Author's note:
This chapter contains mature content! Be wise! Thanks :)
***
"Tuan Madison," seorang wanita muda tergesa-gesa menghampiri Rupert yang baru saja tiba di depan kantornya. Rupert, seorang pengusaha yang seumuran dengan Frederick, berhenti melihat sekretarisnya datang begitu tergesa-gesa. Padahal, beberapa langkah lagi ia membuka pintu ruang kerjanya.
Rupert mengernyit. "Ada apa, Caitlyn?" tanya Rupert bingung. Lalu tiba-tiba asistennya datang menghampirinya. Wajahnya terlihat pucat. "Kenapa wajahmu tampak pucat, Warren?"
Napas Warren tersengal-sengal. Ia lalu menatap Caitlyn, dan mengisyaratkan untuk memberitahu sesuatu pada Rupert.
"Tuan, ini sangat tidak terduga. Sebaiknya, Anda tidak usah masuk ke dalam ruang kerja Anda." nada suara Caitlyn bergetar. Hal itu membuat Rupert semakin penasaran.
Rupert lalu mendesah. "Ada apa dengan kalian? Aku baru saja pulang dari Jepang dan aku menyempatkan diriku ke sini. Seharusnya, siang ini aku bersama istriku di rumah, juga beristirahat." Rupert lalu berjalan melewati Caitlyn dan Warren.
"Tuan, sebaiknya Anda..." Rupert tak memperdulikan Warren yang berusaha menghentikannya. Saat ia membuka pintu, ia lalu melangkah masuk diikuti oleh Warren dan Caitlyn.
Tiba-tiba tas Rupert jatuh dari genggamannya. Ia lalu mematung, matanya membelalak. Ia melihat seikat mawar hitam berada di atas mejanya. Wajahnya tampak memucat.
"Kami mencoba untuk menjelaskan pada Anda, tuan." air muka Caitlyn berubah ketakutan, sembari mengambil tas Rupert yang terjatuh.
Warren lalu membantu Rupert untuk duduk di sofa. Ia lalu mengambilkan segelas air untuk Rupert. Wajah Rupert semakin pucat pasi, ia lalu mengurut-urut dahinya.
"Bunga sialan itu sudah berada di meja tadi pagi. Kami tak tahu siapa yang meletakkannya. Kami juga tak berani memindahkannya. Kami sudah menghubungi Kapten James Avenue, padahal keamanan sudah sangat ketat. Saat kami memeriksa CCTV, kami tidak menemukan apapun karena sepertinya CCTV sudah diotak-atik terlebih dahulu." jelas Warren.
"Kami berusaha menghubungi, Anda. Namun, tidak ada jawaban dari Anda, tuan." timpal Caitlyn.
Rupert lalu menghela napasnya. Ia tak tahu harus apa lagi, yang ia tahu hanyalah kematiannya sudah dekat.
"Warren," Rupert akhirnya bebicara, "aku ingin kau menginterogasi seluruh karyawan-karyawan kita. Aku tak peduli berapa lama waktu yang dibutuhkan, pasti ada orang dalam." Rupert sangat panik.
"Baiklah, tuan." Warren dengan segera bergegas meninggalkan Rupert dan Caitlyn di ruang kerja.
"Baiklah, suruh mereka segera masuk." Caitlyn menerima panggilan dari resepsionis bawah. "Tuan, Kapten James Avenue dan anak buahnya ingin menemui Anda."
Rupert lalu mengangguk. Ia lalu meneguk habis segelas air. Ia lalu mengusap-usap dagunya, berpikir bagaimana cara menjelaskan hal ini kepada sang istri. Ia tahu kalau rumahnya sedang dijaga ketat, namun istrinya tidak mengetahui hal ini. Ia sedari awal sudah diperingatkan oleh James tentang daftar sebagai korban pembunuhan.
Tak lama kemudian, Caitlyn mempersilahka James dan beberapa anak buahnya menemui Rupert. Rupert lalu bangkit dan melangkah menuju James. Wajahnya masih terlihat pucat pasi, dan ada ketakutan dibalik kerutan wajahnya.
"Tuan Madison. Kami minta maaf kalau kami tidak tahu soal mawar hitam itu. Padahal, saya telah menempatkan anak buah saya di bagian keamanan dan juga mengawasi melalui CCTV." air muka James terlihat sangat panik. Terlihat jambangnya yang sudah dicukur habis.

KAMU SEDANG MEMBACA
Yours
Misteri / Thriller[COMPLETED] Arya Ports, seorang wartawan muda yang memiliki segudang prestasi disertai oleh sifat alamiahnya yang nekat dengan berusaha membongkar identitas seorang pembunuh psikopat di mana masyarakat Inggris dibuat resah oleh aksi pembunuhannya ya...