45. Ospek

116 17 0
                                    

Sebelum benar-benar menjadi mahasiswa, kita pasti akan mengalami yang namanya ospek.

Kegiatan itu sekarang tengah diikuti Danu, seorang calon mahasiswa pemberani yang menjadi ketua dalam kelompoknya.

Malam itu terasa sangat dingin. Namun mereka tetap harus mengikuti ospek yang kini mengharuskan setiap pesertanya berbaris sesuai kelompok di tengah hutan. Mereka akan mengadakan sebuah permainan.

Permainan ini disebut ular buta oleh kakak pembina. Ketua kelompok berada di depan diikuti semua anggotanya. Mata mereka semua akan ditutup kecuali seseorang di bagian paling belakang. Orang tersebut akan memberikan instruksi agar kelompoknya bisa berjalan.

Menepuk punggung artinya lurus, menepuk bahu kanan artinya ke kanan, dan menepuk bahu kiri artinya ke kiri. Permainan mudah yang membutuhkan konsentrasi, dan juga kerja sama.

"Sudah siap semua?" Ketua pembina menyerukan suaranya lewat megaphone.

"Pegang bahu teman kalian dan jangan dilepas kecuali memberikan instruksi ya!"

"Ready?? Go!"

Puk puk..

Danu merasa punggungnya ditepuk. Lurus.

Mereka pun mulai berjalan.

Puk puk..

Sebelah kanan.

Puk puk..

Sebelah kiri.

Danu tidak tahu kemana temannya membawa mereka, yang jelas ia hanya mengikuti instruksi.

Puk puk..

Bukan punggung atau bahu. Tapi kepalanya yang ditepuk.

Tidak ada instruksi seperti itu kan?

Danu akhirnya memilih berhenti. "Ngapain nepukin kepala? Kan nggak ada yang nyuruh?"

"Gatau, itu belakang."

"Heh, kok nepuk kepala sih?"

"Buka tutup mata lo semua!"

Salah satu ide itu artinya diikuti. Penutup mata pun dibuka dan..

tidak ada siapa-siapa selain Danu sendiri di sana.

Di tengah-tengah kuburan.

Lalu, suara siapa dan sentuhan dari siapa yang ia peroleh sejak tadi? Dimana dia sekarang, dimana teman-temannya?

Panik. Panik menyerang Danu. Padahal sebenarnya ia cukup pemberani. Tapi entah kenapa kejadian ini membuat kakinya lemas. Beribu pertanyaan melayang di otaknya. Siapa, mengapa, bagaimana.

"Eh, dek!" Seorang kakak pembina perempuan menemukan Danu dari kejauhan.

"Kamu kenapa jalan sendirian? Temen-temenmu mana?"

"Sa-saya nggak tahu kak. Tadi ada yang ngasih instruksi salah, dia nepukin kepala saya. Terus saya buka mata. Eh, malah sampe sini. Tapi teman-teman saya udah nggak ada."

"Temen-temenmu..

itu maksudnya?"

Kakak pembina itu menunjuk ke atas. Danu mengerutkan dahi, mengikuti arah tunjuk kakak tingkatnya.

Tampak puluhan manusia yang baru Danu kenal kemarin tergantung di dahan pohon. Ada yang tertusuk ranting sehingga luka-luka, dan ada juga yang kepalanya terjerat sulur.

Danu meneguk ludah. Bagaimana kakak tingkatnya tahu? Kenapa ia santai saja memberitahukan itu?

Mengumpulkan keberanian, Danu menurunkan kepalanya.

Sosok wanita dengan wajah rusak dan berlumuran darah hitam tersenyum kepadanya dengan mata yang bolong.




***
Happy new year!

Ghost StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang