3. As long As You Love Me

2.5K 149 0
                                    

We're under pressure,
Seven billion people in the world trying to fit in
Keep it together,
Smile on your face even though your heart is frowning
But hey now , you know, girl
We both know it's a cruel world
But I will take my chances

Justin P.O.V

Sudah satu minggu penuh aku tak bertemu dengan kekasihku, y/n. Kali ini, aku benar-benar merindukannya. Rindu senyumnya, rindu aroma tubuhnya, rindu tawa nya, rindu segalanya. Aku sudah mencoba mengubunginya di seluruh sosial media yang ia punya, tapi hasilnya sia-sia.  Satu-satunya cara yang harus aku lakukan agar bisa bertemu dia adalah pergi ke rumahnya.

Dan itu adalah hal yang paling aku hindari selama hubunganku dengan y/n yang berjalan 2 tahun.

Tak ada yang salah dengan rumah y/n, hanya saja jika aku ke rumahnya berarti aku harus bertemu ayah y/n.

Jelas-jelas dia melarang hubunganku dengan putrinya. Aku bukan lah pria yang diidamkan oleh ayahnya ataupun semua orangtua di dunia ini. Jelas saja ayahnya melarang aku bertemu apalagi memiliki hubungan khusus dengan putrinya. Aku perokok, aku suka minuman keras, aku suka berkelahi. Jika aku memiliki putri secantik y/n pun mungkin aku akan melakukan hal yang sama seperti ayahnya.

Tapi sungguh aku sangat mencintainya. Wanita itu telah merubahku ke arah yang lebih baik.

Demi y/n aku berhenti merokok.

Demi y/n aku berhenti menenggak minuman keras.

Demi y/n aku berhenti menjadi brandal.

Demi y/n aku melakukan segalanya yang terbaik.

Tapi tetap sekali bad boy tetap bad boy kan?

Tapi kali ini tekadku sudah bulat, aku akan menemui ayahnya dan meminta izin untuk barang sebentar bertemu y/n, kekasihku.

Aku memarkirkan mobilku tepat di depan gerbang rumah y/n. Kedatanganku di sambut dengan tatapan sinis ayah y/n yang notabene seorang anggota kepolisian, seperti dia bersiap.....meninju wajahku? Bahkan dia tak segan menunjukan pistol miliknya padaku. Tapi aku tak peduli, aku harus bicara padanya.

"Listen kid, my daughter is... uhm everything to me." Lelaki paruh baya itu mulai berbicara padaku. Aku menatap matanya tajam dan intens, mencoba mencerna kata-kata yang ia lontarkan.

"She needs me as much as I need her... That means someday I have to let her go, and when I do, She needs to be with a man, not a boy which You are." Tambahnya.

Entah mengapa, setiap kata yang dilontarkan ayah y/n terasa seperti hunusan pedang di tubuhku.

"I love her." Dengan segenap keberanian, aku mampu menjawabnya.

Pandanganku tertuju pada rumah besar di depanku. Aku tahu pasti kekasihku ada di dalam sana sedang menangis, karena tak diperbolehkan ayahnya untuk menemuiku.

"Yeah, sure you do. I know what type of guy You are.... Once upon a time I used to be the same thing. You know what that means? That means one day you'll leave her for somebody else, and break her heart."

"That can't happen. You don't know us." Timpalku.

"I don't want to. I don't want to know you." Ucapnya tegas sambil menunjuk tepat ke arahku. "You either get in your car, leave and don't come back. 'Cause if you do, it's not going to be good for you."

Emosi ku mulai tersulut. Dia pikir aku akan menyerah begitu saja pada cintaku untu putrinya? Tidak semudah itu, aku bukan lelaki pengecut macam itu. Apapun akan aku lakukan untuk memperjuangkan cintaku dan y/n.

"What would you do?" Tantangku.

"I'd hit the road." Jawabnya singkat lalu meninggalkanku dan menutup gerbang rumahnya.

"Shit" Aku meninju udara.

Mengapa semuanya harus berakhir seperti ini?

Aku tak kehabisan cara, aku segera memutar balik mobilku pergi ke halaman belakang rumah y/n. Aku ingat dia pernah memberitahuku bahwa ada jalan rahasia menuju kamarnya.

Ternyata jalan rahasia itu adalah sebuah dinding tinggi. Mau tak mau aku harus memanjatnya. Percobaan pertama, kedua, ketiga, keempatku untuk memanjat dinding ini gagal. Hanya menyisakan lecet akibat goresan antara tubuhku dan dinding kasar yang bersentuhan.

Aku tak boleh menyerah.

Singkatnya, pada percobaan ke sepuluh akhirnya aku berhasil melewati dinding tinggi ini.

"Aww" aku memekik kesakitan. Sial, kulit tanganku robek terkena dinding. Darah segarku menetes dimana-man. Keringat dingin mulai mengalir di wajahku. Dengan tenaga yang tersisa, aku mulai mengetuk jendela kamar y/n.

Dia keluar. Perempuanku, orang yang selama ini mewarnai hidupku.

Penampilannya tampak kacau. Matanya sembab, wajahnya pucat dan tubuhnya tampak lebih kurus.

"Are you okay, sweetheart?" Aku jelas mengkhawatirkan keadaanya.

Dia memelukku erat. Aku membalas pelukannya lebih erat. Tubuh gadisku gemetar.

"Aku merindukanmu, Justin. Sangat sangat merindukanmu. Tolong bawa pergi aku dari sini. Dad terlalu jahat kepadaku." Y/n meluapkan semua perasaanya.

"Hey, don't cry babygirl. I'm here to save you."

Aku ingin sekali menghapus air mata di wajahnya, namun lenganku kini telah bersimbah darah. Y/n yang melihat itu tampak khawatir.

"Tanganmu?"

"Tak usah khawatir. Ini hanya luka kecil."

Aku berbohong. Rasanya tubuhku akan segera ambruk karena kehabisan darah.

Tiba-tiba ayah y/n masuk ke kamar dan mengetahui keberadaanku. Tanpa ampun dia meninjuku berkali-kali. Aku yang memang sudah lemas karena kehabisan darah langsung tersungkur ke lantai.

"STOP DAD, STOP" y/n mencoba memberhentikan ayahnya. Dia menangis tersedu-sedu.

Namun ayahnya sedang diliputi emosi yang begitu besar padaku. Dia tidak menggubris putrinya sama sekali. Dia menendangku, menginjaku, dan meninju wajahku berkali kali. Kini darah bukan hanya keluar dari tanganku, tapi dari hidung dan mulutku juga. Rasanya tubuhku remuk semua.

"Lanjutkan tuan, aku tak apa. Yang penting aku bisa membuktikan padamu bahwa aku bukan lelaki pengecut seperti yang kau tuduhkan." Ucapku tergagap dengan susah payah.

Y/n merengkuh tubuhku. Dia menangis. Hanya dengan satu pelukan kekasihku, rasa sakitku hilang semua.

"My last request, kiss me in front of  your daddy, please" ucapku pelan.

"No. Jangan tinggalkan aku Justin. Aku akan membawamu ke rumah sakit sekarang juga."

"Shh. Don't do that. Just kiss me." Aku mencoba tersenyum pada y/n.

Dia menurut. Dia mencium bibirku di depan ayahnya.

Dengan tenaga yang tersisa, Aku mengusap air mata di wajahnya, lalu menyelipkan rambut indahnya di belakang telinga.

"I love you for all that you are, all that you have been, and all you're yet to be.I love the way you look into my eyes and make me feel yours. You are the most awesome gift that life gave me. You are the hero that I was waiting for. I can’t even think of spending my life without you. You are the light keeps me shining. You are all I ever wanted, babygirl. Sekarang waktunya aku membiarkan kamu hidup bahagia dengan lelaki pilihan ayahmu. Aku tahu, dia sangat menyayangimu dan ingin yang terbaik untukkmu. Selamat tinggal y/n. Aku mencintaimu dari dulu, sekarang, dan selamanya."

Aku bahagia karena telah mengucapkan seluruh kata yang selama ini tertahan di lidahku.

Dan setelah itu, hal yang aku rasakan adalah kegelapan sekaligus kedamaian.

















Justin Bieber As Your BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang