3. Latihan Basket

686 62 10
                                    

Basket. Setiap hari, selalu latihan basket. Tapi tidak masalah, toh aku sangat menyukai basket. Aku juga sudah terbiasa menetap di sekolah sampai sore. Terlebih lagi, aku cowok. Orangtuaku berpikiran bahwa aku sudah besar, aku bisa menjaga diriku sendiri sehingga mereka tidak pernah mempermasalahkan kepulanganku yang terlambat.

Seperti biasa, hari ini aku latihan lagi. Kami berlatih lebih ketat karena lusa akan diadakan kompetisi. Aku merasa kemampuanku masih sedikit kurang di beberapa bagian, maka dari itu aku memutuskan untuk melanjutkan latihan di saat yang lain sudah pulang. Aku bahkan meminta kunci pada pelatih dan berjanji akan mengunci pintu saat sudah selesai. Betapa senangnya aku di saat pelatih mengizinkanku. Aku pun mulai berlatih kembali, walau sendirian dan waktu maghrib semakin mengakar.

Bruk! Bola yang kutembakkan masuk kembali ke dalam ring. Aku mulai bosan. Andai saja ada seorang teman untuk membantuku latihan di sini.

"Hai!" Aku menoleh begitu mendengar suara itu. Mataku menatap kepada seorang gadis dengan baju olahraga di pinggir lapangan. Rambutnya dibiarkan tergerai sampai menutupi seluruh lehernya. Siapa dia? Aku tidak pernah melihatnya dimanapun.

"Sedang latihan?" Tanyanya, berusaha mengurangi ketegangan di antara kami. Aku hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Kau belum pulang?" Aku balas bertanya.

"Tadinya aku ingin ikut latihan basket, tapi karena aku ada kerja kelompok sepulang sekolah, jadinya aku membatalkannya. Mumpung kau sendirian, mau kutemani?" Tawarnya. Aku tidak keberatan, lagipula dengan adanya orang lain, aku bisa terbantu.

Gadis ini cukup berbakat dalam basket rupanya. Aku sangat senang dan tanpa sadar, aku terlalu bersemangat. Aku melakukan overhead pass dengan kencang ke arahnya. Dan, sesuatu yang tidak kusangka terjadi.

Bola itu mengenai kepalanya. Kepala itu putus, jatuh ke tanah dan memantul menghampiriku.
Aku hanya terdiam di tempat, memandang matanya yang melirik-lirik. Aku ingin kabur, namun kakiku terasa kaku, seolah baru saja ditanam semen.

Mata itu menatapku.

Lalu, kepala itu melompat ke arahku.

Aku sontak terkejut. Kulemparkan kepala itu ke sembarang arah. Kepala itu membentur papan pantul yang terpasang di belakang ring. Benda bermassa itu pecah, dan otaknya yang berlumuran darah jatuh merayap ke bawah. Itu adalah poin terakhirku untuk lembur hari itu.




















Mohon vote dan komentarnya😊

Ghost StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang