19. Next to you

1.1K 56 8
                                    

One day when the sky is falling
I'll be standing right next to you
Right next to you
Nothing will ever come between us
I'll be standing right next to you
Right next to you

***
*YN P.O.V*

Sudah 1 jam lebih aku menatap gumpalan tanah merah yang bertabur bunga diatasnya. Kini, tepat 1 meter di bawahnya, terbaring jasad seseorang yang paling berarti di hidupku.

"Kamu bohong."

"Kamu bilang, kamu enggak akan ninggalin aku?"

Tak ada jawaban. Aku seakan berbicara pada angin yang berhembus tenang.

"Kenapa kamu enggak ngebiarin aku ikut sama kamu?"

"Kamu tahu? Aku benci sama kamu karena kamu ninggalin aku gitu aja."

"Katanya kamu mau ngehabisin waktu sama aku? Kamu mau aku yang pertama kamu liat saat bangun tidur? Kamu mau aku masakin tiap pagi? Kamu mau kita punya rumah di deket pantai? Kamu janji bakal nurutin semua permintaan aku disaat aku hamil nanti. Kamu mau aku & kamu nganter anak kita di hari pertamanya sekolah? Bahkan kamu bilang kita akan menghabiskan masa tua kita bersama sambil minum teh dan kue buatan aku setiap sorenya?"

"Aku bisa mewujudkan semua itu! Aku bisa...............tapi enggak tanpa ada kamu di sisi aku."

Sekali lagi aku meremas dada ku sendiri. Mencoba meluapkan kesedihan yang telah menumpuk.

"Impian kita baru akan dimulai! Kamu ingat? Seharusnya besok jadi hari bahagia kita."

"Memangnya kamu enggak mau liat aku pakai baju pengantin pilihan kamu?"

"Sekarang aku harus apa? Cuma kamu yang aku punya di dunia yang kejam ini."

"Semua harapan & tujuan hidupku ikut pergi bersama kepergian kamu."

"Aku benci nerima kenyataan kalo nanti enggak ada lagi yang bawel sama aku. Enggak ada yang ndusel-ndusel manja sama aku. Enggak ada yang cemburuin aku."

"Emangnya kamu rela kalo nanti aku jalan sama Niall?!" Aku menatap batu nisan di depanku seperti orang bodoh, berharap dia menajawab pertanyaanku.

"Aku......butuh kamu lebih dari aku butuh udara, Justin."

***

Aku melangkahkan kaki memasuki rumah keluarga Bieber dengan canggung. Rasanya sudah lama sekali aku tidak berkunjung ke rumah ini, padahal dulu hampir setiap hari seseorang membawaku kesini.

Dia Justin.

Sebenarnya aku enggan datang ke tempat ini lagi. Bukannya aku benci rumah ini, tapi aku benci bagaimana rumah ini mampu mengingatkan kembali kenangan- kenangan aku bersama Justin.

Cukup selama setahun ini aku terpuruk. Aku ingin menjalani hidupku secara normal lagi. Jujur saja kalau boleh memilih, aku lebih ingin mati tepat disaat Justin meninggalkan aku untuk selamanya. Tapi aku teringat janji aku pada seseorang.

*flashback on*

"Yn aku mau kamu janji satu hal sama aku."

"Jangan maksa deh."

"Aku serius! Kamu harus janji sama aku kalo kamu bakal terus tersenyum."

"Gak mau."

"Tuh kan kamu mah gitu sama aku! Aku marah." Justin mengerutkan bibirnya sebal.

"Ya kamu pikir aja dong, kalo aku senyum terus apa enggak bakal disangka orang gila?!"

Dia tertawa kecil, lalu memeluk tubuhku dari belakang sambil menyanyikan sebuah bait lagu.

Justin Bieber As Your BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang