Author's note:
Last Chapter-nya Yours!!! Hiks :'( Maaf jika chapternya mengecewakan ... But! Tentu saja ini bukan akhir kok x) Besok bakalan ada Epilognya ... Hehehe I'm sorry! Yo wes, langsung aja baca jgn lupa Vote dan Commentnya ya:) Thanks! -Hx
***
James mendengus kesal setelah ia memeriksa apartemen Arya. Ia sama sekali tidak menemukan keberadaan Arya atau Ian. Bahkan, tak ada yang memberinya kabar tentang keberadaan mereka ditemukan.
Hingga hari semakin gelap dan waktu menunjukkan pukul sepuluh malam. Ia juga tak menemukan Arya dan Ian. "Sial! Kemana mereka berdua!" umpatnya.
Namun, ia pun teringat akan sesuatu. "Jika Arya tidak berada di apartemennya, aku yakin sekali dia berada di rumah lamanya."
Dengan cepat, James menancapkan gas mobilnya begitu kencang. Ia merasa yakin sekali kalau mereka berada di sana. Kemana lagi Arya akan membawa Ian pergi, kecuali jika Ian memiliki tempat bernaung di luar London. Namun, ia harus mengecek mereka ke sana terlebih dahulu.
***
"Jadi, apa rasanya menjadi seorang pembunuh psikopat?" tanya Arya. Ia merebahkan kepalanya di dada bidang Ian. Tentu saja mereka terlihat selesai bercinta. Ian juga telah selesai menceritakan semua hal yang selama ini Arya tidak ketahui—alasan dirinya membunuh orangtua Arya, mengawasi Arya selama ini, hingga kenapa dia menjadi pembunuh psikopat serta alasan ia membunuh korban-korbannya.
"Kadang aku merasakan kesenangan, namun lebih banyaknya kehampaan. Aku tak merasakan apapun, kecuali rasa menyesal membunuh orangtuamu. Namun, aku tak pernah takut," gumam Ian sambil membelai rambut Arya. Ia terlihat sudah mencukur jambangnya.
Arya lalu mendongak pada Ian. Ia pun tersenyum lembut. "Kau sudah menceritakan semuanya padaku. Semua perasaanmu, penderitaanmu, alasan kenapa kau menjadi seperti itu. Tapi, maukah kau berjanji satu hal padaku kalau kau tak akan membunuh orang lagi?"
Ian tersenyum lembut pada Arya. Tangannya lalu membelai lembut rambut Arya. "Aku sudah berjanji pada diriku, dan aku telah mendapatkanmu. Tentu saja, aku akan berhenti melakukannya. Aku sudah mendapatkan kekasihku kembali," tuturnya lembut.
"Aku akan selalu menepati janjiku padamu kalau James takkan pernah menyakitimu atau membunuhmu. Ingat, Ian. Yang boleh membunuhmu hanya aku," tukas Arya.
"Tentu, sayang. Hanya dirimu seorang yang boleh membunuhku, bukan yang lain." Ian terkekeh geli.
Mereka lalu berciuman mesra. Rasanya begitu berbeda setelah Arya menerima dirinya, dan memaafkan dirinya.
Arya memanglah wanita yang berbeda. Jikalau ia membenci Ian atau membunuhnya karena orangtuanya, ia takkan pernah bisa menghidupkan kembali orangtuanya. Ia juga tak bisa memutar masa lalunya. Semua sudah menjadi takdir. Lebih baik Arya memaafkan Ian daripada harus membencinya lebih lama. Semua karena rasa cintanya telah mengalahkan rasa bencinya pada Ian.
Blaaaammm!!!
Mereka spontan berhenti berciuman saat mendengar pintu terbanting. Arya dan Ian lalu saling bertatapan bingung.
"Arya, tunggulah di sini," sergah Ian. Ia pun bergegas mengambil pakaiannya di lantai lalu memakainya.
"Tidak. Aku akan mengikutimu. Jangan paksa aku untuk menunggu di sini," tegas Arya sambil memakai pakaiannya.
Dengan cepat, Ian menahan tubuh Arya. Ia tak ingin Arya mengikutinya. Bagaimana jika itu James? Bukan, bagaimana jika itu perampok yang ingin mencuri? Ian tak ingin kehilangan Arya atau kekasihnya terluka.

KAMU SEDANG MEMBACA
Yours
Mystery / Thriller[COMPLETED] Arya Ports, seorang wartawan muda yang memiliki segudang prestasi disertai oleh sifat alamiahnya yang nekat dengan berusaha membongkar identitas seorang pembunuh psikopat di mana masyarakat Inggris dibuat resah oleh aksi pembunuhannya ya...