2. She Don't Like The Lights

2.8K 200 2
                                    

She don't like the flash, wanna keep us in the dark
She don't like the fame, hate it when we're miles apart
And she getting to the point where it's too much for her
And throw us all away 'cause it's too much for her
She can't hide away 'cause the world knows who we are

                          ●●●

"Kau tetap berada di belakangku. Kuatkan genggamanmu pada bodyguard ku. Jangan sampai kulitmu tergores para wartawan diluar. Aku menyayangimu. "
Kedua bola mata hazel milik Justin menatap tepat kearahku. Tajam namun penuh perhatian.

"Sementara kau berjalan dengan Selena? Menggenggam tangannya? Lalu menebar senyum pada wartawan disana layaknya sepasang seorang kekasih?" Ucapku dengan nada sarkastik.

Justin menghela nafasnya. Wajahnya terlihat lelah.

"Kau tak perlu cemburu sayang, kau tahu kan ini semua hanya settingan produserku."

"Aku tak cemburu."

"Lalu?" Dia masih menatap kearahku sambil mengelus rambut panjangku. Sedangkan aku terus menatap ke bawah, tak berani menatap matanya.

"Aku hanya....lelah. Aku lelah terus berpura-pura di hadapan semua orang. Ayahku, ibuku, teman-temanku terus bertanya perihal hubunganku dengan Ashton, bodyguard mu. Begitu lucu bukan mereka mengira aku berpacaran dengannya? Kadang memang aku merasa selama ini berpacaran dengan Ashton, bukan denganmu, Justin."

"Aku mengerti sweetheart. Semua ini memang berat. Bukan hanya bagi dirimu. Tapi bagi diriku juga."

"Tapi sepertinya kau menikmati saja semua ini."

"Maksudmu?" Justin menaikkan alisnya.

"Ya, Selena kan cantik. Kau juga mantan pacarnya. Mungkin saja kan kau menyukainya kembali? Katakan saja padaku yang sejujurnya, Justin."

"Katakan apa? Aku selalu berusaha jujur padamu."

"Kau dan Selena menjalin hubungan kembali?"

Kali ini Justin menegang. Dia melepaskan genggamannya dari pundaku.

"Kau tak mempercayaiku? Kau mengira aku jatuh cinta lagi pada Selena?"

"Ya. Dan rasanya semua ucapanku benar."

"Aku sudah lelah meyakinkamu. Berulang kali aku menjelaskan padamu bahwa aku hanya mencintaimu dan tidak memiliki sedikitpun rasa pada Selena. Tapi hanya segitu kah rasa percayamu padaku? "

"Kau bilang 'Hanya' segitu rasa kepercayaanku?" Ucapku dengan penuh penekanan.

"Bersabarlah sedikit. Semua akan indah pada waktunya. Kumohon. Aku tahu ini berat bagimu." Dia meraih tanganku kembali. Tapi dengan gerakan cepat aku melepaskannya. Kali ini emosiku meledak ledak.

"Itu masalahnya. Kau hanya TAHU ini berat bagiku tanpa MERASAKANNYA. Justin dengar ya, aku begitu sabar menjalani hubungan ini. Apa perlu aku ingatkan bagaimana sabarnya diriku? Perempuan mana yang sabar ketika kekasihnya pergi ke hawaii dengan perempuan lain selama 2 minggu penuh? Perempuan mana yang sabar ketika harus mendengar pemberitaan setiap harinya bahwa kekasihnya dengan perempuan lain? Aku sudah lelah melihat kau dan selena ciuman, pelukan, merangkul satu sama lain.

"Baby, tapi itu semua hanya..."

"Ya aku tahu itu semua telah diatur oleh produsermu demi karirmu kan? Tapi aku juga punya perasaan. Aku cemburu. Aku lelah. Bukannya aku ingin terkenal atau apa tapi aku juga ingin diakui sebagai kekasihmu." Tangisku pecah.

"Tapi aku butuh waktu untuk mengenalkanmu di depan semua wartawan."

"Berapa lama? 10 tahun? 100 tahun? Maaf aku tak bisa mengorbankan perasaanku dan menunggu selama itu hanya untuk orang yang belum tentu benar-benar mencintaiku."

"Tapi aku sungguh-sungguh mencintaimu."

"Bullshit. Seluruh dunia juga tahu bahwa Justin dan Selena adalah psangan yang sempurna. Dimana ada Justin, pasti ada Selena, bukan aku. Aku hanyalah seorang manager Justin Bieber."

"Lalu kau ingin apa?"

"Putus"

Justin terhenyak. Dia membuang mukanya. Matanya memerah. Raut wajahnya tak terbaca. Tepat saat itu produsernya memanggil Justin.

"Justin cepat, kita akan berangkat 1 menit lagi."

Justin hanya mengangkat tangannya memberi sinyal "oke". Lalu sang produser meninggalkan aku dan Justin kembali.

" Jika itu keinginanmu, aku menurutinya." Justin berkata lirih.

"Good. Kau bisa pergi sekarang. Aku bisa naik mobil lain dengan Ashton." Kataku pahit lalu meninggalkan Justin.
***
Keesokan harinya, aku menemukan secarik kertas yabg terselip di tumpukan bajuku. Aku membaca isinya. Tulisannya sangat aku kenali.

Dear peremuan yang paling aku sayangi.

Satu hal yang harus kau tahu, aku memutuskanmu bukan karena aku tak cinta lagi. Aku akan terus mencintaimu sampai kapanpun. Aku memutuskanmu karena aku ingin kau bahagia. Aku tak mau membuatmu merasa tertekan. Dan oh ya alasan kenapa aku tak pernah mau mengenalkanmu sebagai kekasihku adalah aku tak ingin wartawan itu menyakitimu. Aku tak ingin para fans ku menghinamu dengan kata-kata kasar jika mereka tahu hubungan kita. Aku tak ingin membuat hidupmu tak bebas lagi karena terus dikejar wartawan setiap berada di dekatku. Tapi rasanya semua keputusan yang aku ambil salah. Aku malah membuatmu sedih. Maafkan aku. Semoga kau bahagia tanpaku.

Lelaki yang sangat mencintaimu,

Justin.




Justin Bieber As Your BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang