Gladys yang masih berusia 17 tahun merupakan seorang aktris muda yang kini namanya tengah naik daun. Setelah ia membintangi sebuah film horor, namanya melejit pesat dan kini, ia dikabarkan tengah syuting film horor yang baru.
Ia sendiri berkata, agar bisa melakukan acting maksimal ia membuka mata batinnya yang dari lahir tertutup. Hal ini berdampak bagus pada jalannya film, tapi juga berdampak pada teman-temannya di sekolah.
Tak jarang Gladys memberitahu dimana letak hantu di setiap sudut sekolah. Ia selalu menakuti temannya baik mereka bercerita horor atau tidak. Ia belum lama membuka mata batin, tapi adaptasinya sangat cepat sehingga ia bisa hidup dengan tenang.
"Tuh, di pojok. Dia ngeliatin kita daritadi." Ucap Gladys lagi ketika ia sedang makan di kantin bersama Rino dan Andra.
"Dys, kamu gak takut?" Tanya Andra.
"Awalnya sih iya, tapi lama-lama udah biasa kok."
"Takut diikutin maksudnya."
"Hah?" Gladys mengerutkan dahinya.
"Andra bener. Kalau emang punya indra keenam, harusnya jangan pamer. Kalo mereka tahu, bisa-bisa kamu diikutin." Sambung Rino.
"Kok kamu tau? Kamu juga bisa lihat?"
"Dulu, sebelum aku nutup mata batinku sendiri. Aku juga kaya kamu. Buka mata batin terus pamer. Lama-lama gak enak, terus aku minta ditutup."
"Gak enaknya gimana?"
"Ya gak enak aja diikutin, entah mereka mau apa. Mereka gak pernah bilang, yang ada tiap hari nambah pengikutnya." Jelas Andra.
"Ah, ngaco nih kalian. Aku udah lama kaya gini, gaada satupun setan di belakangku."
"Lihat aja kalo malem." Andra mengutarakan saran.
"Pastikan gorden kamarmu tipis, kalau bisa yang berwarna putih atau transparan. Lalu matikan lampu. Terus hitung mereka ada berapa."
Gladys terpaku sejenak mendengarkan Andra. Gorden kamarnya sih sudah tipis. Dia juga selalu tidur dalam keadaan gelap. Tapi sungguh, ia tidak pernah melihat sosok astral di sekitarnya. Rumahnya bersih, terlebih kamarnya.
Tapi, Gladys juga penasaran. Malamnya, ia menjalani rutinitas seperti biasa. Makan malam, belajar, menghapal naskah lalu tidur. Ia mematikan lampu dan naik ke atas tempat tidur. Cahaya bulan diluar cukup terang sehingga kamar Gladys tidak terlalu gelap.
Sesi menunggu pun dimulai. Tiga puluh menit berlalu dan apa yang dikatakan Andra tidak juga terbukti.
"Ada-ada aja si Andra." Gumam Gladys kemudian memejamkan matanya.
***
Pukul setengah dua pagi. Gladys terbangun, jemarinya meraih remote AC yang suhunya terasa sangat dingin malam ini. Mematikannya, kemudian kembali mencoba tidur.
Tok tok tok..
Suara ketukan itu menghalangi Gladys. Suara ketukan di pintunya tidak seperti itu. Mungkinkah jendela?
Gadis itu menengok ke samping, tempat jendelanya terpasang.
Di balik gorden tipis yang memantulkan cahaya bulan, tampak beberapa tubuh berdiri di sana. Wujud mereka hanya siluet, Gladys tidak bisa mengenali siapa mereka.
Tubuh tersebut hanya berdiri, tidak melakukan apapun. Mereka terlihat kaku, tidak ada pergerakan apapun termasuk dada yang kembang kempis karena bernapas.
Gladys hendak menyibak gordennya, sebelum ia ingat,
kamarnya terletak di lantai dua.
Siapa mereka dan bagaimana mereka sampai di sana?

KAMU SEDANG MEMBACA
Ghost Stories
HororSelf-made creepy stories. Language : Bahasa *** Tenang aja, selama lu gak bisa ngeliat, gak bakalan ada sosok gaib yang ikut baca cerita ini di belakang lu. Tapi hati-hati aja, mungkin lu gak bakal berani meremin mata waktu keramas.