7.Heartbreaker

1.5K 91 2
                                    

So what I’m really tryin to say is
And what I hope is
Is despite all the imperfections of who I am 
I still wanna be your man
I know it hasn’t been easy for us to talk 
With everyone being around
But this is, this is personal, this is for me and you
And I want you to know that I still love you
And I know the seasons may change
But sometimes love goes from sunshine to rain
But I’m under this umbrella and I’m calling your name
And you know I don’t wanna lose that
                      ●●●

Aku memungut kaus dan kemeja yang bertebaran di lantai, memasukannya ke keranjang cucian lalu membuka tirai jendela kamar Justin.

Aku duduk tepat di samping tubuh Justin, memandang dirinya yang masih bergelung di ranjang. Dada bidangnya tampak menggoda tanpa ditutupi sehelai kain pun. Matanya terpejam damai, seumur hidupku, aku tak pernah menatap ciptaan Tuhan yang begitu sempurna di depanku. Ketampanan Justin semakin nyata manakala sinar mentari pagi menyirami wajah tampan nya.

Perlahan mata coklat madu nya membuka, senyum melengkung di bibir seksinya.

"Good morning sunshine." Dia menyapaku lembut lalu memeluku dari belakang. Memberi kehangatan yang menjalar sempurna di tubuhku. Dia mengecup tanganku, puncak kepalaku dan terakhir tentu di bibirku.

Ah morning kiss memang selalu menyenangkan.

Oh Justin dewa yunaniku.

"Y/n? Sedang apa kau di kamarku?"

Sial. Aku hampir terjengkang saat menyadari Justin telah bangun dari tidurnya. Ku harap dia tidak berpikiran macam-macam melihat aku ada di ranjangnya sambil memandangi dia intim. Sial y/n apa yang baru saja kau bayangkan?! Dia itu kakak tirimu!

"Uh, tidak, sebenarnya tadi mom meneleponku untuk memastikan kau tak terlambat sekolah."

"Memang mom & dad kemana?" Tanya Justin sambil menatapku lekat-lekat. Uh sial aku jadi grogi.

"Biasa, ada meeting di luar kota. By the way maaf jika aku lancang masuk ke kamarmu tanpa izin."

"Oh ayolah, that's okay. We are sibling. Aren't we?"

Aku terdiam.
I hope we aren't,  Justin. Batinku.

***

"Kau mau selai coklat atau kacang?" Tawar Justin sambil mengoleskan selai diatas roti.

Aku memperhatikan pria di di depanku sedang mengoles rotinya dengan selai. Semenjak ayahku menikah lagi dengan ibunya Justin, rasanya keadaan tak ada yang berubah. Aku tetap tidak mendapatkan kembali keluarga yang utuh. Mereka rupanya sangat cocok dalam hal kesibukan. Aku dan Justin ditelantarkan di rumah sebesar ini. Karena terlalu sering bersama, perasaan itu tumbuh. Perasaan yang tidak wajar dari seorang adik kepada kakaknya.

"Umm aku mau sarapan di sekolah aja."

"Tidak. Aku tak akan mengantarkanmu sekolah sebelum kamu sarapan."

"Well, Shawn akan menjemputku."

Justin terdiam. Ekspresinya berubah seketika tapi tak dapat terbaca olehku. Dia meletakkan kembali roti nya dan menenggak cepat-cepat susu coklat miliknya sampai tumpah ke seragamnya. Aku segera mengambil tissue dan hendak menmbersihkan bajunya, namun dengan gerakan secepat kilat dia menghalau tanganku. Kenapa dia?

"U okay?"

Bersamaan dengan pertanyaanku, bunyi klakson mobil Shawn terdengar di luar.

"I can do it by myself. Go, u won't make your bae mad bcs waiting too long right?"

Justin Bieber As Your BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang