46. Ruang Cuci

129 18 1
                                    

Tinggal sebagai anak asrama, membuat Viola harus menjadi orang yang mandiri dalam segala hal. Termasuk mencuci baju.

Namun Viola ini merupakan seorang pelupa. Ia kadang menunda pekerjaan sehingga ia tak jarang melakukannya pada malam hari. Termasuk mencuci bajunya.

Pukul setengah 10. Viola keluar dari kamarnya dengan sebuah keranjang penuh pakaian. Ruang cuci yang memiliki banyak mesin cuci di dalamnya terletak cukup jauh dari lorong kamar. Keadaan sudah gelap karena lampu dimatikan. Tidak ada murid yang berkeliaran di lorong. Sepi dan sunyi mendominasi suasana.

Viola bukan seorang penakut, tapi tetap saja dia merasa merinding kalau melewati lorong panjang, gelap nan sunyi sendirian. Terlebih lagi, dengan gosip yang beredar akhir-akhir ini kalau seorang hantu perempuan muncul di sana.

Berdasarkan apa yang diceritakan teman sekamarnya, hantu itu awalnya tampak seperti manusia biasa. Namun kepalanya akan hilang dan kau akan menemukan dia di dalam mesin cuci yang akan kau gunakan. Sementara tubuhnya, berkeliaran mencari kepalanya yang hilang.

Tidak ada yang tahu kapan dan mengapa hantu ini tiba-tiba muncul. Namun sebelumnya, asrama dihebohkan dengan meninggalnya seorang adik kelas yang jatuh terpeleset di ruang cuci. Lehernya patah dan kepalanya terpelintir. Bisa jadi hantu itu adalah sosoknya yang bergentayangan?

"Sial! Kenapa aku malah memikirkan itu?" Rutuk Viola, mempercepat jalannya. Tiba di ruang cuci, ia menyalakan lampu.

"HUA!" Viola terjengkit kaget. Sosok gadis dengan rambut yang dikepang mengagetkannya. Gadis itu menatapnya heran, terlebih karena Viola menatapnya dari atas sampai bawah.

"Kenapa sih? Aku bukan hantu yang diceritakan orang-orang di sini!" Ujarnya.

"Kalau begitu, kenapa mencuci tanpa menyalakan lampu?"

"Silau. Lagian aku suka gelap."

Viola hanya mengangguk kecil. Syukurlah, sekarang ia tidak sendirian.

"Kamu di sini dari kapan?"

"Sudah 20 menit. Niatnya sih mau nyuci tadi sore, tapi aku ketiduran."

"Nggak ada hal aneh yang menimpamu?"

"Belum. Kuharap ada."

"Kok gitu?"

"Aku penasaran seperti apa hantunya."

"Nanti kamu ketakutan loh? Yakin?"

"Yakin. Sebenarnya aku nggak bisa melihat mereka, jadi nggak tahu juga apakah aku bakal melihat atau tidak."

"Kukira kamu anak indigo."

"Kamu sendiri? Mau lihat dia?"

"Nggak."

"Yasudah."

"Eh, mau kemana?" Tahan Viola saat gadis itu berjalan keluar dengan membawa keranjang cuciannya.

"Jemur baju, lah."

"Tungguin dong, aku takut."

"Dia nggak akan muncul, tenang saja."

"Yakin banget kamu! Tapi tetep aja, aku takut."

"Yakin lah. Nih." Gadis itu membuka keranjangnya, memperlihatkan isinya pada Viola.

Sebuah kepala. Tanpa badan, tanpa leher. Pucat dan berdarah. Bunyi air menetes mulai terdengar di telinga Viola. Namun yang lebih membuat ia takut,

wajah di kepala tersebut sama dengan wajah gadis yang ia ajak omong barusan.

Viola mendongak. Sosok tubuh tanpa kepala dengan leher yang memuncratkan darah menyapa pandangannya.

"Yakin banget dong. Hantunya kan aku. Maaf ya tadi bohong, hehehe."

Ghost StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang