Author's note:
Hi, good readers! Happy reading :) Jangan lupa komennya ya:D
-Hx
***
"Kau bilang kalau kau akan pulang besok. Kenapa kau tidak masuk dan menemui Arya di dalam? Juga, kenapa kau kelihatan sangat panik?" tanya Maverick bingung.
Ian terlihat sangat panik, bahkan ia melepaskan jasnya, dan menggulung lengan kemejanya. "Aku berhutang informasi ini pada Alfonso Berto." ucapnya hampir berbisik.
Maverick mengernyit, "Alfonso Berto? CEO asal Spanyol yang tidak terlalu tampan dariku itu?" kekehnya.
"Astaga, Mavey! Ini bukan waktunya bercanda." Ian lalu menjelaskan semuanya pada Maverick. Seketika air muka Maverick berubah. Ia merasa tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Ian.
"Serius?! Astaga! Apa kau sudah memberitahu dad tentang hal ini?" Maverick hampir saja berteriak.
"Sudah. Berjanjilah padaku jangan memberitahu Arya tentang hal ini atau dia takkan sembuh dari penyakitnya. Aku sedang menyelidiki pembunuh bayaran mana yang disewa oleh Lucas."
"Ian, pembunuh bayaran 'kan banyak. Tunggu dulu, kita harus memberitahu James tentang hal ini, juga pada Chloe dan Ray."
"Tidak." sergah Ian dengan cepat. "Kita tidak akan memberitahukan hal ini pada mereka."
"Kenapa, ian? Mereka berhak tahu. Mereka juga bisa melindungi Arya jika kau sedang tidak disampingnya."
Ian lalu memijit-mijit dahinya. Ia tampak sangat pusing akibat masalah ini. "Baiklah. Kau beritahu mereka. Namun, jangan katakan untuk mengatakannya pada Arya. Jika sudah keluar dari rumah sakit, aku sendiri yang akan memberitahunya."
Maverick menghela napasnya, "baiklah. Segeralah masuk. Aku akan pergi menemui James terlebih dahulu. Ray dan Chloe mereka sudah pulang daritadi. Mungkin mereka akan kembali ke sini lagi."
"Terima kasih, Mavey." Saat Maverick pergi, Ian lalu bergegas masuk menemui Arya.
Ian melihat Arya yang sedang meringkuk dan membelakanginya. "Mavey, kenapa kau diluar lama sekali?" saat Arya berbalik, betapa terkejut dirinya mendapati kalau bukan Maverick yang masuk, namun kekasihnya, Ian. Spontan, Arya duduk dan senyumnya merekah. "Ian!" serunya.
Ian bergegas memeluk Arya. Ia sangat merindukan Arya. Mereka lalu saling berciuman, dan melepaskan kerinduan. Ian lalu menarik dirinya perlahan, "hai."
"Hai." seketika air muka Arya berubah serius. "Oh, ya. Aku 'kan berjanji akan menghukummu. So, hukumanmu akan menjadi dua kali lipat karena kau datang tanpa memberitahuku. Sudahlah pergi tanpa bilang, datang pun juga."
Ian terkekeh, ia lalu mengacak-acak rambut Arya. "ya, ampun, sayang. Aku datang tiba-tiba karena aku hanya ingin memberikanmu kejutan." tidak, Arya, aku datang karena ingin menyelamatkan dirimu, batinnya menyambung.
"Kau bohong. Mavey bilang kalau kau akan pulang besok siang, bukan sore ini." gerutu Arya. Ia lalu memanyunkan bibirnya, semakin membuat Ian gemas dan ingin melumat habis bibir Arya.
Ian mendesah, "jadi, hukuman apa yang akan kau berikan padaku, tuan putri?"
Arya menyeringai, "seharian kau tidak boleh menyentuhku, bahkan menciumku."
Mata Ian membelalak, ia lalu terkekeh geli. "Arya, bahkan tak menyentuh selama satu jam saja sudah membuatku gila, apalagi seharian. Tidak. Aku tak akan menerima hukumanmu."

KAMU SEDANG MEMBACA
Yours
Misteri / Thriller[COMPLETED] Arya Ports, seorang wartawan muda yang memiliki segudang prestasi disertai oleh sifat alamiahnya yang nekat dengan berusaha membongkar identitas seorang pembunuh psikopat di mana masyarakat Inggris dibuat resah oleh aksi pembunuhannya ya...