Sebagai mahasiswa tingkat akhir, sudah sewajarnya bagi Erika untuk belajar sehingga di ujian akhir nanti ia dapat melewatinya dengan mudah.
Maka dari itu, mahasiswi berusia 21 tahun tersebut memutuskan untuk mereview materi dari dosennya yang diterangkan tadi siang. Waktu menunjukkan pukul tujuh lebih lima belas menit, dan Erika memilih untuk belajar di pendopo yang terletak dekat dengan ruang kelasnya.
Sejujurnya ia ingin belajar di perpustakaan karena disana banyak buku sehingga ia juga bisa mendapat referensi. Namun mengingat kalau perpustakaan mereka tutup jam 8, ia memutuskan untuk tidak ke sana.
Mata Erika menerawang sekitar. Masih ada beberapa murid yang tengah menjalankan kerja kelompok. Ada juga yang mengerjakan tugas atau sekedar rapat organisasi. Beruntung, ia masih ditemani banyak orang.
"Erika?" Yang dipanggil menengok. Rupanya itu Juanda, teman satu jurusannya yang baru selesai rapat organisasi.
"Eh, Juan." Erika tersenyum. "Mau pulang lo?"
"Iyalah. Gila gue di sini lama-lama, mau nyari mati?"
"Hah?" Erika mengerutkan dahinya. "Kenapa? Oh, lo mau jalan sama pacar lo?"
"Bukan. Masa lo gatau mitos di sini sih."
"Apaan?"
"Rik, lo sekolah di sini berapa tahun sih masa mitos terkenal gitu gatau?" Sindir Juanda.
"Enggak." Jawab Erika polos.
Juanda ikut duduk di samping Erika. "Denger ya, di sini tuh ada mitos yang semua anak kampus tau. Jangan ada di pendopo pas malem-malem. Emang nanti masih ada yang nemenin lo, tapi mereka bukan manusia. Kalau lo mau pergi, bakal susah dan bakal ditahan sama mereka."
"Ngaco deh Juan." Erika tertawa. "Gue udah berulang kali kerja sendirian di gedung ini, gaada tuh setan."
"Pas malem?"
"Ya, sore sih."
"Pulang Rik, ikut gue aja yuk ke cafe depan."
"Gamau ah, gue mau belajar."
"Nanti ada apa-apa loh Rik, percaya sama gue."
"Enggak!"
Juan menyerah, akhirnya dia melepaskan Erika. "Yaudah, jangan pulang kemaleman. Gue khawatir juga sama lo."
"Iya iya, gak usah sok peduli deh lo. Nanti juga jam 8 gue pulang."
"Sebelum jam 8 Rik."
"Bawel deh lo kaya emak-emak. Sans, ini udah mau selesai."
"Yaudah, duluan ya. Hati-hati." Juanda melangkahkan kakinya menjauh dari Erika. Akhirnya tinggal gadis itu sendiri, berkutat dengan laptopnya dan kesunyian yang mulai merambat.
Detik demi detik berlalu. Erika hampir selesai. Waktu sekarang menunjukkan pukul delapan. Keadaan gelap, sunyi. Hanya tinggal ia dan seorang wanita yang duduk membelakanginya di bagian tengah.
Erika tidak menggubrisnya, lanjut belajar. Toh masih ada teman, kalaupun setan harusnya wanita itu tidak menapak. Pikirnya begitu.
Jam menunjukkan pukul setengah sembilan ketika Erika selesai. Gadis itu mengepaki barangnya, lalu bersiap untuk pergi.
Untuk sesaat, matanya melirik pada wanita asing yang duduk tidak jauh darinya. Apa yang ia lakukan daritadi sampai ia tidak bergerak? Buku di depannya pun tidak dibuka.
Erika merasa kasihan karena kalau ia pergi, wanita itu akan sendirian sementara keadaan gedung sudah benar-benar sepi.
Mendadak, ia teringat soal apa yang diceritakan Juan. Ia menghampiri wanita itu, menepuk pundaknya.
"Mbak, gamau pulang? Udah malem loh." Erika mencoba menyapa. Wanita itu perlahan berbalik.
Erika terkejut. Mata bolong dengan darah yang mengalir, hidungnya patah, sebagian wajahnya robek dan dahinya tertusuk sebuah paku besar.
Yang melihat lantas berlari. Namun ia tersandung. Wanita tadi menahan kakinya. Mau sekuat apapun Erika meronta, ia tidak bisa lolos. Ia menendang wajah wanita itu, namun ia malah menancapkan kuku tajamnya pada kaki Erika.
"Gamau pulang mbak?"
Seringai itu bagaikan menusuk mata Erika. Ia meringis, menangis, berdoa sambil menahan sakit akan darah yang terus mengucur dari kakinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Ghost Stories
HorrorSelf-made creepy stories. Language : Bahasa *** Tenang aja, selama lu gak bisa ngeliat, gak bakalan ada sosok gaib yang ikut baca cerita ini di belakang lu. Tapi hati-hati aja, mungkin lu gak bakal berani meremin mata waktu keramas.