53. I need you

623 69 15
                                    

Kamu tersenyum kecil ketika pria dihadapanmu terus meremas ujung bajunya sampai lusuh. Umurnya bukan belasan lagi, tetapi dia tetaplah dia, sama seperti ketika pertama kali kamu menjumpainya di trotoar sekolah dengan seragam putih [gading] abunya.

Kamu meraih tangannya "Everything will be ok."

"Will they love me?"

"Idk, but u didn't do something wrong kok. They will not hate u for no reason, Justin."

Senyumnya mengembang.

"Thank you." ucapnya tulus.

"For?"

"Everything."

Tak lama gemuruh tepuk tangan menggema seraya nama kekasihmu dipanggil. Sekali lagi dia menatapmu lamat-lamat. Kamu dapat merasakan degup jantungnya yang bergemuruh. Kamu membetulkan rambutnya.

"Good luck!"

***

Kamu mengambil bangku paling ujung, dimana tak seorangpun menyadari keberadaanmu. Dari kejauhan, kamu memandangnya yang sedang sibuk mengecek gitarnya.

"Justin! Justin! Justin!" Seisi ruangan tak henti menyerukan namanya. Kamu senang, tentu. Apapun yang membuatnya senang, kamu juga pasti senang.

"Hi, Everyone. Apa kabar?" Sapanya awkward. Dari layar besar, kamu bisa melihat bulir keringatnya yang terus melintasi tulang pipinya. Ck, dia gugup.

Dan menurut fansnya, itu adalah sesuatu yang imut.

Teriakan semakin kencang ketika dia mulai memetik gitar.

Sampai padamnya lampu panggung, semua terhanyut dalam sorak sorai yang Justin ciptakan.

Setengah jam berlalu, tapi tak ada pesan sedikitpun darinya. Kamu masih menunggu didepan venue konser. Biasanya Justin langsung mengabarimu, tapi tidak kali ini.

Ketika kamu hendak pergi, seorang security menahanmu.

"[Y/n]?"

Kamu bingung. Darimana dia tahu namamu?

"Tuan Justin ingin menemuimu di belakang."

Kamu dilema antara percaya dan tidak. Tak biasanya Justin menyuruh orang lain untuk menemuimu.

Tanpa persetujuan, kamu dibawa security ini dengan tergesa-gesa. Sesampainya di ruangan, kamu mendapati Justin dengan tabung oksigenya.

"Justin?!"

Dia tersenyum lemah, tapi matanya masih menutup.

"Dia kenapa?" Tanyamu pada semua orang.

"Kelelahan."

Kamu mendekati tubuhnya. Tangannya mencari tanganmu dengan lemah. Kamu mengusah rambutnya.

"Kau datang juga..."

"Bodoh! perhatikan kesehatanmu! ingin mati?"

Kamu bisa melihat dia terkekeh dibalik alat oksigennya.

"Hampir........ Kalau kau tak datang dengan segera."

"Aish, tidak lucu, tuan Bieber."

"But you are."

"Apa?"

"Lucu."

"Gila."

"Kau pacar orang gila?"

"Justin!" Kamu memeluknya.

"Kalau aku mati, bagaimana?"

" Aku tak mau menjawab."

"Kenapa?"

"ingin tahu."

"Kalau aku tidak mau?"

"Kau harus mau."

"Ck, kau mau apa?"

"Peluk."

"Justin!"

Dia tak menggubrismu, menenggelamkan kepalanya pada ceruk lehermu.

"Kenapa?"

"Aku cape." ucapnya sendu.

"Istirahatlah. Tak seharusnya kau bekerja sekeras ini."

"Aku pun tak mau hidup penuh ketenaran seperti ini."

"Bukannya ini yang kau inginkan dari dulu?"

"Hmm. Ternyata, aku mau yang lain. Ada satu hal yang paling aku inginkan."

"Hmm. Apapun keinginan itu, kejarlah. Kau tahu, aku akan selalu mendukungmu."

Dia tersenyum, membelai lembut rambutmu.

"Itu yang membuatku jatuh cinta pada dirimu, kau tak banyak tanya, tapi kau selalu ada. Mendukungku."

Kamu hanya tersenyum.

"Kau tak mau tahu apa keinginan terbesarku?"

"Hmm, boleh kah?"

"Menikahlah denganku? ayo habiskan usia kita bersama di suatu tempat yang damai. membangun keluarga kita sendiri. dan mari mati bersama ketika anak cucu kita sudah tumbuh dengan baik."












WKWKWK HAIIII.

HALO

Lama sekali aku tak muncul.

So many ppl voted this story uuuuw i'm so emo:") padahal lama php bgt acuw wkwkwkwkwkwk

Terimakasih ya gaes.

Maap nih dah tingkat akhir.

Dadah♡♡♡

Justin Bieber As Your BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang