04

312 61 33
                                    

Author's note:

Hi!!! Balik lagi, nih! Jangan lupa Comment dan Vote-nya, ya... Thanks! -Hx

***

"Sampai jumpa besok!" Arya, Chloe, dan John berpamitan. Arya memanggil taksi di depannya. Lalu, ia pun menaiki taksi. Ia pun memberitahu di mana alamat apartemennya.

Sesampai di apartemen, Arya segera membuka pintu apartemennya. Ia pun meletakkan perlengkapannya di sofa lalu menuju kamarnya. Ia membuka pakaiannya dan segera ke kamar mandi. 

Saat tengah mandi, Arya mendengar suara bel apartemennya berbunyi. Ia segera mematikan shower dan mengambil handuknya. Ia segera keluar dan melihat siapa yang datang.

Arya membuka pintunya. Ia melihat seorang pengantar pizza di depannya. "Apakah benar ini apartemen dari Nona Arya Ports?"

"Ya, benar. Ada apa?" tanya Arya bingung.

"Pesanan pizza Nona Ports telah datang." Arya kaget mendengar jawaban dari pengantar pizza tersebut. Ia padahal tidak memezan pizza.

"Maaf, aku tidak pernah pesan pizza. Mungkin Anda salah alamat juga nama pemiliknya," jawab Arya.

"Benarkah? Tapi alamat yang dikirim sesuai dengan alamat apartemen Anda, Nona Ports."

"Alamat yang dikirim? Siapa yang memesankan pizza untukku?"

"Maaf, nona. Saya sendiri tidak tahu siapa yang memesan. Saya hanya disuruh untuk mengantar pizza ke sini. Oh, ya. Pesan dari salah satu pegawai delivery bahwa orang memesan bilang pizza ini tidak dapat di kembalikan. Ini benar-benar untuk Anda," jelas si pengantar pizza.

Ia masih tampak muda. Mungkinkah ia hanya bekerja paruh waktu menjadi pengantar pizza? Pikir Arya. "Maaf, apakah kau pengantar pizza yang baru?"

"Tentu, nona. Saya masih baru. Juga saya kerja paruh waktu," jawab pengantar pizza itu.

"Oke, baiklah. Siapa namamu?"

"Andrew, nona." Arya mengangguk mengerti. Anak ini pastilah masih sekolah. Ia mungkin masih SMA. Andrew, si pengantar pizza muda dan baru. Jelas-jelas anak ini masih polos. Tiba-tiba, Arya mendapatkan sebuah ide.

"Andrew, masuklah dulu. Duduklah dulu di sofa. Aku ingin berpakaian dulu," dengan polos, Andrew mengangguk dan masuk. Ia lalu duduk di sofa. Arya segera masuk ke kamarnya lagi dan memakai pakaiannya.

Tak lama kemudian, Arya keluar dan duduk di samping Andrew. Andrew melihat Arya dengan malu-malu. Arya pun terkekeh. "Tenang, aku takkan melakukan hal buruk padamu."

"Maaf, nona," ucap Andrew sungkan.

"Aku kesini mengajakmu bekerjasama. Tapi, ini adalah rahasia kita berdua. Tidak ada boleh orang lain tahu. Dengar, aku ingin kau menyelidiki siapa yang memesankan pizza ini. Secara diam-diam. Aku ingin kau dapatkan informasi tentang si pemesan pizza ini untukku. Aku bahkan tak memesan pizza ini. Bagaimana?" pinta Arya.

Andrew tampak berpikir panjang. Ia takut dirinya dijebak dalam permainan Arya. Tak sadar ia menggigit jarinya.

Arya melihat Andrew penuh keraguan. Pasti anak ini khawatir dirinya terjebak. Arya pun mengembuskan napasnya dengan kuat. "Dengar. Aku tidak akan menjebakmu. Bahkan resiko untuk dirimu sangat kecil. Ya ... paling juga sedikit dimarahi oleh atasanmu. Bagaimana menurutmu?"

Pikiran Andrew mulai tenang. Syukurlah jika aku tidak terjebak, namun aku tetap harus waspada dengan wanita ini walaupun ia kelihatan sangat baik orangnya, pikir Andrew. "Baiklah, nona. Aku terima."

YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang