Arya dan Chloe pun tiba di tempat kejadian. Mereka lalu tercengang melihat begitu banyak polisi yang menjaga apartemen tersebut. Para polisi pun berjaga-jaga jika ada reporter atau wartawan yang menayangkan tempat tersebut.
"Aneh sekali. Tempat ini diawasi sangat ketat." ungkap Chloe. "Jadi, bagaimana kita bisa mencari informasinya, Arya?"
James! Mata Arya lalu mulai mencari-cari sosok pria tua tersebut. Ia lalu menemukan James yang sedang berbincang-bincang dengan salah seorang petugasnya.
Saat Arya hendak menemui James, Arya lupa kalau petugas polisi berjaga di sana. Ia lalu dihadang oleh dua orang petugas polisi. "Maaf, nona. Anda tidak boleh masuk."
"Tapi, aku ingin bertemu dengan pamanku." Arya lalu memaksa untuk masuk, namun lagi-lagi dia dihadang oleh kedua petugas polisi tersebut.
"Kami mohon, perbolehkan kami masuk." Chloe memelas di belakang Arya.
"Tidak boleh, nona. Ini adalah tempat kejadian. Silahkan kembali ke tempat asal kalian, ladies." salah satu polisi tersebut bersitegas.
Arya pun mendengus. Ia lalu memandang James lama. "JAAMEESSS!!" pekik Arya.
Sontak, James mendongak. Ia lalu memicingkan matanya, "Arya?" gumamnya. Ia lalu meninggalkan rekannya dan berjalan menuju Arya.
"Ada apa?" tanya James pada dua orang petugas polisi tersebut.
"Kedua nona ini bersikeras hendak masuk, tuan. Nona berambut coklat ini mengatakan kalau ia ingin bertemu dengan pamannya." jelas salah satu petugas polisi tersebut.
James lalu menghela napasnya, "biarkan dia masuk. Aku pamannya."
Kedua petugas polisi tersebut tersentak. Mereka saling menatap tidak percaya. Lalu, kedua petugas polisi tersebut mempersilahkan Arya dan Chloe masuk. James lalu mengajak mereka masuk ke apartemen.
Arya menatap James emosi. Ia lalu menarik James dan mereka pun terhenti. "Kau melanggar janjimu."
James lalu melihat Arya dengan tatapan bingung. Ia lalu mengernyitkan kedua alisnya, "apa maksudmu, nak? Aku baru saja hendak menghubungimu."
"Oh, begitu," Arya lalu melipat kedua tangannya, "kau berjanji akan melindungi keselamatan mereka dari pembunuh sialan itu, 'kan?"
"Arya. Aku sudah mengerahkan orang-orangku. Mereka menyamar menjadi petugas keamanan di apartemen ini, dan satu lagi di rumahnya di Liverpool. Setiap gerak-gerik Brandon Hustle kami awasi. Aku tidak tahu kenapa pembunuh sialan itu bisa lolos."
Arya terdiam mendengar penjelasa James. Ia berpikir, jika James sudah mengerahkan orang-orangnya untuk mengetatkan keamanan Brandon Hustle, mengapa pembunuh itu bisa masuk dengan mudahnya? Entahlah, mungkin saja pembunuh tersebut memiliki orang dalam untuk mempelancar aksinya.
"Apakah kau sudah memeriksa orang-orangmu? Mungkin si pembunuh gila itu punya orang dalam." ungkap Arya.
"Ya. Aku sudah melakukannya. Mereka sedang dalam pemeriksaan." balas James.
Arya lalu mendengus. Ia bahkan tak mengira kalau dirinya akan selamat. Ia benar-benar pusing memikirkan bagaimana pembunuh psikopat itu kelak membunuh dirinya nanti.
"Kita harus ke apartemen Brandon untuk melihat-lihat." Arya dan Chloe lalu mengikuti James menuju lantai dimana apartemen Brandon terletak.
Arya melihat petugas forensik dan beberapa petugas polisi yang sedang sibuk mengerjakan tugasnya. Arya lalu memandang seluruh isi apartemen Brandon Hustle. Ia tidak menemukan jasad Brandon Hustle, namun bekas darah masih melekat di lantai. "Kemana tubuhnya?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Yours
Mystery / Thriller[COMPLETED] Arya Ports, seorang wartawan muda yang memiliki segudang prestasi disertai oleh sifat alamiahnya yang nekat dengan berusaha membongkar identitas seorang pembunuh psikopat di mana masyarakat Inggris dibuat resah oleh aksi pembunuhannya ya...