41

205 29 8
                                    

Author's note:

Malam semuaaa!! Chapter kali ini aku mau lihat opini/komen kalian tentang si Ian Bloodwood cocoknya yg mana nih, Arya Ports atau Rosalinda Berto? Nah, setelah cerita bakalan aku share gambar2 mereka... So, Let's reading! -Hx

***

Arya begitu terkejut melihat James menunggunya di apartemennya. James duduk dengan santai sembari meneguk habis segelas air, bahkan ia tampak tak terkejut sama sekali melihat Arya dan Ian tiba.

"James, apa yang kau lakukan di sini? Mana Chloe?" mata Arya mulai mencari-cari Chloe yang tak muncul sama sekali. Tubuhnya mulai menegang, juga perasaannya.

James mendesah, sembari meletakkan gelasnya di atas meja. "Dia sudah pulang, dan menyuruhku untuk tunggu di sini sampai kau pulang. Kenapa kalian masih berdiri di sana dan tidak duduk di sini?" James menepuk-nepuk bantalan sofa di sebelahnya, mengisyaratkan Ian dan Arya untuk segera duduk.

Arya memutar kedua bola matanya, dan dengan kesal, ia duduk di sofa satunya lagi. Sementara Ian, duduk di sampirng James.

"Aku sangat mengkhawatirkanmu. Sungguh. Kau tidak apa-apa?" air muka James dengan cepat berganti khawatir.

Namun, Arya malah membalasnya dengan tatapan kesal. Kemudian, ia melirik Ian yang menatapnya serius, dan matanya memberikan isyarat untuk menjawab kekhawatiran James. "Aku baik-baik saja, sungguh," desahnya. Arya berusaha menutup-nutupi kemeja lengannya yang robek dibalik jas Ian, namun ia tak bisa menutup lututnya yang diperban.

Sayang sekali, James begitu jeli melihat lutut Arya yang terluka. "Kenapa lututmu, Arya?"

"Aku hanya tersandung di kamar mandi Ian tadi, karena sangat licin," tutur Arya berbohong. Sungguh meyakinkan sekali, gumam batinnya.

Ian dibalik James menyeringai geli. Ia hampir saja terkekeh geli mendengar kebohongan Arya. Namun, ia takkan membantahnya kali ini karena Arya akan marah lagi padanya jika ia berkata jujur pada James, dan ia tak ingin berkelahi lagi dengan Arya.

"Kenapa kau bisa seceroboh itu, Arya?" James spontan memijit-mijit keningnya. Tak lama, ia lalu mendongak ke arah Arya lagi. "Aku ingin bicara serius denganmu."

Sontak Arya menegang. Rahangnya seketika mengeras. Ia tahu kemana pembicaraan itu membawanya.

"Aku tak ingin kau bekerja lagi di sana. Sudah cukup, dan aku tak mau melihatmu dilecehkan oleh direktur-direkturmu yang lain. Aku memberimu kesempatan dan sudah kuperingatkan dari dulu kalau bekerja dengan Henshaw bukanlah hal yang baik. Aku juga pernah bilang kalau dia dari dulu terlalu obsesi padamu, namun kau tak pernah mempercayai kata-kataku, Arya. Mulai besok, kau akan bekerja sebagai pegawai di kantor-kantor pemerintahan."

Untungnya, Arya tidak terkejut dengan masalah itu. Namun, tidak dengan Ian. Bahkan, ia tak bisa menyembunyikan rasa terkejutnya dari James. "Apa maksudmu kalau pria sialan itu terobsesi pada Arya?" bahkan menyebut nama Henshaw saja ia tak sanggup, takut emosinya meledak lagi dan lagi. Tidak di depan Arya.

James mendesah kuat. Ia melemparkan tatapan kesalnya pada Ian, "aku tahu karena pernah bertemu dengannya. Aku mencaritahu dirinya, dan yang kutemukan kalau dia benar-benar terobsesi pada Arya. Arya memanglah wanita cantik. Bukan hanya Henshaw, bahkan banyak pria diluar sana yang sangat menginginkan Arya, namun aku berusaha melindunginya."

"Cukup James," Ian kemudian bangkit, lalu beranjak duduk di samping Arya, "Arya akan tetap bekerja di tempat itu. Karirnya sebagai wartawan dan reporter takkan pernah lenyap."

YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang