27. Second Chance

862 55 2
                                    

"Aku mau kita putus."

Justin terdiam, tampak mencerna ucapanmu barusan, lalu menatapmu lekat dengan wajah tanpa ekspresinya.

Bahkan tak tampak kesedihan di matanya sama sekali.

"Kenapa?"

"Aku ngerasa......duh gimana ya aku bilangnya?"

"Bilang aja."

"Aku enggak cinta lagi sama kamu."

"Bohong."

"Terserah kamu."

"Kalau bicara tatap orangnya." Ucap Justin sambil menarik dagumu, memaksa matamu menatap tepat ke manik mata miliknya.

"Kamu cape sama aku?"

"Eng--"

"Karena aku selalu bersikap dingin sama kamu?"

"Buk--"

"Karena aku enggak pernah bilang 'I love you'?"

"Just--"

"Karena aku enggak pernah beliin kamu bunga & coklat kaya pasangan lain?"

"Tin--"

"Karena aku susah buat ngeluangin waktu aku buat quality time sama kamu?"


Kamu cuma diam, menatap lurus ke sembarang arah, yang penting tidak menatap mata dengan iris coklat madu itu yang membuat kamu jatuh sedalam-dalamnya pada pria dihadapanmu. Jelas ucapanmu tadi hanya omong kosong belaka. Kamu masih & akan selalu mencintai Justin. Hanya saja kamu mempertanyakan apa arti kamu bagi Justin mengingat semua yang dikatakan Justin tadi adalah fakta. Kalian pacaran, tapi bahkan tidak terlihat lebih dekat dari seorang teman.


"Aku sayang sama kamu dengan cara aku sendiri, yn."


Kamu tersenyum getir. "Cara yang seperti apa yang kamu maksud? dengan tak pernah mengabariku? dengan tak pernah kencan denganku? dengan tak pernah mengecupku sama sekali? bahkan menyentuhku saja rasanya hal yang aneh jika itu benar terjadi. Justin apa arti aku di mata kamu, hah?" Dadamu bergemuruh. Kamu benar-benar tersulut emosi sekarang.

Apa yang bisa dilakukan selain menangis? coba katakan!

"Aku capek dengerin omongan orang tentang kita, Tin."

"Tidak usah diperdulikan."

"Segampang itu kamu bilang? aku yang merasakan, bukan kamu! mereka bilang, kamu tuh enggak pernah sayang sama aku. Kamu macarin aku cuma karena kasian." Air mata terus turun dari pelupuk matamu.
"Awalnya aku enggak pernah ambil pusing omongan mereka. Tapi semakin hari aku semakin sadar kalo apa yang dikatakan mereka semuanya benar. Selama ini terus aku yang berjuang, bukan kamu, Tin. Aku capek merjuangin hubungan kita secara sepihak. Apa yang lebih sakit dari cinta bertepuk sebelah tangan?"

Justin menjambak rambutnya frustasi. Dia sama kacaunya denganmu.



"Aku harus gimana? kamu tau aku bukan tipe pria yang romantis, tapi tolong jangan katakan kalo cinta kamu bertepuk sebelah tangan. Aku cinta kamu yn, tolong percaya sama aku."

"Ck! mengapa kamu baru mengatakannya sekarang? Kemana aja kamu selama ini?"

Justin meraih tanganmu, tapi kamu dengan cepat menepisnya.

"Aku sudah mengatakannya sejak awal, kita akhiri saja hubungan ini. Aku enggak bisa berjuang sendirian, Tin. Tolong ngertiin aku."

"Enggak semudah itu."

Justin menangkupkan telapak tangannya di pipimu. Membawa wajahmu merapat dengan wajahnya. Dahi dan kedua ujung hidung kalian bersentuhan. Hanya menyisakan jarak beberapa senti sebelum bibir kalian menyatu.

"Beri aku kesempatan buat perjuangin kamu ya?"



















Good night everyone 💕






Justin Bieber As Your BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang