Author's note:
Hollaaa!!! Happy reading and enjoying this chapter:) Don't forget to Vomment... Thanks:) -Hx
***
Saat terbangun, Ian mendapati Arya tidak ada di sampingnya. Ia lalu tersentak, dan matanya mencari-cari di seluruh kamar Arya.
"Mencariku, eh?" tampak Arya sedang memakai bedak di depan cermin. Ia sudah bersiap-siap untuk pergi bekerja.
Ian mendengus kesal, ia lalu kembali menghempaskan tubuhnya di kasur, "padahal aku ingin sekali mandi bersamamu lagi," ia pun mendesah kesal.
Arya terkekeh. Setelah itu, ia pun duduk di tepi ranjang di dekat Ian, "maafkan aku, ya. Hari ini aku harus mewawancarai beberapa perusahaan dan sebuah organisasi kesehatan. Jadi, aku harus bersiap-siap lebih awal. Akan aku buatkan sarapan," Arya mengecup bibir Ian singkat. Kemudian, ia beranjak pergi ke dapur.
Ian menyunggingkan senyumnya setelah Arya pergi, "that's one of reason why I love you, sweety." Ia kemudian beranjak dan kembali memakai pakaiannya.
Arya bersenandung sembari menyiapkan sarapan untuk dirinya dan Ian. Selesai membuat sarapan, ia lalu melihat Ian yang baru saja keluar dari kamarnya. "Morning, babe," sapa Arya.
Ian mendekati Arya, ia lalu memeluk Arya dari belakang. "Morning, honey." Arya lalu berbalik dan menghadap Ian. Mereka lalu berciuman dengan mesra.
"Ayo, kita sarapan."
"Tunggulah, aku ingin menikmatinya," Ian kembali mencium Arya.
"Ian," desah Arya.
Ian lalu terkekeh geli. "Baiklah, tuan putri. Ayo kita sarapan." Mereka lalu menikmati sarapan yang telah Arya buat.
Ian mengantar Arya ke tempat kerjanya. "Baiklah, sudah sampai, tuan putri," mereka pun sampai. Arya lalu mengambil tasnya dan bersiap-siap untuk keluar dari mobil Ian. "Arya?"
Arya pun mendongak ke arah Ian, "ya?"
"Ingat kata-kataku kemarin. Aku memaafkan Henshaw hanya sekali, Arya. Namun, jika dia melakukan hal itu lagi padamu, kau harus melaporkannya padaku. Jangan takut, Arya. Aku takkan membiarkan siapapun menyentuhmu, bahkan menyakitimu," nada suara Ian berubah menjadi serius. Ia melemparkan tatapan tajam pada Arya, mengisyaratkan aku tidak main-main, Arya.
Seketika Arya bergidik ngeri. Ada ancaman tak langsung dari suara Ian, bukan untuk dirinya, namun untuk Henshaw. Arya menatap takut Ian. "Ba... baiklah," ucapnya terbata-bata.
Ian yang menyadari Arya yang menatapnya takut, ia lalu mendesah kuat, "astaga!" ia pun memeluk Arya, dan mengecup keningnya. "Arya, jangan melemparkan tatapan takut seperti itu. Aku takkan menyakitimu."
"Kenapa kau posesif sekali, Ian?" gerutu Arya dalam pelukan Ian.
Ian menghela napasnya panjang, "aku tidak posesif, Arya. Aku hanya ingin menjagamu. Kau kekasihku, itu saja," mereka lalu saling melepaskan pelukan, dan juga saling menatap, "aku tak ingin kau takut padaku."
Arya menghela napasnya, bayang-bayang Ian yang membunuh Bee masih terngiang-ngiang dibenaknya. Ia takkan pernah melupakannya, bahkan untuk melupakannya ia tak bisa. Di satu sisi, ia merasa takut pada Ian. "Baiklah, maafkan aku." jawabnya lirih.
Ian tersenyum pada Arya. Sebelum Arya keluar, mereka berciuman kembali. "Jangan lupa kirim aku pesan jika sudah sampai. Dan, ingat! Jika kau keluar dari Inggris, kau harus mengabariku terlebih dahulu agar aku tak menangis mengkhawatirkanmu, Ian." tutur Arya serius.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yours
غموض / إثارة[COMPLETED] Arya Ports, seorang wartawan muda yang memiliki segudang prestasi disertai oleh sifat alamiahnya yang nekat dengan berusaha membongkar identitas seorang pembunuh psikopat di mana masyarakat Inggris dibuat resah oleh aksi pembunuhannya ya...