4.Baby

2.5K 136 2
                                    

You know you love me,
I know you care
Just shout whenever,
and I'll be there
You are my love, you are my heart
And we would never ever ever be apart  

                        ●●●

Gemerlap lampu bar rasanya hampir membutakan mataku. Hentakan musik yang menggema sangat sukses membuat semua yang ada di bar ini berjoget, kecuali aku tentunya.

Daripada harus berdesakan dengan orang lain, aku memilih menepi sendirian, memesan air mineral. Terdengar lucu? Sungguh aku tak peduli.

Aku bersumpah pada diriku sendiri bahwa ini kali pertama sekaligus terakhir aku masuk ke dalam bar.

Rasanya, ada orang yang mengawasiku sedari tadi. Aku mengedarkan pandanganku ke seluruh sudut bar ini, aku tetap tak menemukannya.

"Kau kenapa nona? Kau tampak begitu gelisah." Sapa si pelayan bar.

"Aku? Hmm tak apa. Hanya seperti ada yang...." Aku mengurungkan niatku.

"Seperti ada yang memperhatikanmu?"

Aku tersedak.

"Maafkan aku telah membuatmu kaget. Tapi coba kau lihat pria di ujung sana. Sepertinya dia memang sedari tadi memperhatikanmu." Tunjuk si pelayan bar.

"Siapa dia?"

"Kau tak mengenalnya? Sungguh? Nona baru pertama kali kesini ya?"

"Ya. Cepat katakan saja siapa dia."

"Justin Bieber. Dia pelanggan tetap di bar ini. Dia terkenal mampu menaklukan semua wanita."

"Cih, playboy." Ujarku.

Lalu entah mengapa, otakku memerintahkan aku untuk menghampiri pria itu.

Melihat kedatanganku, Justin tampak salah tingkah dan merapikan penampilannya.

Boom. Itu berarti tebakan si pelayan itu benar.

"Excuse me Sir, sepertinya kau memperhatikanku sedari tadi, apa ada yang salah denganku? Atau kau ingin mengatakan sesuatu? Sounds strange, padahal kita tidak saling kenal."

"Chill girl, Kau mabuk? Aku tidak memperhatikanmu." Elak Justin.

"Oh begitu ya? Faktanya aku tidak memesan alkohol sama sekali, mana mungkin aku mabuk? Atau kau sendiri yang mabuk? Pengaruh alkoholnya begitu kuat ya sampai-sampai kau lupa sejak tadi memperhatikanku." Ucapku sinis lalu membalikan tubuhku untuk kembali ke tempat dudukku tadi.

Namun Justin menahan lenganku.

"Apa lagi? Mau mengaku? Alkoholnya baru hilang?"

Dengan gerakan secepat kilat, dia menyetuh bibirku dengan bibirnya.

Brengsek, aku menamparnya. Membuat keributan di bar ini. Kini semua orang memperhatikan ku dan Justin. Daripada aku menahan malu, aku menyeret Justin keluar dari bar ini.

Lalu menamparnya sekali lagi.

Dia memang begitu tampan, tapi bukan berarti dia bisa menciumku begitu saja.

Meskipun itu menyenangkan.

"Kau bilang aku mabuk, ya aku mabuk maka dari itu aku menciumu. Bukan salahku sepenuhnya kan? Karena orang mabuk tidak bisa mengontrol kesadaranya." Seringai Justin.

"Kau pria brengsek, tak tahu sopan santun. Aku tak sudi first kiss ku dirampas oleh mu. Bahkan kita tidak saling mengenal!"

Justin tersenyum kecil. Uh how sweet that smile

Justin Bieber As Your BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang