When you see him as a man, not as an idol.
Ini adalah kumpulan fanfiction/imagine tentang Justin Bieber. Setiap cerita didasarkan pada salah satu judul lagu dari Justin. So yeah kamu yang senang berimajinasi harus membaca ini.
Semoga kalian menyukai...
Open up your mind, clear your head Ain't gotta wake up to an empty bed Share my life, it's yours to keep Now that I give to you all of me
●●●
BMine: Yang bisa ke apartemen?
YN: Loh kamu enggak recording buat album baru kamu?
BMine: Ga. Lg pgn di studio pribadi. Lgsg masuk aja. Gak ush bawa makanan. Gak ush dandan. Udh cantik. Read
Aku membuang nafasku kasar seteleh membaca pesan dari pacarku, Justin Bieber. Sebenarnya aku masih ingin bergelung di ranjangku yang kelewat nyaman ini, tapi karena Justin yang meminta, aku turuti saja. Lagipula asal kau tahu saja, Justin adalah tipikal cowok yang akan terus merengek jika permintaanya tidak dituruti.
Terdengar menyebalkan bukan?
Tapi entah mengapa karen sebuah alasan aku masih bertahan dengannya selama 3 tahun belakangan ini.
****
Aku segera menekan password apartemen milik kekasihku. Ya, Justin hanya memberikan password apartemen nya padaku. Justin sengaja membeli apartemen ini untuk tempat kencan kami. Di apartemen inilah biasanya aku dan Justin menghabiskan waktu kami tanpa takut diikuti oleh wartawan. Asal kamu tahu, selama 3 tahun ini tak ada yang mengetahui hubungan kami kecuali orang-orang terdekat Justin.
Aku mengetuk pintu studio kecil miliknya, tak ada sahutan dari dalam. Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya aku memutuskan untuk masuk saja ke dalam. Aku bingung ketika menemukan Justin yang sedang terlelap di kursinya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Tanpa sadar, ujung bibirku tertarik membentuk senyum simpul. Melihat pacarku terlelap seperti ini benar-benar membuat hatiku hangat. Aku mengusap rambutnya lembut. Sepertinya pacarku kelelahan. Aku tak tega membangunkannya. Tapi tak baik juga jika dia sampai ketiduran disini.
"Yang" Panggilku lirih.
Dia masih terhanyut dalam alam mimpinya. Aku menusuk-nusuk pipinya dengan telunjuk ku, tapi ia belum bangun juga. Tiba-tiba sebuah ide gila muncul di kepalaku.
Cup!
Aku mengecup bibirnya sekilas. Rasanya ideku berhasil karena kini Justin sudah bangun sambil tersenyum kegirangan.
"Eh? Ko kamu senyum? Abis mimpiin apa hayo?" Tanyaku heran.