65. Kamar Belakang

80 21 0
                                    

Memiliki kamar yang terletak di bagian rumah paling belakang membuat Kirana acap kali harus membuang sedikit tenaga untuk berjalan lebih jauh ke dalam rumahnya.

Kamar itu menjadi satu ruangan dengan tempat setrika, namun tidak dicampur karena kamar Kirana masih dibatasi dengan sebuah pintu. Walau begitu membuka pintu tersebut, ia akan langsung melihat setumpukan pakaian.

Sebelumnya, kamar tersebut dibuat untuk seorang ART. Perempuan yang dulunya memomong adik perempuan Kirana saat ini sudah meninggal karena dulunya tidak sengaja terpeleset ketika selesai mencuci.

Sekarang, adik perempuan Kirana itu tidak lagi ingin sekamar dengan kakaknya. Sehingga Kirana pun mengalah dan memakai kamar kosong tersebut karena sudah tidak tersedia kamar kosong lagi di rumah Kirana.

Kirana pun sering mendengar suara kakak sepupunya yang mengambil laundry di tempat setrika. Namanya Araya, tinggal satu komplek dengannya dan memang menitipkan laundry disana karena rumahnya tidak memiliki mesin cuci.

Seperti saat ini, Kirana terbangun dari tidurnya. Keadaan remang karena ia menggunakan lampu tidur. Dari luar, terdengar suara langkah kaki yang menghampiri tempatnya.

SREK SREK

Untuk sesaat, Kirana pikir itu Araya yang mengambil kresek besar guna mengepak baju-bajunya dan membawanya pulang. Tapi, pikirannya berubah ketika ia melihat jam.

Saat ini jam dua pagi, dan Araya itu seorang penakut. Maghrib saja dia tidak berani keluar, apalagi tengah malam?

"Mbak?" Kirana mencoba memanggil kakaknya dari dalam kamar.

"Loh, belum tidur?" Suara dari luar menyahut. Untuk sesaat, Kirana merasa lega.

"Kebangun nih. Mbak kenapa kesini malem-malem?"

"Hehe darurat nih, lupa kalau besok seragam olahraganya dipake. Tapi ternyata masih dicuci di sini."

Padahal, kalau Araya kelupaan, perempuan itu akan datang pagi butanya bahkan bersiap-siap di rumah Kirana.

"Nggak besok pagi aja?" Araya tidak menjawab. Urat nadi Kirana bergetar, ia lalu mencoba mengajukan pertanyaan lain.

"Mbak, kesini sama siapa?"

"Sendiri tuh."

"Jalan kaki?"

"Naik motor lah. Gila kamu, aku jalan kaki malem-malem."

"Sendirian mbak, serius?"

"Iya Ki. Kenapa? Mama sama papa aku kan udah tidur." Saat itulah Kirana menyembunyikan tubuhnya di dalam selimut dan menyesali diri kenapa ia menyapa Araya.

"Mbak Ara kan nggak bisa naik motor?!" Batin Kirana.

Ia bertanya dalam hatinya perihal siapa sosok diluar itu. Dari awal harusnya ia juga heran, kenapa ada sosok Araya yang tiba-tiba datang di tengah malam.

TOK TOK TOK!

Pintu kamar yang memisahkan tempat setrika dengan kamar Kirana diketuk.

"Ki, mbak boleh masuk nggak?"

Kirana membeku di tempatnya. Memejamkan mata dan berharap ia segera tidur, agar tidak perlu menjawab pertanyaan sosok asing di luar yang tidak diketahui identitasnya.

Ghost StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang