58. College Love Story

479 54 7
                                    

"Y/n ada?"

"Kenapa?" Kamu yang lagi males malesan di kelas mendadak mendengar seseorang mencarimu di pintu kelas.

"Gue Johnny, Teknik mesin'16. Itu- anu."

"Kenapa sih lo?"

"Justin....."

Kamu membuang nafasmu kasar. "Berantem lagi?"

Si cowok berkacamata itu hanya menunduk. Sudah pasti jawabannya iya.

Ini sudah kesekian kalinya kamu berhadapan dengan hal semacam ini.

Oh ralat, bahkan setiap hari.

Ketika Justin membuat onar, semua orang sudah paham kepada siapa mereka harus meminta tolong.

Kamu.

Hanya kamu yang bisa menghentikan Justin.

"Dimana dia?"

"Perpus fakultas."

"Anter gue kesana." kamu menarik si cowok tadi, berlari kecil menuju perpus.

Yang kamu dapati ketika sampai diperpus adalah Justin yang sedang menarik kerah baju Pak Scoot, si penjaga perpus.

Ah gila memang anak itu,  orang tua pun ikut dihajar.

Tangan Justin sudah terkepal, siap melayangkan tinju pada Pak Scoot.

"Justin! berenti!" Sedikit saja kamu telat, dapat dipastikan muka Pak Scoot sudah dipenuhi lebam.

"Y/n? ah ngapain sih kamu disini." Ungkap Justin geram.

"Kenapa? gak suka?"

"Bukan gitu... ah pasti lo yang laporin ke y/n, Iya? sini lo cupu! " amarah Justin kini beralih pada Johnny.

Kamu menarik tangan Justin menjauh dari kerumunan.

"Kamu bisa gak sih enggak berantem sehariiii aja? aku cape."

"Aku gak nyuruh kamu datengin aku."

Kamu menatap Justin sinis. "orang tua pun kamu hajar? Astaga. Gak ngerti lagi aku."

"Dia ngeselin! masa makan permen karet aja gaboleh?! Pelit banget."

"Memang aturannya gak boleh makan di perpus tuh, baca nih, poin paling atas." Kamu menjewer telingan Justin, mengarahkannya pada tulisan tata tertib perpustakaan.

"Eeeeee iya iya lepasin, sakit ih." Justin mengaduh.

"Udah ah aku pergi."

"Mau kemana?"

"Kelas lah."

" Temenin aku makan aja yuk?"

"Aku masih ada matkul, jangan coba -coba ajak aku bolos. bye"

****

*Telepon*

"Haloooow, dimana?"

"kamar."

"Idi lagi ngapain tuh?"

"Bukan urusan kamu."

"Ih galak, bentar-bentar"

Justin mengecek kalender di ponselnya.

"Aihh tuan putri ku lagi menstruasi ya, pantes galak."

"Kalo kamu telpon aku gada tujuan, aku tutup."

"Tujuan aku mau bikin kamu lebih kesel, boleh gak?"

"Ga."

"Aku ke rumah ya."

"GAKKKK ngapain sih, Tin?"

"Mau numpang nugas hehehehe"

"Hilih. Yauda cepet jangan sore sore, ganggu."

"Brangkaaaat."

bip. sambungan telepon terputus.

Justin memang aneh, mahasiswa lain setiap kali nugas pasti mencari tempat yang nyaman seperti cafe dan semacamnya, dia malah datang ke rumah kamu.

"Gak ah ngapain ke cafe ngabisin duit. mending ke rumah kamu irit, sekalian minjem alat tulis. Masa punya pacar yang kaya tukang fotocopy an gak dimanfaatin?" katanya.

Padahal dia orang kaya.

Mau ke cafe setiap jam pun gak akan buat dia miskin.

Dia memang sekaya itu, tapi Justin selalu bergaya seperti orang pas-pasan.

Pulpen aja selalu pinjam-_-

Ah iya kamu teringat sesuatu. Kamu kembali menghubungi nomor Justin.

"Hm?"

"Hilih tadi minta nebeng suaranya manis banget sekarang nyebelin mampus."

"Astaga, iya kenapa sayangggg?"

"Lebay."

"Buset dah. Kenape si? mau nyampe ni."

"Ke minimarket ga? nitip dong."

"Apa? eskrim? ciki mecin? coklat? udah beli nih."

"Bukan itu eheheheh."

"Ngapain cengar cengir? perasaan aku gak ena---"

"Pembalut 32cm bersayap."

***
Justin datang ke rumah kamu dengan wajah yang kusut.

"Kenapa?"

"Tega banget si kamu nitip begituan sama aku."

"Wkwkwk gak ikhlas nih?"

"Bukan gitu....aku diketawain mbak nya."

"Yaudah inpas lah dikira aku gak malu tiap kamu berantem?"

"Beda"

"Sama"

"Iya aku kalah udah. Rumah ko sepi? Mama sama Aidan mana?"

Justin memang sudah sedekat itu dengan keluargamu. Gak jarang justin main ke rumah kamu padahal kamu gak ada di rumah. Dia datang hanya untuk sekedar mengobrol bersama mama mu atau main playstation bersama adikmu, Aidan.

"Mama arisan, Aidan jalan ama pacarnya."

"Wah udah pacaran kah? udah gede ya dia."

"Gak sadar umur. Emang kamu ngerasa masih muda?"

"Udah tua kok aku, udah siap ngelamar kamu."

"Emang aku mau?"

"aku bukan kasih pilihan sih, aku maksa. Harus mau."

"Kejauhan. Skripsi dulu, wahai mahasiswa tua."

"Aish sukanya mematahkan impian orang. Untung pacar. Yauda mana aku minta kertas polio, pulpen cair yang ujungnya lancip, sama tip x kertas. Mau merangkai masa depan aku."

"Sok-sok an ngelamar. alat tulis aja minjem."

"Pelit nih? padahal nanti juga aku yang nafkahin kamu. Mau beli alat tulis sebanyak apapun aku beliin."











Hi hi hi
Aku kembali dengan one shoot yang super cheesy.

Nih sahur pake keju:")

Gaes btw aku udah sidang akhir loh hihihi tinggal menunggu wisuda.

Rekomen dong, apa yang harus aku lakukan? gabut abis😂


Justin Bieber As Your BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang