidak menelepon balik mamanya, jarak antara rumah dan tempat lesnya tidak terlalu jauh. Hanya sekitar dua puluh menit bila jalanan lengang. Vatar menyetir secepat yang ia bisa. Hebat, lima belas menit mobilnya sudah meluncur mulus di depan gerbang rumahnya yang sengaja masih terbuka untuk menyambut tuan muda yang terlambat pulang les. Great! Ia melihat papanya sedang berkacak pinggang di depan pintu rumah. Papanya masih di rumah dan pasti marah karena membuat mamanya khawatir.
"Darimana saja kamu?" tanya Evan pada Vatar yang tengah melepas kaus kaki dan sepatunya.
Vatar mendongak. Ternyata Evan sudah berdiri di hadapannya. "Pulang les, Pa..Tadi Vatar ngantuk banget jadi tidur dulu di parkiran. Maaf belum sempet ngabarin, aku pikir mau tidur sebentar doang eh kebablasan.."
"Kamu ini, bikin orang tua cemas aja. Papa harus nunda penerbangan Papa karena mencemaskan kamu!" ujar Evan sambil memperhatikan wajah Vatar. Sepertinya Vatar tidak berbohong kalau dia terlambat pulang karena ketiduran. Mata Vatar masih kemerahan khas orang bangun tidur.
"Maaf, Pa..." gumamnya pelan, sikap protektif Evan memang menakutkan. Vatar tahu papa mencemaskannya, sekaligus marah karena membuat mamanya khawatir. Papa memang sangat sayang pada istrinya. Vatar kadang iri melihat keharmonisan rumah tangga mereka walau terbilang LDR.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia Dizza [COMPLETED]
Teen Fiction[1-69 PRIVATE STORY, FOLLOW FIRST TO READ FULL CHAPTER] Dizza Mazaya Azalea si cewek yang berprinsip tidak ingin pacaran, mengelabui cowok-cowok yang mengejarnya dengan berakting menjadikan kakak laki-lakinya sebagai pacarnya. Dizza membenci Vatar...