55. Kantin

144 21 0
                                    

Lapar mendera Pian usai lelaki itu bermain basket di lapangan utama. Ia berlari ke kantin, berharap mendapatkan mi kopyok yang enak sebelum ia pulang ke rumah.

Tetapi peluangnya itu hanyalah 1%, pada sore hari biasanya kantin sudah tutup sehingga para murid yang pulang terlambat harus mencari makan diluar sekolah.

Sekarang ini masih pukul 5, masih sempat jika Pian ingin mencomot sesuatu di kantin.

Sampai di sana, kebanyakan kantin sudah tutup. Ada sebuah cahaya di ujung kantin, tepatnya di warung Mbak Tiwi. Warung kecil yang biasanya menjual nasi ayam dan es, juga beberapa jajanan.

Karena sudah lapar dan kantin mi kopyok sudah tutup, Pian memutuskan untuk menghampiri kantin Mbak Tiwi yang juga sering ia datangi.

"Sore mbak." Sapa Pian pada seorang wanita yang duduk sambil memberesi jajanan.

"Sore mas. Kok belum pulang?"

"Iya mbak, habis main basket. Nasi ayamnya masih ada?"

"Waduh, sudah habis mas. Maaf ya."

"Yaudah deh mbak." Pian tersenyum, usahanya mendapat asupan gizi gagal.

Lelaki itu kemudian berbalik, kemudian berhenti. Mungkin untuk mengganjal perut, sebaiknya beli jajanan.

"Mbak-" Pian terhenti. Warung Mbak Tiwi tutup. Tidak ada cahaya lampu, baik dari sisi manapun hanya terlihat seperti triplek yang membentuk persegi.

Padahal barusan ia bicara dengan Mbak Tiwi. Kalaupun ia mau pergi, harusnya Pian mendengar berbagai suara.

Plok!

Pian menengok kaget. Sosok teman basketnya mengagetkan dia.

"Ngapain sih Yon! Ngagetin!" Kesalnya.

"Sori, gue lupa tadi siang ngutang ama Bu Jumilah. Udah tutup ya, kirain masih buka."

"Eh, lo tadi ketemu Mbak Tiwi gak pas mau kesini?"

"Mbak Tiwi?"

"Iya. Ahelah, yang jualan di sini loh." Pian menunjuk warung di belakangnya.

"Pi, Mbak Tiwi kan udah gak jualan di sini."

Perkatan Yohanes membuat bola mata Pian melebar. "Hah?"

"Mbak Tiwi udah gak ada. Gak inget lo kemaren lusa dia kelindes tayo pas mau pulang?"

"Tapi, tadi gue liat Mbak Tiwi loh?" Pian mulai merasa merinding. "Warungnya masih ada Yon, liat!"

Pian berbalik, mendapati bangunan di belakangnya hanyalah setumpuk sampah dapur. Tidak ada warung.

"Lo kecapekan ya Pi? Warung Mbak Tiwi udah dirobohin tau. Udah yuk pulang, gak aman lo di sini."

Ghost StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang