13

238 36 10
                                    

(Betty Who - Mama Say)

Author's note:

Jumpa lagiii!! Hihi ... Wajib baca serta tinggalkan Comment dan Votenya ya! Jangan lupa sekalian putar playlist-nya agar semakin asyik bacanya!! Thanks :) -Hx

***

"Kau lama sekali, Ian." Maverick menggerutu. Ia lalu membukakan pintu mobil untuk Ella terdahulu. Kemudian, ia duduk di depan tepat di samping Ian.

Ian menyeringai. "Maafkan aku, Mavey," kekeh Ian.

Maverick mendengus kesal. "Kau meninggalkanku saat kau hendak mencari ukuran untuk setelanmu. Untung saja aku ingat ukuran setelanmu."

"Sudah, Mavey. Ian meninggalkanmu karena mungkin ia ada urusan mendadak," sela Ella. Ia terlihat sibuk mengutak-atik ponselnya.

Lagi-lagi, Maverick mendengus kesal. Ia lalu menatap Ian sinis, dan mengernyit. Ia melihat air muka Ian yang begitu senang dan ceria. Maverick tampak curiga pada Ian. Ia makin curiga melihat Ian yang senyum-senyum sendiri. Apa jangan-jangan anak itu sudah gila? Pikirnya.

"Ada apa? Jika kau melihatku seperti itu, kau akan jatuh cinta kepadaku," dengus Ian. Ia sadar kalau Maverick meliriknya sedari tadi. Ia merasa risih melihat Maverick yang terus-menerus menatapnya sinis.

Maverick dengan cepat mengalihkan pandangannya lurus ke depan. " Ck! Aku masih normal, asal kau tahu. Kenapa kau senyum-senyum sendiri?"

Ian lalu terkekeh, membuat Maverick tampak bingung. "Rahasia," katanya sambil tersenyum senang.

Maverick lalu menghela napas. Ia paham betul dengan sikap adiknya ini. Selalu saja berkata rahasia jika ada sesuatu yang membuatnya senang. Namun, ujung-ujungnya, Maverick pun mengetahui rahasia saudaranya yang satu ini.

Mereka lalu turun di sebuah rumah yang sangat besar. Ian segera turun dari mobilnya. Maverick membukakan pintu untuk Ella dan membantunya membawakan barang-barang.

"Kau harus menginap di sini, sayang. Kamarku lebih dari muat untuk dua orang," ujar Maverick sembari membawa barang-barang belanjaan. Ella berusaha berjalan bersejajar dengan langkah Maverick yang besar. Ian berjalan di depan mereka.

"Aku takut jika Dad-mu tidak mengizinkanku untuk menginap di rumahmu, sayang," kata Ella ragu. Saat memasuki rumah, beberapa pelayan menunggu mereka untuk menyerahkan barang-barang belanja mereka agar di bawa oleh mereka, namun Maverick tidak memberikannya karena ia ingin terlihat kuat di depan Ella.

"Siapa yang tidak mengizinkanmu, sayangku?" Frederick tiba-tiba muncul dan menuruni anak tangga. Ia turun dengan perlahan dibantu oleh tongkatnya. Agatha dan seorang pria yang merupakan salah satu asistennya mengikutinya dari belakang.

Mereka pun terkejut, lalu berhenti. "Tuan Frederick," Ella menyambut Frederick dengan sopan.

Frederick tersenyum melihat Ella. Ia lalu melangkah mendekati Ella. "Kau tunangan anakku. anggap saja rumah ini seperti rumahmu, nak. Aku tidak memarahimu jika menginap di sini. Malah aku menyuruh Mavey untuk membawamu menginap di sini jika kau ke London."

Ella merasa tersanjung mendengar perkataan Frederick. Ia lalu tersenyum malu. "Terima kasih banyak, Tuan Frederick."

"Tidak. Jangan panggil aku begitu. Kau akan menikahi Mavey. Panggil saja aku Dad. Aku akan menjadi Dad-mu juga."

"Baik tuan, eh, Dad. Terima kasih, sekali lagi."

Maverick menghela napasnya. "Ella, ayo ke kamarku." Maverick mengajak Ella ke kamarnya. Mereka lalu melangkah bersama menaiki tangga dan menuju kamar Maverick.

YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang