When you see him as a man, not as an idol.
Ini adalah kumpulan fanfiction/imagine tentang Justin Bieber. Setiap cerita didasarkan pada salah satu judul lagu dari Justin. So yeah kamu yang senang berimajinasi harus membaca ini.
Semoga kalian menyukai...
"Oke aku bakal serius." Ucapnya sambil menegakkan badannya.
"Yang, kamu mau dengerin aku enggak sih?" Dia mulai jengah melihat aku yang acuh tak acuh.
"Ngomong mah ngomong aja."
"Enggak bisa gitu dong! Sini kamu duduk depan aku, terus tatap mata aku kayak gini!" Ucap Justin sambil menyeretku ke hadapannya dan menggenggam kedua pipiku, memaksa manik mataku dan matanya bertemu.
Damn Justin, I get lost in your eyes.
"Yang, tahu enggak sih aku tuh sayang banget sama kamu?"
"Oh ya? Masa?"
"Tuh kan kamunya yang kayak enggak sayang sama aku!"
"Hm."
"Jadi kamu sayang enggak sama aku?" Dia memaksa sambil masih menggenggam pipiku.
"Menurut lo aja gimana?"
"Loh kok gue- elo sih. Aku enggak suka ah, Yang!"
"Hm."
"Jadi panggil aku apa? Aku aja manggil kamu 'Yang'. Kamu enggak ada sosweet- so sweet nya sama aku."
"Iya Say."
"Say? Sayang? Asikk." Ucapnya riang.
"Cih. Maksud aku Say.....ton."
Dia mengerucutkan bibirnya kaya gini
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Yaudah sih kamu jadi jelasin ke aku enggak? Kalo enggak aku mau pulang. Capek ngehadepin bayi besar kaya kamu." Ucapku kesal.
"Yn. Aku sayang sama kamu. Sayang banget. Rasa sayang aku segede alam semesta aja kurang kali."
"Lebay. Emang pernah keliling alam semesta?"
"Yang jangan bercanda mulu dong. Aku serius."
"Hm. Terus kenapa?"
"Ya aku tuh enggak suka cewek tadi kasar sama kamu."
"Ya akunya aja enggak apa-apa."
"Jelas akunya yang kenapa-kenapa!"
"Tapi kamu tahu kan tadi tuh banyak wartawan?"
"Terus?"
"Pikir aja sendiri!" Jawabku kesal sambil melepas tangan Justin di pinggangku.
"Aku tahu kamu sayang sama aku. Kamu enggak mau kan media ngejelek-jelekin aku?"
Aku hanya diam.
"Aku sangat mengerti itu, yn. Tapi kamu harus bayangin juga dong posisi aku. Apa kamu bakal tinggal diam kalo ada orang yang menampar dan menjambak rambut aku sambil ngata-ngatain kata kotor tepat di depan muka aku kayak yang perempuan tadi lakuin ke kamu?"
"Kamu diam? Berarti kamu setuju dengan apa yang aku lakuin ke perempuan yang nyakitin kamu tadi?"
"Tapi dia perempuan, Justin. Kamu laki-laki. Enggak seharusnya kamu sekasar itu."
"Loh yang, kalau memang dia perempuan, enggak mungkin dong dia berlaku kasar ke kamu kaya gitu? Jangan mentang-mentang dia perempuan jadi bisa seenaknya! Laki-laki juga manusia loh yang. Punya rasa emosi. Lagia aku enggak ngapa-ngapain dia kok. Nyentuh aja enggak. Yakali megang wanita murahan kayak dia."
Aku melotot pada Justin.
"Udah aku bilang aku sayang sama kamu, yn. Aku enggak peduli apa yang orang lain katakan tentang aku. Aku lelah untuk berpura-pura. Aku lelah sama semua orang yang selalu menuntut aku untuk berbuat ini dan itu. Sekarang aku hanya ingin menjaga kebahagiaan & masa depan aku, yaitu kamu." Lanjutnya.
Untuk kesekian kalinya aku hanya bisa diam.
"Kamu yakin mau mempertaruhkan karir kamu demi hidup sama aku?"
"Iya. Aku sesayang itu sama kamu." Ucapnya mantap.
Aku tersenyum lebar, lalu berlari ke dekapannya.
"I love you, Justin Drew Bieber."
Dia tersenyum lebar sambil mengusap-usap kepalaku.
"Lagian nih yang, kalo kata reja arap sih fuck pencitraan, nakal tapi tampan. Lah aku nakal juga enggak, tapi tampannya iya."