57. A Boss (2)

481 55 16
                                    

"Pagi, Pak."

Kamu menyapa Justin hati-hati.

Dia hanya melirikmu sekilas, kemudian masuk keruangannya tanpa membalas sapaanmu.

-_-

Kamu meremas remas kertas kesal
"Kalau aku tidak membutuhkan pekerjaan ini aku gak mau......"

"Gak mau apa?" Entah bagaimana caranya Justin sudah muncul di hadapanmu.

"Loh bapak, tadi kan....."

"Apa? Gak suka?"

" Aish enggak, Pak."

"Saya menggaji kamu bukan untuk misuh-misuh. Semua dokumen ini harus selesai siang ini. Mengerti?" Ucapnya sambil menaruh tumpukan dokumen setebal buku ensiklopedia diatas mejamu. Sangat tebal sampai terdengar bunyi boom ketika dia meletakannya. Membuat seluruh ruangan sunyi seketika.

"Ba-baik, Pak."

"Jangan berani makan siang sebelum kamu menyerahkannya pada saya, Mengerti?"

Kamu mengangguk, kemudian dia meninggalkan meja kerjamu dengan angkuh.

***

Sudah waktunya makan siang tapi pekerjaanmu belum selesai juga. Kamu terus memegangi perutmu yang rasanya sakit sekali. Kamu ingin makan, tapi kalau kamu nekat, kamu enggak siap dengan konsekuensi yang akan kamu dapat dari Justin.

"Hey, mau makan siang bareng?" Sapa Tom, teman kerjamu. Kamu baru berkenalan kemarin sih. Ternyata dia adalah adik kandung dari Justin. Tapi wataknya berbeda 180°

 Tapi wataknya berbeda 180°

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ayo--eh duluan aja deh."

"Kenapa?"

"Aku masih banyak pekerjaan."

"Bukankah keterlaluan kalau kamu ninggalin jam makan siang? kamu bisa sakit."

"Hehe iya bentar lagi aku makan kok, duluan aja"

"Aku tungguin."

"Eh? enggak usaah."

"Beneran?"

Kamu mengangguk.

"Ok, lain kali kita harus makan siang bareng ya!"

"Sure."

"Hm.. Pekerjaan mu sudah selesai? kok malah ngobrol?"

Justin P.O.V

Sudah pukul 1 siang, tapi y/n belum juga menyelesaikan pekerjaanya. Apa aku keterlaluan padanya? dia kan pegawai baru, mana bisa aku memberinya pekerjaan sebanyak itu!

Aku harus memberinya izin makan siang.

Apa sekalian saja kuajak makan bersamaku? ah ya begitu lebih baik.

Ketika aku keluar ruangan, yang kutemukan adalah...

Sial? apa baru saja Tom menggoda pegawai baru itu?

Apa-apan mereka berdua ini?

""Hm.. Pekerjaan mu sudah selesai? kok malah ngobrol?" kataku sinis.

"Eh iya pak, belum."

"Gue cuma ngajak dia makan kok. Keterlaluan banget lo ngasih dia pekerjaan sebanyak itu. Kalau dia sakit gimana?"

"Apa itu terdengar seperti urusan gue?"

"Ck. Gak berubah lo. Arogan. Gue duluan, laper. Bareng ga?"

"Gak. Jangan pernah lo ganggu pegawai lain."

"Ck! terserah."

Y/n hanya bisa menunduk ketakutan melihat pertengkaran ku dengan Tom.

Padahal hal seperti ini sudah menjadi lumrah bagi kami.

"Kenapa kamu menunduk terus? memangnya saya setan?"

Dia kaget langsung duduk tegap menatapku. "Maaf, Pak."

"Sudah sampai mana pekerjaanmu?"

"10 dokumen lagi, Pak."

"Lambat. Tadinya saya ingin memberimu izin makan siang, tapi karena saya lihat kamu malah mengobrol dengan Tom di jam kerja kamu, saya batalkan. Cepat selesaikan."

"B-baik pak."

Aku menatap wajahnya sekilas, tampak pucat. Ah apa mungkin itu karena riasan wajahnya sudah luntur? pasti.

Normal P.OV

Kamu menylesaikan pekerjaanmu tepat di jam pulang. Perutmu sakit sekali. Kamu segera menyerahkan dokumen dokumen sialan itu agar bisa segera pulang untuk meminum obat dan beristirahat.

"Ini, Pak."

Justin melirikmu sekilas kemudian memeriksa pekerjaanmu.

"Kenapa kamu memegangi perutmu terus? kamu tahu kan etika ketika berhadapan dengan saya?"

"M-maaf pak. Perut saya sakit."

"Bukan urusan say---"

Semuanya menjadi gelap. Kamu kehilangan kesadaran.










HI!

Mau tanyaa

Lebih suka imagine yang latarnya dunia kerja ginu atau anak sekolahan?

Karena sepertinya aku akan serjng menulis beberapa hari kedepan. so please if u have a time to answer, drop it.

thankyouu xx

Justin Bieber As Your BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang