Author's note:
Arya kabur dari rumah sakit!!! Wajib baca bagi yg penasaran ... Jangan lupa Comment dan Votenya ya :) Thank! -Hx
***
"Hari sudah siang. Kau bahkan belum menyentuh makan siangmu, duck. Mau kusuapkan?" ucap Ray. Kini, hanya Ray sendiri yang menjaga Arya. Chloe baru saja pulang untuk membersihkan dirinya. James sudah pergi daritadi dan kembali bekerja.
"Aku belum lapar," jawab Arya lirih. Ia masih memikirkan perasaannya yang tiba-tiba muncul—perasaan rindu, sayang, amarah, bahkan cinta yang bercampur aduk.
Ray lalu mendesah. "Aku benar-benar tak suka dia datang ke sini tadi," geramnya.
Arya sontak menoleh pada Ray. Ia lalu mengernyit bingung. "Apa maksudmu?"
"Bahkan mengingat namanya saja sudah membuatku jijik, apalagi mengucapkan namanya. Kau tahu siapa maksudku," ketus Ray.
Arya menghela napasnya. "Ian maksudmu?"
Sontak, Ray mengernyit bingung. "Kau menyebut namanya? Astaga! Kukira kau tak ingin lagi menyebut namanya lagi, Arya."
"Kupikir juga begitu," desahnya. "Ray, bagaimana jika aku ... masih mempunyai perasaan padanya?"
Seketika, Ray menaikkan sebelah alisnya. "Apa kau gila? Arya, dia sudah membunuh orangtuamu. Dia sudah menakut-nakutimu. Dan kau bilang kau masih mempunyai perasaan padanya? Kau benar-benar gila, Arya. Harusnya kau tanyakan itu pada psikiatermu yang sebentar lagi akan kau temui."
"Aku hanya bertanya padamu," desah Arya.
"Kau memang benar-benar gila, Arya. Lihatlah, rasa cintamu padanya lebih besar daripada rasa cintamu pada orangtuamu, teman-temanmu. Kau tak pantas bersama pembunuh psikopat seperti dia."
Arya terdiam. Ia memikirkan lagi perasaannya. Apakah benar rasa cintaku padanya lebih besar dari yang lainnya? Pikir Arya. Ia lalu menggeleng-geleng kepalanya perlahan. Ia makin bingung pada perasaannya.
Tetapi, mungkin saja Ray benar. Padahal, Ian telah membunuh orangtuanya, telah merenggut masa kecilnya, juga telah mengecewakannya. Tetapi, Arya tak dapat menyangkalnya. Ia rindu Ian. Tadi malam ia tidur nyenyak karena Ian datang dan tidur bersamanya. Ia mendengar bisikan Ian yang membuatnya merasa bangkit kembali. Memang Ian telah merenggut masa kecilnya, namun ia juga telah merenggut hatinya. Arya spontan sadar, ia masih mencintai Ian.
"Jam berapa eksekusinya?" tanya Arya lirih.
"James bilang jam tujuh malam. Kenapa? Kau ingin melihatnya mati?" ketus Ray.
"Tidak. Aku tak ingin melihatnya mati. Sudah cukup banyak orang mati yang telah kulihat."
Ray terkekeh pelan. Ia lalu bangkit dari kursinya. "Aku haus. Aku akan ke kafetaria dan membeli minum."
Saat Ray di ambang pintu, tiba-tiba Arya memanggilnya. "Ray, di mana dia di penjara?"
Ray sontak berbalik. "Kenapa kau begitu penasaran, Arya?"
Arya lalu mengedikkan bahunya. "Aku hanya bertanya."
"Di markas Kepolisian Inggris. Aku tidak tahu dimana tepatnya penjaranya." Ray lalu berbalik dan bergegas pergi. Ia benar-benar kehausan.
Untuk pertama kali dalam depresinya, Arya menyunggingkan senyumnya. Ia mulai memikirkan rencana gilanya. Rencana yang harus ia jalankan dengan hati-hati. Ia akan menyelamatkan Ian.
***
Arya berusaha melepaskan infus dari tangan kirinya. Ia berusaha menahan suaranya. Darahnya berceceran. Ia pun melihat hoodie milik Ray yang tertinggal di kursi. Ia lalu mengambil hoodie tersebut dan memakainya. Ia akan kabur dari rumah sakit ini dan menyelamatkan kekasihnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Yours
Mystery / Thriller[COMPLETED] Arya Ports, seorang wartawan muda yang memiliki segudang prestasi disertai oleh sifat alamiahnya yang nekat dengan berusaha membongkar identitas seorang pembunuh psikopat di mana masyarakat Inggris dibuat resah oleh aksi pembunuhannya ya...