26. Ditemenin Abang

169 23 3
                                    

Warning! Long chapter
***

Mira langsung membungkus dirinya di dalam selimut ketika lampu kamarnya padam. Tidak hanya lampu kamar, namun juga lampu di seluruh rumah dan lampu rumah tetangganya. Sepertinya telah terjadi mati listrik total, dan betapa malangnya Mira, sekarang ia berada di rumah sendirian.

Tidak ada orang untuk dimintai tolong. Keadaan pun gelap gulita. Hanya ada sinar bulan, itupun tidak terlalu terang karena tertutup gorden yang melapisi jendela kamarnya. Mira terlalu takut untuk bangkit, walau hanya sekedar membuka gorden.

Ia takut akan ada wajah seram yang menyapanya dari kaca, melayang-layang dikarenakan kamarnya berada di lantai dua.

Beruntung baterai ponselnya masih banyak, sehingga Mira terselamatkan dari rasa bosan.

Namun rasa takut masih menghampirinya. Terlebih malam ini tidak ada suara jangkrik. Gelap, sunyi, sendirian.

Atau bahkan ada yang menemani Mira dari berbagai tempat, mulai dari kolong tempat tidur, pojokan kamar, kolong meja belajar atau bahkan di sampingnya.

Mira tidak berani berbuat apapun, selain memegang ponselnya dan terus-menerus berkomat-kamit, membaca doa dan berharap kedua orangtuanya segera pulang.

"Assalamualaikum!" Suara itu membuat Mira sedikit kaget, namun ia membalasnya.

"Waalaikumsalam!"

Dengan keberanian yang ciut, Mira menyalakan flash ponsel dan membuka pintu kamarnya. Ia hanya menyorot jalan lurus yang akan membawanya turun menuju lantai dasar. Begitu sampai di ruang tamu, ia menjumpai sosok orang yang lumayan lama tidak ia lihat keberadaannya.

Ia adalah kakak kedua Mira, Mas Angga. Tempat kuliahnya yang jauh dari rumah serta tugas yang selalu menumpuk membuat ia jarang pulang ke rumah. Namun Mira bersyukur hari ini Angga pulang di waktu yang tepat. Ia berlari menghampiri pria tersebut, memeluknya erat sehingga membuat Angga nyaris menjatuhkan ponsel yang ia gunakan sebagai senter.

"Mas Angga! Huhuuuu.."

"Kenapa dek? Lepas ih, sesek! Ini kenapa rumah gelap banget?" Tanya Angga.

"Mati lampu mas. Ibu sama ayah lagi pergi, Mira di rumah sendirian. Takut." Mira kembali memeluk abangnya.

"Cemen lo, ada lilin gak?"

"Gatau, gue takut banget mau keluar. Untung ada elu."

"Penakut." Ucap Angga.

"Ih!" Mira kesal, namun tetap memeluk Angga. Ia mengikuti langkah cowok itu ke dapur, mencari-cari sebatang lilin. Mereka lalu menemukan satu kotak penuh lilin dan menaruhnya pada sudut-sudut ruang tamu.

"Tumben lo balik mas?" Tanya Mira.

"Gapapa kan, suka-suka gue."

"Maksud Mira tuh lagi ada apaan kok ada waktu untuk balik ke rumah gitu."

"Pengen ke rumah aja dek, kangen sama kalian semua."

"Termasuk Mira dong?"

"Kecuali elu."

Mira berdecak. Dia tahu Angga bercanda, meskipun begitu dia tetap saja kesal karena hobi meledek kakaknya tidak hilang walaupun mereka sudah lama tidak bertatap muka.

"Sekolah gimana dek?" Angga balik melontarkan pertanyaan.

"Baik kok mas, Mira juga udah belajar buat UN. Bentar lagi lulus, sama kaya mas bentar lagi wisuda kan?"

"Skripsi gue aja belum jadi."

"Buruan diselesaikan dong. Gak baik nunda-nunda pekerjaan, apalagi kalo skripsi mas gak di acc dosen."

Ghost StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang